Tantangan Hybrid Leadership Onsite Dan Remote

Tantangan Hybrid Leadership Onsite Dan Remote

Tantangan Hybrid Leadership Onsite Dan Remote. Pada 2020, sebagian besar perusahaan berbicara tentang kerja jarak jauh (remote working) atau Work From Home. Namun pada 2021, saat karyawan sudah mulai kembali bekerja di kantor, banyak perusahaan dan karyawan yang tetap ingin mendapatkan manfaat dari sistem kerja jarak jauh. Oleh karena itulah, sistem hybrid working berkembang.

Dengan menerapkan hybrid working, baik perusahaan maupun karyawan bisa sama-sama untung. Perusahaan dapat menghemat pengeluaran biaya operasional kantor, sedangkan karyawan bisa memperoleh work life balance dengan lebih baik.

Perlu Anda ketahui, di berbagai perusahaan saat ini ada 3 model atau sistem kerja yang populer digunakan, yaitu:

  1. On-site yaitu model atau sistem kerja tradisional. Karyawan bekerja di kantor.
  2. Remote yaitu model atau sistem kerja jarak jauh. Karyawan dapat bekerja dari lokasi mana pun di luar kantor
  3. Hybrid yaitu model atau sistem kerja yang menggabungkan on site dan remote working.

Konsep hybrid working mulai banyak diterapkan di Indonesia sejak Pandemi Covid-19 terjadi. Banyak tantangan penerapan hybrid workforce yang harus dilewati agar penerapannya sukses dan bisa diterima para pekerja.

Terutama kesiapan perusahaan yang harus maksimal sebelum bisa menerapkan sistem kerja yang sebenarnya cukup memudahkan para karyawan ini. Sebab bekerja secara hybrid artinya melakukan pekerjaan sebagian di tempat kerja, dan sebagian lagi di rumah.

Sistem kerja hibrida fleksibel dan membantu karyawan agar dapat bekerja lebih optimal. Bahkan dapat mengurangi biaya operasional sekaligus meningkatkan produktivitas perusahaan. Namun, penerapannya memang memiliki banyak sekali tantangan.

Model-model Hybrid Working?

Hybrid working sendiri memiliki beberapa model, yaitu:

  1. Split-team: saat mengaplikasikan sistem hybrid, perusahaan akan memiliki dua kelompok karyawan yang bekerja dengan sistem kerja yang berbeda yaitu remote dan onsite.
  2. Shift: perusahaan yang menggunakan sistem hybrid shift akan membuat jadwal yang mengatur hari-hari tertentu dalam seminggu dimana karyawan dapat bekerja secara remote atau onsite.
  3. Fleksibel: perusahaan akan memberikan fleksibilitas bagi karyawan untuk memilih bekerja secara remote atau onsite.

Apa Keuntungan Hybrid Working?

Setelah Anda memahami apa itu hybrid working, mari kita ulas mengenai pro dan kontra dari sistem kerja modern ini bagi perusahaan ataupun karyawan.

Kelebihan:

  1. Menawarkan fleksibilitas bagi karyawan dimana mereka bisa bekerja dari rumah atau datang ke kantor.
  2. Meningkatkan work life balance karyawan.
  3. Perusahaan dapat mengurangi biaya operasional kantor mengingat karyawan dapat bekerja dari rumahnya masing-masing. Bahkan banyak perusahaan yang akhirnya menyewa virtual office daripada gedung fisik karena sebagian besar karyawannya bekerja dari lokasinya masing-masing.
  4. Perusahaan memiliki kesempatan untuk merekrut karyawan potensial di kota lain.
  5. Meningkatkan loyalitas karyawan karena sebagian besar karyawan ingin bekerja dari rumah
Baca :   Glass Cliff: Tantangan Kepemimpinan bagi Wanita dan Minoritas di Tengah Krisis

Kekurangan:

  1. perusahan memiliki tantangan dalam mengelola karyawan jarak jauh
  2. perusahaan memiliki tantangan dalam mengkoordinasi karyawan agar karyawan remote dapat bekerja sama dengan karyawan onsite.
  3. perlu mengadopsi penggunaan teknologi.

