Memperkuat Citra Perusahaan dengan Social Proof. Pada artikel berikut ini, kami akan mengulas mengenai salah satu strategi marketing yaitu social proof mulai dari definisi, cara menerapkannya dalam digital marketing, dan bagaimana tips memaksimalkannya yang perlu Anda ketahui dan terapkan untuk mengembangkan bisnis Anda.
Pada umumnya, setiap pelanggan pasti membuat pertimbangan sebelum membeli sebuah produk atau layanan bisnis. Berbagai macam pertimbangan tersebut seperti brand, spesifikasi produk, testimoni produk dari orang lain secara online atau offline, hal itulah yang disebut sebagai Social Proof.
Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital ini, kepercayaan menjadi mata uang yang paling berharga. Baik itu dalam hubungan personal maupun bisnis, kepercayaan adalah fondasi yang membangun relasi yang kuat. Namun, dalam lanskap digital yang begitu kompleks ini, bagaimanakah caranya kita dapat membangun kepercayaan? Salah satu jawabannya terletak pada konsep yang dikenal sebagai “social proof” atau bukti sosial.
Apa Itu Social Proof?
Social proof adalah sebuah konsep dalam psikologi sosial yang mengacu pada fenomena di mana seseorang cenderung mengikuti tindakan atau keputusan orang lain karena keyakinan bahwa tindakan atau keputusan tersebut merupakan perilaku yang benar atau diinginkan. Dalam konteks yang lebih luas, social proof merupakan mekanisme di mana individu menggunakan tindakan atau pendapat orang lain sebagai pedoman untuk menentukan cara bertindak atau membuat keputusan. Konsep ini didasarkan pada asumsi bahwa perilaku orang lain dapat memberikan petunjuk yang berguna dalam situasi di mana individu merasa tidak yakin atau tidak memiliki informasi yang cukup untuk membuat keputusan sendiri.
Social proof telah menjadi topik yang penting dalam berbagai bidang, termasuk psikologi, pemasaran, bisnis, dan media sosial. Dalam konteks pemasaran, social proof digunakan untuk memengaruhi perilaku konsumen dengan menunjukkan bahwa banyak orang lain telah memilih atau menyukai suatu produk atau layanan. Ini dapat dilakukan melalui ulasan pelanggan, testimoni, jumlah pengikut atau like di media sosial, atau rekomendasi dari tokoh terkenal atau ahli di bidang tertentu.
Ada berbagai macam social proof yang bisa Anda terapkan dalam strategi digital marketing bisnis Anda. Berikut di bawah ini adalah beberapa macam Social Proof yang harus dijalankan oleh bisnis Anda.
1. Testimoni Pelanggan
Ketika orang berbelanja melalui e-commerce atau took online, pastinya ada elemen social proof atau customer review terhadap produk atau layanan yang akan dibeli. Biasanya testimoni pelanggan ditampilkan dalam bentuk rating dan menyertakan penjelasan mengenai ulasan pemakaian produk atau layanan
2. Case Studies
Social proof yang satu ini sangat cocok untuk bisnis yang menjual service. Anda dapat mengangkat salah satu client bisnis Anda sebagai case study. Anda bisa menceritakan permasalahan yang client yang Anda hadapi dan bagaimana layanan Anda dapat membantu mereka.
3. Sertifikasi Badan Resmi
Terkadang customers mencari brand bisnis yang paling valid dan dapat dipercaya. Salah satu indikatornya bisa dilihat dari brand yang memiliki badan sertifikasi di dalamnya. Jika bisnis Anda menjual layanan software, Anda dapat mendaftarkannya ke badan ISO sebagai bukti jaminan keamanan.
4. Existing Customers
Jika bisnis Anda pernah menangani client-client dari brand ternama. Anda dapat menampilkannya logo brand dari client-client terbaik bisnis Anda di website bisnis Anda, tujuannya agar dapat memengaruhi potential customers bisnis Anda. Contohnya seperti kami menampilkan client-client brand ternama yang telah menggunakan layanan kami di halaman utama website.
5. Integrasi atau Partnership dengan Brand Lain
Bekerja sama dengan brand lain dapat meningkatkan kredibilitas bisnis Anda. Hal ini juga dapat menarik perhatian audiens bisnis Anda untuk menggunakan produk atau layanan bisnis Anda. Anda juga perlu memperhatikan dalam memilih bekerja sama dengan brand lain, Jika bekerja sama dengan brand yang tidak tepat, kredibilitas bisnis Anda bakal turun.
