Di zaman digital yang makin marak ini, cara perusahaan merekrut karyawan tak lagi sama seperti dulu. Dulu, gelar akademis seolah menjadi tiket untuk mendapatkan pekerjaan impian. Namun, sekarang tidak lagi demikian. Banyak perusahaan dan headhunter lebih fokus menilai keahlian, pengalaman, dan citra diri pelamar. Ini bukan berarti gelar akademis tak penting. Hanya, gelar akademis tidak lagi menjadi pertimbangan dominan. Fenomena ini membuka peluang bagi mereka yang tidak memiliki gelar akademis namun memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan perusahaan.
Mengapa Gelar Tak Lagi Menjadi Pertimbangan Utama
Ada beberapa alasan mengapa gelar tak lagi menjadi pertimbangan utama bagi banyak perusahaan dan headhunter. Start-up, industri kreatif, dan sektor-sektor tertentu lainnya lebih memerlukan keterampilan praktis dibandingkan kredensial akademik. Bagi perusahaan-perusahaan ini, gelar akademis, bahkan dari perguruan tinggi ternama sekalipun, tidak ada artinya bila karyawan tak mampu menyesuaikan diri, tak mampu berpikir kritis, dan dan mampu mengatasi masalah.
Alasan lainnya adalah fakta bahwa belajar tak lagi harus di kelas. Platform belajar daring seperti Coursera, Udemy, dan LinkedIn Learning makin banyak digunakan untuk mendapatkan serta meningkatkan keterampilan teknis. Biayanya pun relatif lebih terjangkau dibandingkan kelas offline atau sekolah. Waktu belajarnya pun bisa lebih singkat dan fleksibel.
Saat ini, makin banyak perusahaan dan headhunter yang tidak mensyaratkan gelar akademis bagi calon karyawan agar bisa diterima bekerja. Contohnya adalah Google, tesla dan Netflix. Bagi perusahaan-perusahaan ini, yang paling penting karyawan memang memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan perusahaan, tak peduli anda lulusan SMA atau sarjana.
Bagaimana Headhunter Mengevaluasi Kompetensi Calon Karyawan?

Headhunter punya cara-cara khusus untuk mengevaluasi kompetensi calon karyawan. Apa sajakah cara-caranya?
1. Berdasarkan bukti nyata hasil keterampilan kandidat
Misalnya, seorang programmer dinilai dari sejauh mana aplikasi yang dibuatnya berkointibusi bagi orang lain. Bagi seorang desainer grafis, sejauh mana hasilnya mampu menarik perhatian orang lain.
2. Menelaah pengalaman kandidat
Orang dengan pengalaman lebih banyak biasanya punya keterampilan yang lebih sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan. Headhunter akan menelusuri pengalaman kerja ini, baik dari LinkedIn, situs freelance, maupun testimoni klien sebelumnya.
3. Partisipasi aktif dalam sebuah komunitas
Ini memberi nilai tambah bagi kandidat. Keterampilan kandidat, khususnya soft skills, akan lebih terasah.
4. Personal branding kandidat
Salah satu aspek yang semakin diperhatikan oleh headhunter adalah personal branding kandidat. Personal branding adalah cara seseorang memposisikan diri di industri yang digelutinya. Ini bisa tecermin melalui konten yang dibagikan di media sosial, artikel yang ditulis, atau bahkan video edukasi yang dibuat.
Personal branding adalah proses membangun dan mempromosikan citra atau reputasi diri seseorang secara sengaja, dengan tujuan menciptakan persepsi yang positif dan konsisten di mata orang lain. Ini melibatkan pengidentifikasian nilai-nilai, keahlian, keunikan, dan pesan yang ingin disampaikan kepada audiens, baik dalam konteks profesional maupun personal.
Personal branding membedakan seseorang dari orang lain, membangun kepercayaan, dan membuka peluang baru, seperti karier, bisnis, atau jaringan sosial.
5. Menguji keterampilan secara langsung
Saat ini, banyak perusahaan dan headhunter meminta kandidat menyelesaikan proyek kecil atau mengikuti tes keterampilan yang relevan dengan pekerjaan yangakan mereka jalankan nantinya. Dengan cara ini, perusahaan atau headhunter dapat melihat serta menilai langsung cara dan hasil kerja kandidat. Bukan hanya keterampilan teknis melainkan juga sikap dan perilaku dalam bekerja.
Tak Perlu Berkecil Hati

Jika memang tak punya gelar akademis, tak perlu berkecil hati. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Paling utama, berfokuslah pada pengembangan keterampilan. Ikutilah berbagai kursus dan pelatihan sessai dengan bidang dan minat Anda. Carilah pengalaman yang relevan melalui magang, bekerja lepas, atau pekerjaan paruh waktu yang memberikan nilai tambah.
Manfaatkanlah media sosial secara optimal. Anda dapat membuat dan membagikan konten yang menarik dan edukatif di media sosial. Ini membuat Anda lebih visibel. Dengan cara ini, Headhunter akan memperhatikan dan menghargai kandidat lantaran memiliki pengetahuan yang mendalam dalam bidangnya. Anda bisa menulis artikel di LinkedIn, menulis buku, atau bahkan blog pribadi tentang topik di bidang Anda dapat membantu membangun kredibilitas.
Saat ini, untuk mendapatkan kandidat yang sesuai, headhunter paling banyak memanfaatkan LinkedIn. Karena itu, informasi yang relevan dan terkini, seperti pengalaman kerja, proyek yamng telah selesai, dan rekomendasi dari klien atau orang lain harus dibuat secara jujur dan profesional.
Paling penting, jadilah pemelajar sejati. Dunia kerja tak pernah berhenti berubah. Apa yang menjadi tren hari ini mungkin menjadi using di masa depan. Dengan menjadi pemelajar sejati, kandidat senantiasa mampu beradaptasi.
Ingin wawasan lebih tentang tren kerja dan strategi karier? Kunjungi JCG untuk insight terbaru dan solusi terbaik bagi profesional!