Efek Dunning Kruger: Overestimasi atau Cerdas?

Efek Dunning Kruger: Overestimasi atau Cerdas?

Efek Dunning Kruger: Overestimasi atau Cerdas? Pernahkah Anda memiliki atasan yang menganggap dirinya ahli dalam segala hal, termasuk bidang yang sama sekali tidak mereka miliki pengalamannya? Pada titik tertentu, Anda mungkin menemukan diri Anda bekerja untuk orang seperti itu.

Efek Dunning-Kruger, sebuah bias kognitif di mana individu dengan kemampuan rendah dalam suatu tugas melebih-lebihkan kemampuannya, dapat menjadi tantangan yang signifikan dalam dunia bisnis, terutama jika hal tersebut terwujud dalam diri seorang pemimpin/supervisor.

Efek Dunning Kruger: Overestimasi atau Cerdas?

Dunning-Kruger effect merupakan kebalikan dari sindrom imposter. Bukan meremehkan kemampuannya sendiri, orang dengan kondisi ini justru menganggap dirinya lebih pintar dan mahir dibandingkan orang lain yang pengetahuan dan keterampilannya justru jauh lebih baik dari dirinya.

Tanda-tanda Pemimpin Menderita Efek Dunning-Kruger

1. Terlalu Percaya Diri dan Ketidaktahuan akan Keterbatasan: Pemimpin dengan efek Dunning-Kruger sering kali menunjukkan keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuan dan pengetahuannya. Mereka mungkin mengambil keputusan tanpa sepenuhnya memahami implikasinya atau tanpa meminta nasihat ahli. Misalnya, seorang CEO yang tidak memiliki latar belakang teknis mungkin bersikeras untuk mengambil semua keputusan teknis untuk sebuah startup teknologi, sehingga menghasilkan produk yang gagal memenuhi kebutuhan pasar. Rasa percaya diri yang berlebihan ini, ditambah dengan ketidaktahuan akan keterbatasannya, dapat mengakibatkan hasil bisnis yang buruk.

2. Penolakan terhadap Umpan Balik: Para pemimpin ini sering menolak kritik yang membangun dan mungkin bereaksi negatif terhadap umpan balik, memandangnya sebagai serangan pribadi dan bukan peluang untuk berkembang. Seorang pemimpin bisnis mungkin menolak penelitian tim pemasaran tentang preferensi pelanggan, karena percaya bahwa intuisi mereka lebih unggul. Kampanye pemasaran berikutnya gagal menarik perhatian target audiens, yang menggambarkan dampak buruk dari penolakan umpan balik.

Baca :   Non-linear Career Development: An Alternative

3. Pengambilan Keputusan yang Buruk: Mereka sering mengambil keputusan berdasarkan persepsi yang salah, sehingga hasilnya buruk. Seorang CEO, yang yakin dengan pengetahuan finansialnya (yang terbatas) , mungkin mengabaikan nasihat CFO dan melakukan investasi berisiko yang mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan. Pengambilan keputusan yang buruk ini merupakan tanda yang jelas dari efek Dunning-Kruger.

4. Kurangnya Pengakuan atas Keterampilan Orang Lain: Pemimpin yang menderita dampak ini mungkin gagal mengenali keterampilan dan kontribusi bawahannya. Seorang pemimpin mungkin gagal untuk mengakui kontribusi anggota tim terhadap keberhasilan proyek, sehingga menurunkan semangat dan menyebabkan produktivitas. Kurangnya pengakuan atas keterampilan orang lain ini dapat menciptakan lingkungan kerja beracun.

5. Ketidakmampuan Belajar dari Kesalahan: Alih-alih belajar dari kesalahan, para pemimpin ini mungkin menyalahkan orang lain atau faktor eksternal atas kegagalan mereka. Setelah peluncuran produk yang gagal, seorang CEO mungkin menyalahkan tim penjualan atas kinerja yang buruk, mengabaikan fakta bahwa mereka mengabaikan riset pasar dan mempercepat pengembangan produk. Ketidakmampuan untuk belajar dari kesalahan mengakibatkan kegagalan berulang dan kurangnya pertumbuhan.

6. Terlalu Percaya Diri pada Pendapa pribadit: Pemimpin yang terkena efek Dunning-Kruger sering kali memiliki keyakinan yang berlebihan terhadap validitas pendapat pribadinya dan menolak kritik atau ketidaksepakatan apa pun. Hal ini dapat mengarah pada budaya ‘yes-men’ di mana karyawan takut menyuarakan pendapat yang berbeda, sehingga menghambat inovasi dan pertumbuhan.

