Mau-Sukses-Jadi-Pebisnis-Abaikan-6-Mitos-Ini!

Mau Sukses Jadi Pebisnis? Abaikan 6 Mitos Ini!

Banyak suara-suara di sekitar ketika mengetahui Anda hendak memulai bisnis sendiri. Memang, niatnya sekadar mengingatkan. Ada baiknya hal itu didengarkan, tetapi jangan sampai menjadi penghalang.

Setidaknya satu kali dalam seumur hidup, setiap orang terpikirkan untuk mulai membangun bisnis sendiri dan ingin sukses jadi pebisnis. Sebagai mesin inovasi dan alat pertumbuhan lapangan kerja, kewirausahaan merupakan tulang punggung perekonomian. Namun, ada banyak kesalahpahaman dan mitos seputar kewirausahaan. Apabila Anda terpikirkan untuk memulai bisnis, mungkin sekarang saatnya. Ketika banyak orang mengetahui niat Anda ingin membangun bisnis, bersiaplah untuk menerima saran maupun peringatan. Kedua hal tersebut bisa bersifat baik, tetapi terkadang kurang tepat dan malah menjegal niat Anda untuk mewujudkan impian Anda. Anda perlu menyaring semua mitos yang Anda dengar untuk mendapatkan kebenaran, sehingga Anda dapat menghindarkan diri menjadi salah satu dari sekitar 20 persen perusahaan yang gagal dalam waktu 12 bulan. Mitos-mitos tersebut sering kali mendukung ekspektasi yang tidak realistis, sehingga melansir Entrepreneur, apabila Anda ingin sukses, Anda harus melepaskan diri dari mitos-mitos kewirausahaan berikut ini.

Mitos 1. Pengusaha tidak punya kehidupan personal.

Salah satu mitos yang kerap beredar adalah para pebisnis harus berkorban demi mewujudkan impian menjadi wirausaha. Hal ini ditafsirkan sebagai saran seolah-olah pengusaha perlu meninggalkan kehidupan mereka. Padahal, menurut Barcelona Executive Business School, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sama pentingnya bagi pengusaha, seperti layaknya para profesional lainnya. Keseimbangan ini mengurangi risiko kelelahan, meningkatkan produktivitas dan baik untuk kesehatan. Pengusaha sukses tidak hanya bekerja sepenuh hati, tetapi juga mengetahui bagaimana cara untuk beristirahat dan menguasai keterampilan dalam menentukan skala prioritas, melakukan pendelegasian, serta membuat agenda keseharian.

Caranya memang tidak mudah, dibutuhkan latihan dan dedikasi demi kebaikan bisnis dan diri sendiri, seperti yang dilansir oleh Financial Express, yaitu salah satunya dengan menghindari pekerjaan yang melebihi kemampuan Anda. Pertahankan jaringan pertemanan, profesional dan pekerja lepas yang dapat digunakan untuk outsourcing. Katakan tidak pada klien, investor, kolega atau keluarga Anda apabila sedang tidak ingin melakukan suatu tugas atau melakukan “me time” seperti berolahraga untuk sekadar menghirup udara segar dan meregangkan kaki. Lakukan hobi yang menyenangkan di sela-sela pekerjaan, seperti mendengarkan musik, menonton film, melontarkan humor ringan, yang mampu menghilangkan ketegangan di ruang kerja. Ada baiknya mempunyai dua perangkat komunikasi yang memisahkan pekerjaan dengan pribadi.

Baca :   Blind Hiring: Reducing Bias in a Recruitment Process

Mitos 2. Hanya orang kaya yang mampu menjadi pebisnis.

Faktanya adalah belum tentu pebisnis itu berasal dari keluarga kaya. Beberapa pebisnis mungkin menjadi kaya setelah berwirausaha, tetapi mereka belum tentu memulainya dengan cara seperti itu. Contohnya saja Jeff Bezos yang memulai bisnis Amazon di sebuah garasi. Ada ribuan pengusaha yang memulai dari nol atau hampir dari nol yang kemudian mencapai hasil yang baik. Menurut Forbes, kewirausahaan bukanlah untuk orang kaya, dan mungkin juga tidak akan menghasilkan kekayaan.

