Bisnis Keluarga : Jangan Abaikan Gaya Pengasuhan

Bisnis Keluarga : Jangan Abaikan Gaya Pengasuhan

Semua pemilik bisnis keluarga ingin agar kelak anak-anak mereka meneruskan bisnis orangtuanya. Agar sukses, tentunya penerus ini harus disiapkan sejak awal. Namun, ternyata yangharus disiapkan bukan keterampilan saja. Gaya pengasuhan (parenting style) juga harus diperhatikan.

Gaya pengasuhan orangtua dapat memberikan dampak signifikan terhadap anak, yang disiapkan untuk melanjutkan bisnis keluarga. Gaya pengasuhan anak membentuk nilai-nilai, keterampilan, dan perilaku yang akan dianut dan dipraktikkan penerus saat kelak mengurus bisnis keluarga.

Dalam konteks ini, gaya pengasuhan dapat berdampak pada etos kerja, pengambilan keputusan, komunikasi, kegigihan dan kemampuan beradaptasi, penanganan konflik, dan suksesi.

Orangtua yang menekankan semangat kerja keras, disiplin, dan tanggung jawab akan melahirkan penerus dengan etos kerja yang tinggi. Mereka akan menjadi penerusyang berdedikasi dan berkomitmen terhadap bisnis keluarga.

Ada generasi senior yang sukses menyeimbangkan kedekatan emosional dan struktur, menumbuhkan kemandirian dan mendorong keterampilan berpikir kritis bagi generasi penerus. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan seperti ini lebih mungkin mengambil keputusan berdasarkan informasi dan mengambil inisiatif dalam bisnis keluarga. Dengan kata lain, mereka akan mengambil keputusan dengan cara yang benar.

Komunikasi yang efektif sangat penting dalam bisnis apa pun, dan sering kali dimulai dari rumah. Orangtua yang mendorong dialog terbuka, mendengarkan secara aktif, dan umpan balik yang konstruktif membantu anak-anak mereka mengembangkan keterampilan komunikasi yang kuat yang penting untuk kolaborasi dan penyelesaian konflik dalam bisnis keluarga.

Baca :   Kecerdasan Kolektif demi Organisasi yang Transformatif

Sebaliknya, ada juga orangtua yang sangat menuntut tetapi mengabaikan pendapat dan keinginan penerus. Penerus ini tidak berani bertanya ketika orangtua meminta melakukan sesuatu. Akibatnya, mereka jadi mudah gelisah dan tidak mandiri. Eddleston, Shanine, dan Madison menyebutnya sebagai orangtua otoritarian. Dampak dari gaya pengasuhan seperti ini adalah mereka dapat mengalami kesulitan menjaga hubungan dengan karyawan serta kurang mampu berempati (meski tetap bisa sukses mengurus bisnis). Dampak lainnya adalah apa yang disebut impostor phenomenon, yaitu ketidakmampuan memenuhi harapan sangat tinggi dari orangtua. Mereka merasa bersalah, tidak pantas mendapatkan kedudukan tinggi. Hal ini memengaruhi kemampuan penerus untuk mengatur orang lain dan menuntut standar yang tinggi dari karyawan (tentu tidak salah memberlakukan standar tinggi, bahkan wajib. Namun, hal ini harus diimbangi dengan empati dan kepedulian terhadap kesejahteraan karyawan).

Gaya pengasuhan juga berdampak pada cara penerus memandang dan merespons tantangan dan kemunduran. Resiliensi dan kemampuan beradaptasi sangat dibutuhkan di tengah dunia bisnis yang penuh gejolak dan ketidakpastian. Penerus yang terbiasa didorong untuk kreatif dalam menyelesaikan persoalan akan lebih siap meneruskan bisnis keluarga.

Cara generasi senior menangani perselisihan dan konflik dalam keluarga menjadi contoh bagi penerus. Orangtua yang memberikan contoh strategi resolusi konflik yang sehat mengajarkan anak-anak mereka cara mengelola perselisihan secara profesional dan penuh rasa hormat, yang sangat penting untuk menjaga keharmonisan dan produktivitas dalam bisnis keluarga.

Baca :   Dari Hierarki ke Kolaborasi: Merombak Struktur Organisasi untuk Mendukung Transformasi

Gaya pengasuhan juga dapat memengaruhi perencanaan suksesi dalam bisnis keluarga. Orangtua yang memberdayakan anak-anak mereka sejak usia muda, secara bertahap mempercayakan tanggung jawab dan kesempatan mengambil keputusan kepada mereka, akan menjadi landasan bagi kelancaran transisi kepemimpinan ketika saatnya tiba.

Dalam hal gaya pengasuhan ini, kita bisa belajar dari Walmart. Walmart didirikan oleh Sam Walton pada tahun 1962 dengan dibukanya toko Walmart pertama di Rogers, Arkansas. Selama beberapa dekade, Walmart telah berkembang menjadi raksasa ritel global, mengoperasikan ribuan toko di seluruh dunia dan menghasilkan pendapatan miliaran dolar setiap tahunnya. Keluarga Walton tetap banyak terlibat dalam proses manajemen dan pengambilan keputusan perusahaan.

Keluarga Walton dikenal karena pendekatannya yang langsung dalam mengasuh anak dan bisnis. Sam Walton dan istrinya, Helen Walton, menanamkan nilai-nilai kerja keras, hemat, dan pelayanan pelanggan pada anak-anak mereka sejak kecil. Mereka mendorong anak-anak mereka untuk mempelajari seluk beluk bisnis ritel dengan melibatkan mereka dalam berbagai aspek operasional Walmart.

Anak-anak Walton terlibat dalam operasional Walmart sejak usia muda, sering kali menemani orang tua mereka ke toko dan berpartisipasi dalam berbagai tugas. Keterlibatan langsung ini menanamkan etos kerja yang kuat, karena mereka menyaksikan secara langsung dedikasi dan kerja keras yang diperlukan untuk membangun dan mempertahankan kesuksesan bisnis. Nilai dari upaya untuk mencapai tujuan telah tertanam dalam diri mereka sejak dini, membentuk sikap mereka terhadap pekerjaan dan kesuksesan.

Baca :   Memimpin Perubahan dengan Filosofi Daerah: Belajar dari Bugis-Makassar

Seiring makin dewasanya anak-anak Walton, mereka diberi tanggung jawab dan otonomi yang semakin besar di Walmart. Pemberdayaan bertahap ini memungkinkan mereka mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan dan kualitas kepemimpinan, karena mereka dipercaya untuk membuat pilihan-pilihan penting yang berdampak pada arah perusahaan. Dengan melibatkan mereka dalam diskusi strategis dan proses pengambilan keputusan, Walton Senior menanamkan rasa memiliki (sense of belonging) dan akuntabilitas di dalam sanubari anak-anaknya.

Industri ritel sangatlah dinamis. Tumbuh di lingkungan bisnis keluarga Walmart, anak-anak Walton belajar untuk menjadi tangguh dan pandai menyesuaikan diri menghadapi aneka tantangan. Mereka menjadi saksi saat orangtua mereka berjuang tak kenal lelah menghadapi krisis ekonomi yang berkali-kali melanda dunia, perubahan teknologi, perubahan selera pelanggan, dan persaingan. Dari sini, mereka belajar pentingnya inovasi agar perusahaan tetap eksis. Tentunya mereka juga melihat banyak perusahaan yang harus gulung tikar akibat tergilas perkembangan zaman.

Kategori: Family Business

#parentingstyle

#bisniskeluarga

#walmart

#walton

#samwalton

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Article