Setiap bisnis pasti akan menjumpai situasi yang tidak pasti atau mengalami sesuatu yang tidak pernah diprediksi sebelumnya , seperti pandemi COVID-19 yang lalu hingga perang yang terjadi di Gaza. Nyatanya kesemuanya itu berdampak pada perjalanan hidup sebuah bisnis.
Contohnya saja Citibank. Bank raksasa dengan slogan “Citi Never Sleeps” akhirnya resmi menutup layanan customer banking beserta kartu kredit para nasabahnya pertengahan November lalu di Indonesia. Menurut situs resmi UOB, Citibank Indonesia yang sebelumnya telah beroperasi selama 55 tahun di Indonesia, telah resmi mengalihkan bisnisnya ke UOB Indonesia. Hal ini merupakan dampak perampingan Citibank secara global.
Tentunya hal ini cukup mengejutkan mengingat kita mengetahui grup perbankan asal Amerika Serikat ini yang bahkan memiliki satu gedung besar di pusat bisnis elit ibu kota. Ya, dunia tidak lagi pasti. Penyebabnya pun cukup banyak, dari dampak ekonomi global, persaingan bisnis, pandemi, perubahan sosial dan cara hidup, hingga konflik atau kerusuhan politik. Masa-masa sulit tersebut akan selalu hadir dalam beragam bentuk, sehingga perusahaan harus senantiasa bersiap untuk menghadapi perkiraan yang suram. Meskipun demikian, selama perusahaan mau belajar menangani ketidakpastian bisnis dengan lebih baik, dia akan muncul lebih kuat ketika situasi sulit mereda.
Tidak sama dengan risiko
Ketidakpastian yang terjadi dalam bisnis muncul ketika ada kurangnya informasi, sehingga masa depan kurang dapat diprediksi. Perbedaannya dengan risiko, ketidakpastian itu tidak dapat diukur, sementara risiko merupakan terjadinya sesuatu yang kurang tepat yang dapat diukur. Menurut sebuah situs web proyek mengenai prediksi dari Harvard University, risiko itu merupakan paduan antara “known” (yang diketahui) dengan yang “unknown” (yang tidak diketahui). Semisal, risiko itu ibarat melempar dadu, Anda mungkin tidak mengetahui angka mana yang akan muncul, tetapi akan ada seperenam kemungkinan bahwa angka itu bisa saja satu hingga enam. Sementara situasi yang tidak pasti adalah paduan antara “unknown” dengan “unknown”, dengan kata lain, situasi yang sama sekali tidak dapat diprediksi sebelumnya, tetapi terjadi.
Situasi yang tidak pasti bahkan dijumpai ketika pebisnis memulai membangun bisnisnya. Anda membuat rencana dan perkiraan penjualan, tetapi hasil nyatanya mungkin jauh dari seperti yang Anda bayangkan. Terdapat banyak faktor juga yang dapat memengaruhi hasil seperti teknologi baru, bencana alam, krisis ekonomi, atau perubahan perilaku konsumen.
Empat tingkatan situasi yang tidak pasti
Tidak semua situasi yang tidak pasti itu sama. Melansir Harvard Business Review, terdapat empat jenis situasi yang tidak pasti dalam bisnis, sehingga diharapkan pebisnis perlu mengetahui situasi tersebut berdasarkan tingkatannya, lalu mampu mengidentifikasi tantangan mereka, dan menciptakan strategi baru yang sesuai untuk menghadapinya. Sama halnya ketika kita menghadapi pertempuran nyata. Biar bagaimanapun juga, Anda tidak bisa melawan dan menaklukkan secara efektif musuh yang tidak Anda kenal.
Situasi tingkat pertama adalah yang termudah untuk dihadapi. Tidak semua hasil dapat Anda prediksi, tetapi Anda dapat memperkirakan beberapa hasil yang mungkin terjadi mengacu pada lingkungan bisnis sekarang ini. Misalnya, Anda ingin merambah produk baru di toko Anda sementara dari bisnis lain yang menawarkan produk yang sama sebelum Anda, memperlihatkan hasil yang memuaskan, oleh karena pasar yang relatif stabil. Hal ini menunjukkan bahwa Anda dapat dengan mudah memperkirakan akan berkembangnya produk tersebut.