Kendala uang mungkin menjadi satu-satunya yang membuat seseorang mengurungkan niat untuk menjadi pengusaha. Namun, perlu diingat bahwa kini ada dana dalam bentuk beasiswa, dana awal dan inkubator yang ditargetkan untuk calon pengusaha yang bukan berasal dari keluarga kaya. Selain itu, hal ini mendorong orang-orang dengan dana sedikit untuk memulai bisnis sendiri.

Mitos 3. Selalu banyak risiko. Anda sebenarnya memiliki kendali yang lebih besar atas risiko yang pernah Anda bayangkan. Apabila Anda tidak terlahir dari kedua orang tua yang memiliki jiwa usaha, maka kemungkinan besar Anda memercayai bahwa memulai bisnis akan jauh lebih berisiko ketimbang bekerja untuk orang lain. Karena Anda mungkin lebih meyakini bekerja di perusahaan mapan yang menawarkan asuransi kesehatan dan cuti berbayar lebih menjamin keamanan. Namun, hal itu tidaklah benar. Anda bisa saja bekerja di perusahaan mapan, tetapi tetap berisiko kehilangan pekerjaan dengan atau tanpa peringatan sebelumnya. Dalam beberapa tahun terakhir, ada banyak berita tentang ribuan karyawan perusahaan besar yang mengalami PHK.

Bagaimana apabila hal ini dibandingkan dengan risiko yang akan dialami apabila bekerja untuk diri sendiri? Risikonya sama saja apabila Anda memulai bisnis dengan memiliki satu klien. Akan tetapi, sejalan dengan waktu, risiko akan berkurang apabila Anda berhasil menjaring beberapa atau banyak klien yang kuat dan beragam. Jadi, apabila Anda berbisnis dan memiliki banyak klien, apabila ada satu klien memutus hubungan kerja dengan Anda, Anda tidak akan gulung tikar. Oleh karena itu, untuk meminimalisir risiko, segera kembangkan bisnis Anda dari nol hingga banyak klien sehingga pendapatan yang dihasilkan setidaknya sama besar dengan yang didapat dengan pekerjaan penuh waktu. Caranya adalah pelajari ilmu bisnis yang Anda geluti sebanyak-banyaknya.

Baca :   Kecerdasan Kolektif demi Organisasi yang Transformatif

Mitos 4. Memiliki pola pikir tidak kenal rasa takut.

Kesalahpahaman yang lumrah terjadi tentang kewirausahaan adalah pengusaha tidak boleh memiliki rasa takut. Rasa takut itu kerap terjadi, terutama bagi siapa pun yang memulai bisnis yang industrinya belum teruji. Fakta sebenarnya adalah bukan karena mereka tidak takut, melainkan mereka bersedia melakukan apa pun ketika mereka merasa takut. Ketakutan yang kerap menghinggapi pebisnis adalah takut membuat kesalahan, kehilangan uang, membuang-buang uang, hingga akhirnya tidak ada yang bisa ditunjukkan dari usaha mereka. Tidak ada satu pun pengusaha yang tidak memiliki ketakutan. Jadi, Anda tidak perlu khawatir untuk memiliki rasa takut.

Caranya adalah Anda harus melepaskan diri dari anggapan bahwa Anda harus sempurna dan mengetahui segalanya. Bersandar pada fakta, realita bahwa sewaktu-waktu kegagalan kecil atau besar akan terjadi. Kesuksesan adalah bagaimana Anda bisa bangkit dari kegagalan itu. Anda perlu belajar dari kegagalan dan mencari solusinya.

