VanMoof sepeda listrik

Kisah VanMoof : Kendali Ekspansi

Ini kisah VanMoof, perusahaan sepeda elektrik kelas atas asal Belanda. Sayangnya, bukan kisah manis. Perusahaan ini dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan Distrik Amsterdam pertengahan Juli 2023, VanMoof mengklaim kepemilikan 190 ribu pelanggan di seluruh dunia.

Padahal, semasa pandemi COVID-19, permintaannya menjulang, sehingga mampu menghasilkan jutaan Dollar AS untuk membiayai ekspansi. Namun, gerai-gerainya saat ini telah ditutup. Pemesanan online pun telah berhenti. Administrator sedang menimbang apakah VanMoof masih bisa diselamatkan dengan cara menjual aset atau pun merestrukturisasi utangnya.

VanMoof didirikan pada 2009 oleh dua bersaudara, Taco dan Ties Carlier, yang bercita cita membuat “sepeda kota yang sempurna”. Sepeda-sepeda VanMoof terkenal dengan desain modern dan ramping dengan baterai yang terpasang dalam rangka. Berkat meroketnya penjualan selama pandemi, brand VanMoof pun naik daun.  Tak hanya itu, perusahaan berhasil mendapatkan 128 juta Dollar AS dari investor sebagai bekal untuk ekspansi. Saat itu, produk VanMoof dilabeli “e-bikepaling banyak didanai di dunia”.

Namun kemudian, menurut sebuah laporan, ada masalah dengan model terbaru. Di samping itu, VanMoof susah payah menanggung biaya perbaikan. Ada pula laporan tentang lamanya waktu pengantaran dan kelangkaan suku cadang.

VanMoof, yang memiliki sekitar 700 karyawan, menjual sebagian besar sepedanya secara online, tetapi juga memiliki toko di 20 kota di seluruh dunia, dan pusat layanan di 50 kota.

Kewalahan menanggung biaya perbaikan, lamanya waktu pengantaran, dan pengadaan suku cadang, seperti yang dialami VanMoof, merupakan isu yang kerap dihadapi banyak perusahaan yang sedang tumbuh pesat. Seiring tumbuhnya perusahaan, proses internal dan sistem perlu ditata guna merespons lonjakan permintaan dan kompleksitas. Kegagalan mengoptimalkan operasi mengakibatkan inefisiensi dan membengkaknya biaya, yang dapat menghambat pertumbuhan lebih lanjut.

Biaya dan inefisiensi bukan satu-satunya isu. Ketatnya persaingan menjadi tantangan abadi. Dalam kasus VanMoof, persaingan sepeda elektrik di Eropa sangatlah ketat. dengan banyak pemain bersaing untuk pangsa pasar. Salah satu pesaing VanMoof adalah Cowboy, sepeda elektrik asal Belgia. Perusahaan ini berfokus untuk menciptakan sepeda listrik yang ramping dan berorientasi kota dengan fitur teknologi terintegrasi. Cowboy dikenal dengan desainnya yang mnimalis, fitur yang mudah digunakan, dan aplikasi khusus yang meningkatkan pengalaman berkendara. Contoh lainnya adalah Tenways, produsen asal China yang namanya sudah populer di Eropa. Tenways menawarkan sepeda listrik yang dilengkapi dengan fitur-fitur canggih, seperti baterai tahan lama, motor bertenaga, dan pengaturan yang dapat disesuaikan, memenuhi kebutuhan penggemar sepeda listrik.

Faktor lainnya berkaitan dengan masalah finansial. Seiring pertumbuhan perusahaan, pengaturan keuangannya makin kompleks. Salah mengatur keuangan, tak mampu mengendalikan biaya, dan arus kas yang tidak cukup mengakibatkan tekanan keuangan, sehingga menghambat perrtumbuhan. Di VanMoof, perusahaan menginvestasikan banyak uang untuk kepentingan penelitian, pengembangan, dan pemasaran.   Tentu ini tidak salah, bahkan sangat baik.  Namun di sisi lain, VanMoof harus berurusan dengan gangguan ranai pasok akibat COVID-19. Akibatnya, komponen langka dan biaya logistik meningkat.  Tidak lakunya sejumlah model sepeda mengakibatkan penumpukan barang. Suku cadang gagal didapatkan. Semuanya ini berimbas pada seretnya arus kas perusahaan. Semua perusahaan tentunya ingin tumbuh. Namun, ekspansi yang tak terkendali akan menguras sumber daya perusahaan. Kondisi ini kerap dibarengi dengan infrastruktur yang kurang memadai. Pada akhirnya, kualitas produk dan kepuasan pelanggan menurun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Article