Pada 2017, CNN International merilis daftar “50 Makanan Terenak di Dunia”. Pemilihan ini dilakukan berdasarkan voting pada laman media sosial Facebook dan berhasil menghimpun 35.000 suara. Berdasarkan voting tersebut, rendang berhasil menduduki posisi pertama dari daftar tersebut. Sejak saat itu, rendang dikenal dunia, membuka peluang besar bagi banyak pelaku usaha kuliner untuk berkembang. Tak heran jika dari momentum ini kemudian lahirlah banyak pengusaha sukses yang menjadikan rendang sebagai produk andalan mereka, baik di dalam negeri maupun di pasar internasional.
Salah satu pengusaha rendang yang bisnisnya melejit adalah pengusaha sukses Sri Yuliastuti, atau akrab disapa Uni Tutie. Ia memulai usahanya pada 2015.
Awal Memulai Karir
Mengutip https://food.detik.com, Uni Tutie bercerita suatu hari ada temannya yang minta dibuatkan rendang. Rendang itu untuk ibu sang teman, yang kebetulan dikenal oleh Uni Tutie. Uni Tutie menyanggupi permintaan tersebut. Masakannya ia foto, kemudian diunggah ke media sosial Facebook. Ia melakukannya berulang kali, termasuk saat rendang sedang dimasak di wajan.
Berkat kerajinannya mengunggah foto ini, Uni Tutie mendapat pesanan. Usaha rendang rumahannya terus berkembang. Hingga pada 2017, Uni Tutie mendapatkan tawaran luar biasa dari sebuah perusahaan: sebanyak 30 ton dalam satu bulan. Sementara kemampuannya baru 30 kilogram (kg).

Namun, Uni Tutie menyanggupinya. Semua persayaratan diurus olehnya, mulai dari BPOM RI MD (Makanan Dalam) hingga HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Sebagai pengusaha sukses, Uni Tutie tahu bahwa memenuhi standar keamanan pangan adalah langkah penting untuk bisa menembus pasar internasional. Menurut Uni Tutie, persyaratan HACCP sebagai sertifikat keamanan pangan itu nantinya digunakan untuk mengurus perizinan ekspor. Termasuk ekspor ke Jepang dan Amerika Serikat (AS) yang terkenal ketat dalam soal pangan.
Untuk mendapatkan semua persyaratan ekspor produk tidaklah mudah, dibutuhkan waktu sekitar dua tahun. Pengusaha sukses seperti Uni Tutie memahami bahwa ekspansi global menuntut kesabaran dan ketekunan dalam memenuhi regulasi dan kualitas. Uni Tutie menargetkan pasar luar negeri lantaran berdasarkan survei kecil-kecial yang ia lakukan, produk Indonesia masih jarang dipajang di supermarket luar negeri.
Pengemasan produk juga harus sesuai standar internasional. Di antaranya harus ada logo dan nama merek, keterangan BPOM RI MD, keterangan HACCP ukuran gramasi, nilai gizi, peringatan alergi, petunjuk pemakaian, komposisi, dan penggunaan beberapa bahasa.
Melebarkan Sayap ke Luar Negeri
Sesudah mendapatkan HACCP, Uni Tutie mendapat tawaran untuk mengekspor rendangnya ke AS. Namun, produk rendang dangingnya tak bisa masuk ke AS, sedangkan untuk produk rendang selain daging bisa. Akhirnya, yang diekspor ke AS adalah rendang jengkol dan kacang merah. Rupanya, daging dan ungags tidak boleh masuk ke AS.
Selain ke AS, produk rendang Uni Tutie juga melanglang buana ke Eropa. Tidak seperti ke AS, rendang dading bisa diekspor ke Jerman hingga Swiss. Untuk ke Australia, yang diekspor adalah bumbu dan rendang kacang merah.