Berbagai Tantangan Penerapan Hybrid Workforce

Bagi perusahaan yang ingin menerapkan hybrid workforce, ada beberapa hal penting untuk diperhatikan. Terutama kesiapan perusahaan sendiri dalam menyediakan instrumen kerja yang dapat memenuhi kebutuhan sistem kerja ini.

Beberapa tantangan yang mungkin akan ditemui perusahaan yang menerapkan hybrid workface adalah:

  1. Kesulitan Melakukan Kolaborasi dengan Karyawan Remote

Tantangan penerapan hybrid workforce yang pertama adalah masalah komunikasi. Karena kebanyakan komunikasi dilakukan menggunakan teknologi baru, misalnya komputer, smartphone, tablet, dan lain sebagainya.

Karyawan memerlukan pelatihan untuk bisa menggunakan teknologi ini sebagai sarana berkomunikasi. Masalahnya, banyak karyawan remote yang masih sulit melakukan komunikasi dengan teknologi-teknologi tersebut.

Belum lagi permasalahan koneksi internet yang masih belum memadai di beberapa wilayah Indonesia. Oleh sebab itu, kolaborasi antara kantor dan pekerja remote seringkali sulit dilakukan.

  1. Penyediaan Teknologi yang Kurang Memadai

Tantangan penerapan hybrid workforce berikutnya adalah dari segi penyediaan teknologi pendukung untuk bekerja di rumah. Teknologi menjadi kunci dalam penerapan sistem kerja dua tempat ini.

Permasalahannya adalah kebanyakan perusahaan tidak menyediakan teknologi memadai, malah mengharuskan karyawan yang menyediakan teknologi tersebut. Misalnya komputer atau laptop untuk melakukan zoom meeting.

Peralatan video dan audio berkualitas tinggi sangat penting disediakan untuk menjamin komunikasi terjalin dengan baik dari dua arah.

Agar perusahaan tidak perlu menghadapi kendala ini, ada baiknya untuk menyediakan teknologi memadai untuk karyawannya. Dengan demikian, setiap bagian dapat terhubung dan melakukan kerja sama dengan baik.

  1. Jadwal Hybrid Work yang Sulit Diikuti Karyawan

Tantangan penerapan hybrid workforce berikutnya adalah kesulitan dalam mengikuti jadwal kerja hybrida. Sebab melakukan sinkronisasi antara pekerja di kantor dan di luar kantor cukup sulit dilakukan.

Terkadang karyawan yang berada di lapangan atau lokasi kerja kesulitan mengikuti jadwal ditentukan. Sebab terpengaruh dengan keadaan terjadi di lapangan. Hal ini sering terjadi dan menjadi kendala yang sulit diselesaikan.

Baca :   Inspiring Stories of Local Entrepreneurs: Hamzah Sulaiman: The Visionary Behind Raminten's Uniqueness

Untuk mengatasinya, bisa dilakukan sinkronisasi jadwal antara pekerja remote dengan kantor. Kemudian dilakukan komunikasi, kolaborasi, dan pengaturan jadwal yang akan membuat nyaman kedua belah pihak.

Dengan pengaturan jadwal yang jelas dan komunikasi konsisten, akan mudah diatur jadwal pertemuan, zoom meeting, maupun kolaborasi antara semua bagian di perusahaan.

  1. Tidak Semua Karyawan Paham dengan Teknologi

Tantangan penerapan hybrid workforce lain yang harus dihadapi adalah mengenai sumber daya manusia. Sebab tidak semua karyawan memahami teknologi, terutama jika karyawan sudah berumur. Pengetahuan akan teknologi lebih minim.