Mitos 5. Pengusaha adalah penyendiri

Faktanya justru sebaliknya. Sebagian besar pengusaha tahu bahwa mereka perlu memanfaatkan ide dan pengalaman orang lain untuk meraih kesuksesan. Mereka akan bersikap aktif dalam mencari nasihat dari orang lain dan membuat banyak kontak bisnis untuk memvalidasi ide bisnis mereka. Pengusaha yang penyendiri dan tidak mau berbagi kisah dengan siapa pun tidak akan dapat memulai bisnis yang sukses.

Ada begitu banyak sumber daya manusia dan tempat untuk meminta bantuan, asalkan Anda memiliki niat untuk mencari orang dan alat yang dapat mendukung dan membimbing Anda dalam menjalankan usaha. Di samping itu, untuk menarik orang-orang untuk membantu, Anda perlu bersikap terbuka dalam mengemukakan apa yang dibutuhkan dan mengesampingkan ego Anda. Selama Anda mampu menerima kenaifan Anda, orang lain akan serta merta membagikan beragam wawasan terbaik hingga koneksi atau jaringan yang mereka miliki. Anda hanya perlu menyerap semuanya dan menggunakan ilmu yang Anda serap itu untuk bergerak maju, serta selalu didukung oleh tim yang terdiri dari rekan-rekan yang saling mendukung.

Baca :   Breaking the Gen Z Stigma

Mitos 6. Merasa terlalu tua memulai bisnis.

Faktanya adalah apabila Anda kini berusia di atas 40 tahun dan sedang memulai bisnis, itu artinya Anda sudah dalam kondisi yang tepat. Pastinya Anda sudah kerap mendengar kisah tentang pengusaha sukses Mark Zuckerberg, Bill Gates, Steve Jobs yang merintis usaha di usia dua puluhan. Hal ini membuat Anda merasa terlalu tua untuk memulai bisnis. Namun, sebenarnya ini belum terlambat. Sebuah penelitian terbaru terhadap sekitar 2,7 juta pengusaha, ditemukan bahwa usia rata-rata pendiri usaha adalah 42 tahun, sedangkan usia rata-rata pendiri perusahaan dengan pertumbuhan tercepat adalah 45 tahun. Melansir Harvard Business Review, usia rata-rata pendiri perusahaan dengan kinerja tertinggi adalah 45 tahun. Secara keseluruhan, hal ini membuktikan bahwa pengusaha sukses cenderung berusia paruh baya. Bahkan, Kolonel Sanders belum menyempurnakan resep ayam gorengnya hingga usianya menginjak 50 tahun. Di usia 60-an, dia menciptakan Kentucky Fried Chicken dan pertama kali mewaralabakannya.

Mulai berbisnis setelah membangun karier justru berarti bahwa Anda sudah memiliki lebih banyak pengalaman, bahkan juga lebih banyak modal. Di samping itu, Anda juga dapat memulai usaha sambil mempertahankan pekerjaan penuh waktu yang sedang Anda jalani sekarang. Asalkan usaha Anda tidak menimbulkan konflik kepentingan sekaligus jadwal kegiatan Anda, tidak ada salahnya untuk mengusahakan bisnis sampingan.

Disimpulkan bahwa adanya mitos-mitos muncul karena kurangnya pengalaman. Beberapa mitos mungkin saja benar, tetapi tidak berlaku untuk semua pengusaha, sehingga penting untuk memahami realitas kewirausahaan agar mitos-mitos tersebut tidak diyakini terlalu lama. Diharapkan calon pengusaha untuk tidak membuat kategori dan daftar kekuatan, karakteristik, ciri-ciri pengusaha sukses, karena sesungguhnya perjalanan menuju dunia pengusaha tidak berlaku sistem one size fits all. Namun, satu hal yang pasti adalah diperlukan dedikasi tinggi untuk mencapai yang dicita-citakan karenakewirausahaan merupakan sebuah perjalanan yang penuh perjuangan. #entrepreneur #entrepreneurship #management

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Article