Rekrutmen Orang Dalam : Praktik Kerja dan Cara Menanganinya

Rekrutmen Orang Dalam : Praktik Kerja dan Cara Menanganinya

Fenomena kerja rekrutmen orang dalam hingga kini masih menjadi pembahasan sensitif bagi sebagian orang. Adakalanya, kandidat berkualitas kalah dengan kekuatan orang dalam.

Benarkah demikian? Lalu, bagaimana jika sudah telanjur diterima kerja pakai orang dalam?

Sebagai praktisi SDM, Anda mungkin pernah menghadapi kandidat yang memiliki koneksi orang dalam. Mungkin juga pernah mengalami desakan dari seorang atasan atau manajer agar menerima kandidat yang mereka rekomendasikan.

Sedangkan bagi pencari kerja, tidak dapat dipungkiri, mencari pekerjaan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan tidak sedikit dari para pencari kerja yang ‘menghalalkan’ segala cara, termasuk kerja pakai orang dalam.

Pengertian Orang Dalam

Tak ada definisi khusus untuk istilah orang dalam. Ini adalah istilah yang sudah lama digunakan oleh masyarakat.

Orang dalam dapat didefinisikan seseorang yang akan memudahkan suatu urusan atau persoalan. Ini juga mengacu pada seorang perantara yang memperlancar atau membantu orang lain untuk menyelesaikan masalah.

Siapa saja orang dalam itu? Siapa pun, ia bisa berasal dari keluarga, kerabat, sahabat, atau kolega kerja. Ia juga bisa berada di mana saja, seperti sekolah, organisasi, tempat kerja, hingga instansi atau lembaga.

Ada sebuah pernyataan yang mungkin sering kita dengar, “Sekolah tinggi-tinggi, lulus dengan nilai terbaik dan menyandang status sarjana, tidak akan menjamin kamu bisa mendapatkan pekerjaan bagus dengan cepat. Saat ini yang terpenting dalam mencari pekerjaan adalah, kamu kenal siapa?”

Praktik Kerja Pakai Orang Dalam

Seperti yang ketahui, ada banyak pro dan kontra di balik perekrutan semacam ini.

Sebab, praktik kerjanya berkaitan erat dengan kegiatan nepotisme, di mana proses rekrutmen condong mengutamakan keluarga atau kerabat dekat.

Baca :   Pros and Cons of Experiential Hiring

Padahal, tidak seluruh proses kerja orang dalam menggunakan nepotisme. Ada juga yang menggunakan employee referral. Berikut penjelasannya:

1. Nepotisme

Nepotisme dalam rekrutmen bisa dilihat dari paksaan untuk menerima kandidat ke dalam perusahaan tanpa memerhatikan kualitas dan kualifikasi kandidat.

Nepotisme merupakan tindakan dengan menggunakan kekuatan atau pengaruh seseorang untuk mendapatkan pekerjaan yang baik atau keuntungan yang tidak adil bagi anggota keluarga sendiri.

Menurut Simon, Clark, & Tifft (1966), nepotisme ialah pemberian patronase (bantuan, dukungan, dan keistimewaan dari satu pihak ke pihak lain) karena hubungan dan kekerabatan, bukan kualitas dan kelayakan.

Biasanya, praktik ini sering dilakukan oleh pegawai di perusahaan yang punya jabatan tinggi dan berpengaruh. Sehingga, mereka pun lebih berkuasa untuk menarik orang baru.

Praktik ini pun biasanya tidak melibatkan HR secara langsung dan tidak memerhatikan SOP rekrutmen. HR biasanya hanya diperlukan untuk mengurus berkas administrasi.

2. Employee referral

Jika nepotisme identik dengan jalur ilegal dan tidak etis, ada juga jalur orang dalam yang legal dan justru digencarkan oleh perusahaan.

Praktik inilah yang disebut employee referral atau rekomendasi karyawan.

Program ini sangat membantu perusahaan dalam menemukan kandidat berkualitas dan setara dengan karyawan yang memberikan rekomendasi.

Proses rekrutmen pun jadi bisa lebih cepat karena HR tidak perlu memulai lagi dari awal. HR juga dapat bertanya mengenai informasi kandidat tersebut secara langsung kepada karyawannya.