Sebagai pengusaha sukses, Uni Tutie mampu beradaptasi dengan cepat terhadap dinamika pasar dan regulasi tiap negara. Strategi diversifikasinya menjadi kunci utama agar ekspor tetap berjalan meski menghadapi batasan tertentu. Rendang Uni Tutie bahkan telah menjadi anggota inti dari program pemerintah ‘Indonesia Spice Up The World‘ sehingga mudah memasuki pasar ekspor.
Untuk mempertahankan cita rasa autentiknya, Rendang Uni Tutie menggunakan bahan baku lokal serta rempah alami Indonesia yang sudah dikenal sebagai bahan antioksidan. Proses pemasakannya pun dilakukan secara saksama dan dikemas dengan teknologi modern, sehingga produk-produk makanan ini memiliki umur simpan lebih dari 12 bulan di suhu ruang.

Lika-Liku Perjalanan Rendang Uni Tutie
Kisah perjalanan Uni Tutie menjadi bukti nyata bagaimana sebuah UMKM bisa bertransformasi dari skala rumahan hingga merambah pasar global. Namun, satu hal layak menjadi perhatian adalah adanya kesenjangan antara kapasitas produksi yang ada dengan permintaan pasar ekspor, dari hanya 30 kg menjadi 30 ton. Hal ini menggarisbawahi betapa krusialnya kesiapan produksi, manajemen rantai pasok, dan kolaborasi strategis bagi pelaku bisnis yang ingin berekspansi ke pasar internasional.
Keberanian Uni Tutie sebagai pengusaha sukses patut diacungi jempol, tetapi sekaligus mengingatkan bahwa masih banyak pelaku bisnis yang belum memiliki rencana cadangan untuk menghadapi lonjakan permintaan yang tak terduga.
Penolakan ekspor rendang daging ke Amerika Serikat akibat kebijakan impor daging mereka menggarisbawahi betapa pentingnya memahami regulasi negara tujuan secara mendalam. Sementara itu, inovasi produk seperti bumbu rendang atau rendang kacang merah membuktikan keluwesan strategi bisnis Uni Tutie dalam beradaptasi. Ia tak mudah menyerah. Langkah ini bisa menjadi contoh pengusaha sukses dalam melakukan diversifikasi produk untuk mengatasi hambatan nontarif di pasar global.
Sebaliknya, pasar Eropa justru menyambut hangat kehadiran rendang daging. Di Australia, bumbu rendang dan produk non-daging menjadi andalan ekspor. Inilah bukti bahwa pemahaman mendalam terhadap regulasi ekspor dan preferensi konsumen di tiap negara adalah strategi yang tak bisa diabaikan oleh siapa pun yang ingin menjadi pengusaha sukses di level internasional.
Pelajaran yang Bisa Diambil
Keberhasilan ekspor Uni Tutie juga didukung oleh perannya dalam program pemerintah Indonesia, Spice Up the World. Program ini membantu membuka peluang promosi, membangun branding internasional, serta memudahkan akses ke berbagai platform perdagangan. Namun, kisah Uni Tutie juga mengungkap satu fakta: masih banyak pelaku bisnis lainnya yang bingung tentang bagaimana memulai langkah mereka.
Uni Tutie membuktikan bahwa untuk menjadi pengusaha sukses, tidak cukup hanya dengan produk enak. Diperlukan ketekunan, riset pasar, kepatuhan terhadap regulasi, dan inovasi berkelanjutan. Rendang Uni Tutie tetap menggunakan rempah lokal dan diproses secara tradisional namun dikemas dengan teknologi modern. Dengan demikian, Uni Tutie memadukan autentisitas budaya dan inovasi teknologi.
Kombinasi inilah yang menjadikan Uni Tutie bukan sekadar penjual makanan, melainkan pengusaha sukses yang menginspirasi banyak pelaku UMKM di Indonesia untuk menembus pasar global.
Related Posts:
Stay Competitive Without Compromising Business Integrity: Building an Ethical and Sustainable Business
The whistleblower dilemma: Maintain Integrity or Save Your Career?
Strategi Ampuh Boost Produktivitas dengan Job Crafting
5 Tips membangun Employee Advocacy
Menyelaraskan Penilaian Kinerja & Executive Assessmen