Agar Karyawan internal bisa menjadi Duta brand perusahaan
Vina Andhiani Muliana, S.P., M.I.Kom. (lahir 19 Januari 1994) adalah konten kreator dan pegawai badan usaha milik negara berkebangsaan Indonesia. Vina yang merupakan pemenang Abang None Jakarta pada tahun 2014 ini menjalankan karier profesionalnya sebagai pegawai di Mining Industry Indonesia sambil menekuni karier sebagai kreator konten di TikTok sejak tahun 2021 dengan konten membahas isu karier dan ketenagakerjaan. Ia merupakan penerima penghargaan dari TikTok Indonesia Awards 2021 dalam kategori “Best of Learning & Education”.
Vina yang juga seorang kreator konten edukasi berujar bahwa untuk meningkatkan nilai diri dapat dimulai dari membangun personal branding. Personal branding merupakan persepsi seseorang terhadap diri sendiri atau bagaimana cara pandang terhadap diri sendiri.
Perempuan yang berkecimpung dalam dunia komunikasi dan pengembangan manusia tersebut menuturkan, ada tiga hal yang bisa diaplikasikan untuk meningkatkan personal branding. Di antaranya internal self awareness, external self awareness, dan faktor pembeda.
Internal self awareness merupakan keadaan yang mengharuskan seseorang untuk mengenal dan mengetahui kepribadiannya, baik itu kualitas, kompetensi, ketertarikan, maupun value dirinya sendiri. “Mengenal diri sendiri memang tidak instan, kalian bisa rutin berkontemplasi untuk menemukannya,” ujar Vina memberikan tip.
Lebih lanjut, perempuan yang sempat berkarier sebagai reporter bisnis tersebut mengungkapkan, external self awareness merupakan persepsi atau asumsi dari orang lain terhadap dirimu. Ia menambahkan, umumnya external self awareness ini bisa diketahui dengan melakukan 3R, yaitu research, reflect, dan realign.
Vina mengungkapkan, research bisa dilakukan dengan bantuan pihak eksternal, yaitu dengan berdiskusi mengenai aspek apa saja dari dirimu yang sekiranya bisa dikembangkan. Selanjutnya, reflect. Ia mengatakan, setelah mendapat masukan dari orang lain, kita bisa merefleksikan apakah aspek tersebut sudah sesuai dengan branding yang diinginkan. Jika iya, langkah terakhir ialah realign, yaitu menyesuaikan.
Selanjutnya adalah faktor pembeda. Vina meyakini bahwa setiap orang memiliki keunikan masing-masing. Ia percaya bahwa keunikan tersebut dapat dikembangkan, dipolah, dan diunggulkan menjadi suatu ciri khas. “Dengan syarat, kamu harus mengenal dirimu sendiri dan berbangga hati atas segala yang kamu miliki,” ucapnya menegaskan.
Tips Agar Karyawan internal bisa menjadi Duta brand perusahaan menurut Vina Andhiani Muliana
- Pertama, Membuat Goal dan Tujuan Karier Masa Depanmu
Dalam membuat tujuan karier ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menemukannya. Seperti, menulis dan memetakan apa yang selama ini ingin dicapai. Cari lebih dalam passion yang selama ini kamu inginkan.
- Kedua, Mengikuti Program Magang atau Volunteer
Menurut Vina, setelah mengeksekusi dan memproyeksikan beberapa rencana masa depan, kamu bisa mengikuti berbagai macam kegiatan yang sesuai dengan keinginanmu. Misalnya saja seperti kegiatan volunteer atau internship. Kedua kegiatan itu bisa menunjang skills kemampuan bekerja. Kamu bisa mencari contoh job vacancy yang kamu inginkan.
- Ketiga, Eksekusi Karir untuk Masa Depan
Setelah membuat tujuan dan dan mengikuti beberapa kegiatan magang, selanjutnya adalah melakukan langkah tepat untuk eksekusi karier di masa depan. Vina juga membagikan beberapa cara untuk mengeksekusinya. Seperti, memulai membuat personal branding, salah satunya dengan membuat LinkedIn.
Untuk melatih kemampuan untuk menjadi profesional, membentuk time management, dan melakukan tracking seluruh proyek yang dilakukan. Itu juga sangat penting dilakukan untuk membangun karir impian.
“Untuk memiliki karir yang cemerlang, kamu harus menjadi seseorang yang profesional. Selain itu kamu harus memiliki time management yang baik, dan mengetahui apa yang harus kamu lakukan,” tutupnya.
Semoga bermanfaat
#brand perusahaan
# Memperkuat Citra Perusahaan
Related Posts:
TikTok for Recruitment: Can it Attract the Right Talent?
Turnover Contagion: Responding to the Wave of Resignations that Threatens Team Stability
Pros and Cons of Experiential Hiring
Leadership Without Position: The Real Impact of Shadow Leadership
Glass Cliff: Tantangan Kepemimpinan bagi Wanita dan Minoritas di Tengah Krisis