Situasi tingkat kedua memperlihatkan tidak ada kepastian akan hasil yang akan dicapai. Tidak ada satu pun hasil yang dapat diprediksi secara akurat. Yang didapat hanya suatu probabilitas. Apabila Anda berada di tingkat kedua ini, sebaiknya Anda membuat daftar yang memuat beberapa kemungkinan akan hasil yang didapat, kemudian menunggu apa yang sebenarnya terjadi. Karakter situasi yang tidak pasti tingkat kedua ini adalah sulitnya memprediksi strategi pesaing, sehingga Anda memerlukan beberapa rencana bisnis. Misalnya, dengan menggunakan contoh yang sama dengan situasi yang tidak pasti tingkat satu, berdasarkan eksperimen, diketahui produk baru Anda akan berkembang, tetapi tidak memberikan hasil yang akurat karena pesaing Anda juga meluncurkan produk yang sama. Dari skenario tersebut, meskipun ada peluang baru, tidak mudah memperkirakan hasil yang pasti mengingat banyak faktor yang tidak diketahui.
Dalam situasi yang tidak pasti tingkat ketiga, baik hasil maupun probabilitas tidak dapat diprediksi. Artinya, selain pasar tidak stabil, ukuran permintaan pelanggan tidak dapat ditentukan. Semisal, Anda berencana meluncurkan suatu produk baru, tetapi belum mengetahui apakah ada permintaan yang menjamin kesuksesan produk itu. Anda mungkin akan mencari tahu pasar produk ini ke bisnis lain, tetapi Anda tidak dapat mendapatkan informasi yang akurat. Maka dari itu, Anda terpaksa mengambil risiko. Dengan kata lain, tidak ada hasil yang dapat diprediksi dalam situasi ini.
Tingkat keempat atau yang terakhir adalah situasi yang tidak pasti yang sebenar-benarnya, yaitu ketika perubahan sosial, kondisi politik dan lingkungan, serta pergeseran perilaku konsumen yang mengganggu pasar secara tidak terduga. Semisal, produk baru hendak Anda luncurkan, tetapi tiba-tiba dunia dilanda pandemi yang mengganggu bisnis secara global. Dalam situasi ini, Anda tidak dapat memprediksi bagaimana produk baru Anda beserta harganya akan diterima publik.
Fleksibilitas dan sikap transparan
Maka dari itu, secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa ada baiknya kita mengetahui cara menangani ketidakpastian dalam bisnis tersebut. Salah satunya adalah mengembangkan skenario terburuk, lalu membuat rencana manajemen risiko. Dengan cara ini, pebisnis mampu bersiap diri untuk menghadapi rintangan yang mungkin timbul. Kemudian, lakukan investasi dalam sumber daya manusia, yaitu dengan mempekerjakan karyawan dengan pengalaman dan keahlian yang tepat untuk menangani ketidakpastian tersebut.
Melansir Forbes, dengan mengadopsi struktur bisnis yang fleksibel akan memungkinkan perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan secara efektif. Selain itu, hal ini juga dapat memicu inovasi agar tidak tersingkir dari teknologi baru yang muncul. Semisal bisnis yoga yang sebelumnya dijalankan di kelas, oleh karena pandemic, guru yoga memberikan instruksi secara daring. Lalu celah dan peluang harus selalu dicari. Krisis yang tidak terduga ini mungkin menjadi kesempatan bagi perusahaan untuk berpikir out of the box dan menghasilkan solusi yang inovatif.
Di samping itu, selalu ingat akan visi dan misi perusahaan agar Anda selalu memiliki harapan dan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan yang membantu Anda mempertahankan bisnis. Pastikan untuk selalu menjunjung tinggi transparansi kepada tim Anda. Masa-masa sulit akan membuat Anda dan karyawan lebih cemas, bahkan hampir menyerah. Dengan menyuarakan nada bicara yang meyakinkan dapat menolong karyawan untuk menyingkirkan perasaan khawatir. Sama seperti Anda, karyawan menyadari krisis ini, maka dari itu, skenario terbaik adalah memastikan mereka berada di sisi Anda dengan menyampaikan hal yang jujur kepada mereka.
#uncertainty #business #success #businessoperational
Related Posts:
Setelah Penetapan UMR 2024, Apa Selanjutnya? Dan Bagaimana Dampaknya?
Masa Depan Pencarian Eksekutif: Memanfaatkan Potensi AI untuk Kesuksesan
Tujuan Pentingnya Evaluasi Kinerja dalam Sebuah Perusahaan
Krisis Bank Silicon Valley Bank (SVB), Antara Risiko dan Etika
Dalam Dekapan Environment, Social, and Governance (ESG)