Dampak Positif Kerja Pakai Orang Dalam

  • Menemukan kandidat tepat dengan cepat
  • Menularkan sikap positif dalam tim
  • Meningkatkan produktivitas karyawan

Dampak Negatif Kerja Pakai Orang Dalam

  • Menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat karena kecemburuan sosial
  • Masalah personal bisa menjadi masalah perusahaan
  • Menurunkan produktivitas karyawan
  • Meningkatkan angka turnover karyawan
Baca :   Career Pathing : Menyediakan Jalur Karier yang Jelas untuk Kandidat

Cara HR Menghadapi Orang Dalam

Menghadapi kekuatan orang dalam ketika proses rekrutmen dapat menguras energi HR.

Berurusan dengan nepotisme atau menghadapi situasi ini tak bisa diselesaikan dalam sehari. Terlebih jika melibatkan orang berpengaruh di perusahaan.

Namun sabar saja tidak cukup, seorang HR juga harus memiliki cara lain untuk menghadapi insider di lingkungan kerja, terutama saat rekrutmen.

1) Tetap profesional

Jika orang berpengaruh di kantor meminta HR untuk menerima kandidat tertentu, maka tetaplah profesional. Jika kandidat memenuhi kualifikasi, berarti ia layak diterima.

Kalau tidak, katakan sejujurnya ke orang tersebut. Jika ia memaksa Anda untuk merekrutnya, Anda dapat memproses penerimaan karyawan baru sesuai SOP dan lihat kinerjanya dalam tiga bulan.

2) Berikan tes psikotes atau tes teknikal

Saat proses rekrutmen, ada perusahaan yang menggunakan skill test dan tes psikologi kepada kandidatnya. Ada pula yang hanya memberikan tugas studi kasus berdasarkan job description.

3) Menjalankan prosedur rekrutmen

HR tetap menjalankan peraturan atau prosedur rekrutmen. Mulai dari menerapkan prinsip keterbukaan, bebas, obyektif, adil, dan tanpa diskriminasi kepada semua kandidat.

4) Cek dokumen kandidat

Cek dokumen kandidat dengan saksama. Mulai dari cover letter, curriculum vitae, hingga portofolio. Dari dokumen tersebut, Anda dapat menilai apakah kandidat telah memenuhi persyaratan atau belum.

5) Diskusi tentang proses rekrutmen

Saat wawancara, Anda dapat berdiskusi dengan kandidat mengenai proses rekrutmen dan tanggung jawab posisi yang dibutuhkan. Anda juga bisa bertanya mengenai adakah hubungan kandidat dengan karyawan atau pemimpin di perusahaan.

Baca :   The Threat of Gatekeeping

Jika Anda sudah menerima hasil tugas, lihat dan bandingkan dengan kandidat lainnya. Hasil tersebut menjadi pertimbangan dalam pemilihan kandidat.

6) Memberitahu tim

Rekrutmen dengan campur tangan insider bukan persoalan perekrut saja. Anda bisa membagi informasi ini dengan rekan kerja dan atasan di divisi HR yang berfungsi sebagai pengambil keputusan.

Mereka berhak tahu tentang peristiwa yang terjadi di perusahaan. Jika ada masalah, manajer dapat menyelesaikan masalah tersebut.

7. Cek dokumen kandidat

Cara pertama HR untuk menanggapi rekrutmen orang dalam adalah cek dokumen.

Di sini, kamu bisa coba untuk periksa semua dokumen yang dilampirkan oleh kandidat, mulai dari cover letter, CV, sampai portofolio.

Dari dokumen-dokumen ini, kamu dapat mengetahui apakah kandidat sudah memenuhi syarat atau tidak.

Bila kandidat yang direkomendasikan memenuhi syarat, tidak ada salahnya untuk melakukan wawancara.

Penutup

Demikianlah penjelasan mengenai proses rekrutmen yang dibantu dengan orang di dalam perusahaan.

Nepotisme ada di mana-mana. Menggunakan koneksi orang dalam proses rekrutmen adalah salah satunya. Praktik ini bisa menghambat karier seseorang dan menghasilkan lingkungan kerja tidak sehat.

Untuk pencari kerja, jika kamu sudah mendapatkan pekerjaan, jangan lupa untuk memberikan yang terbaik.

Sebagai HR, kamu tetap harus profesional dalam mengatasi hal ini agar tidak menyulitkan berbagai pihak. Semoga bermanfaat ?

#orang dalam

#nepotisme #rekrutmen orang dalam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Article