7. Kurangnya Refleksi Diri: Para pemimpin ini jarang merenungkan kesalahan atau kegagalannya, sering kali menyalahkan orang lain atau faktor eksternal atas kekurangannya. Kurangnya refleksi diri menghalangi mereka untuk belajar dan berkembang, sehingga mengakibatkan kesalahan berulang dan kinerja buruk.

Baca :   Preventing Talent Hoarding: Building Careers or Hindering Growth?

8. Mengabaikan Nasihat Ahli: Pemimpin yang menderita efek Dunning-Kruger cenderung mengabaikan nasihat atau pendapat dari individu yang lebih berpengetahuan atau berpengalaman, karena percaya bahwa mereka lebih tahu . Hal ini dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang buruk dan hilangnya peluang untuk pertumbuhan dan perbaikan.

9. Melebih-lebihkan Kesuksesan di Masa Depan: Mereka sering melebih-lebihkan kemampuan mereka untuk berhasil menyelesaikan tugas atau mencapai tujuan di masa depan, bahkan ketika bukti di masa lalu menunjukkan sebaliknya. Hal ini dapat menimbulkan ekspektasi dan tujuan yang tidak realistis, sehingga membuat tim gagal.

10. Ketidakmampuan Mengakui Kurangnya Pengetahuan: Pemimpin dengan efek Dunning-Kruger sering gagal mengakui ketika mereka tidak mengetahui sesuatu. Mereka mungkin berpura-pura memahami topik yang rumit atau mengambil keputusan tanpa sepenuhnya memahami situasinya, sehingga hasilnya buruk.

Penyebab Dunning-Kruger Effect

Ada tiga hal yang bisa menjadi penyebab seseorang memiliki Dunning-Kruger effect, yaitu:

1. Merasa telah banyak belajar

Orang dengan Dunning-Kruger effect cenderung tidak menyadari bahwa ia memiliki kemampuan yang masih kurang dibandingkan orang lain. Ini karena ia merasa sudah cukup banyak mempelajari sesuatu dan berhasil bertahan dalam suatu kejadian.

2. Memiliki pikiran yang tidak terbuka

Pikiran yang tidak terbuka dengan perubahan bisa menyebabkan seseorang merasa sangat tahu atau sangat ahli terhadap suatu hal, khususnya ketika ia merasa sudah tuntas mempelajari hal tersebut.

Tidak hanya itu, pikiran yang tertutup juga bisa menyebabkan seseorang tidak menyadari akan kesalahan yang telah diperbuatnya.

Baca :   Post-election 2024; Time for the Business World to Prepare New Strategies

3. Berkurangnya metakognisi

Metakognisi adalah kemampuan untuk mengetahui hal yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh diri sendiri. Kurangnya metakognisi bisa membuat seseorang menilai dirinya lebih baik dibandingkan orang lain secara tidak realistis. Pada akhirnya, hal ini dapat mengarah pada Dunning-Kruger effect.

Cara Mengatasi Dunning-Kruger Effect Dalam Kepemimpinan Manajerial

Meski tidak berbahaya, Dunning-Kruger effect bisa mengakibatkan seseorang tidak mau menerima saran dan kritik dari orang lain, sulit atau terburu-buru dalam mengambil keputusan, serta ego dan percaya diri yang tinggi karena merasa dirinya selalu benar.

Pada akhirnya, orang dengan Dunning-Kruger effect akan mengganggu orang-orang di sekitarnya, seperti dalam lingkungan kerja, rumah, atau komunitas.

Nah, bila Anda mengenal orang dengan kondisi yang telah dijelaskan sebelumnya, ada beberapa cara yang Anda bisa dilakukan untuk menghadapi orang dengan Dunning-Kruger effect, yaitu:

  • Hindari debat atau argumen dengannya, kecuali diperlukan.
  • Latih empati dan sadari bahwa tindakannya tersebut mungkin berakar dari masalah pribadi, baik keluarga yang problematik maupun gangguan mental.
  • Tidak perlu dimasukkan ke dalam hati, sadari saja bahwa komentar dan perilakunya tentang kinerja Anda tidak ada hubungannya dengan sosok Anda sebenarnya.
  • Bila memungkinkan, ajak ia mengikuti pelatihan yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya, sehingga ia akan lebih sejalan dengan penilaiannya sendiri.

# Dunning-Kruger effect

#efek Dunning-Kruger

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Article