Kemampuan belajar setiap karyawan juga berbeda, ada yang bisa mempelajari teknologi sistem kerja hibrida dengan cepat, tapi tidak sedikit membutuhkan waktu lebih banyak.

Meskipun terlihat sepele, hal seperti ini dapat memengaruhi penerapan sistem kerja baru dan berefek pada produktivitas karyawan.

Oleh sebab itu, pelatihan sangat dibutuhkan agar karyawan memahami teknologi dalam hybrid workforce. Setelah pelatihan juga dibutuhkan follow up untuk melihat implementasi hasil pelatihan dalam pekerjaan sehari-hari.

  1. Cukup Sulit Mempertahankan Produktivitas

Selain masalah teknologi dan sumber daya manusia, tantangan penerapan hybrid workforce selanjutnya adalah masalah produktivitas karyawan. Sebab jam kerjanya tidak seperti saat bekerja di kantor.

Jika di kantor bekerja penuh dari pukul 8 pagi hingga 5 sore, apabila bekerja di rumah kemungkinan tidak bisa sesuai jadwal tersebut.

Ketika bekerja di kantor, fokus karyawan adalah bekerja sesuai dengan tugasnya. Namun, ketika di rumah batasan antara kerja dan kehidupan pribadi sangat tipis, ada banyak faktor yang mungkin membuat karyawan tidak fokus bekerja.

Bahkan banyak yang tidak mampu menjadikan bekerja sebagai prioritas dan menjadi tidak produktif. Banyak karyawan yang kewalahan hingga akhirnya membutuhkan waktu lebih lama dalam menyelesaikan pekerjaan.

  1. Tidak Adanya Sistem Informasi yang Sistematis

Tantangan penerapan hybrid workforce bagi perusahaan selanjutnya adalah kesiapan perusahaan dalam menyediakan sistem informasi sistematis. Kebanyakan perusahaan di Indonesia masih belum siap menyediakan sistem informasi sistematis ini.

Padahal sistem informasi sistematis akan menjadi kunci agar komunikasi antara kantor dan pekerja remote dapat terjalin dengan baik. Sistem informasi ini berkaitan dengan metode berbagi informasi.

Sistem kerja hybrid membutuhkan hubungan antar tim dapat terjalin dengan baik melalui komunikasi. Namun, masalahnya bekerja dari jarak berjauhan membuat hubungan antar tim mengalami penurunan.

Cara menghadapi tantangan ini adalah dengan membangun komunikasi yang baik melalui sistem informasi sistematis dari perusahaan. Jadi, perusahaan terlebih dahulu perlu membuat sistem informasi pendukung agar hybrid working dapat terlaksa.

Baca :   Non-linear Career Development: An Alternative

Misalnya menggunakan alat komunikasi tertentu, seperti Telegram untuk pembagian tugas dan jalur komunikasi. Jadi, kolaborasi dalam tim dapat dilakukan dengan baik.

  1. Tidak Memiliki Pemimpin yang Kompeten

Ada banyak tantangan penerapan hybrid workforce yang menjadi pekerjaan rumah perusahaan jika ingin menerapkan sistem ini. Salah satunya dalam memilih pemimpin.

Pemimpin memiliki peran penting dalam sebuah tim, sebab harus mengarahkan, mengembangkan, serta mengajak bawahan agar bisa bekerja secara efektif dan efisien.

Pemimpin bukan hanya cakap, tapi harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik sehingga bisa menyampaikan tujuan kepada karyawan di bawahnya. Selain itu, menjadi moderator agar hubungan antar pekerja dapat terus terjalin.

Memilih pemimpin tidak bisa asal tunjuk, tapi harus dipastikan harus memiliki pengetahuan mengenai teknologi yang baik juga cakap dalam memegang tanggung jawab.

Pada sistem kerja hybrid workplace pemimpin harus aktif melakukan follow up pada pekerjaan yang dilakukan pegawai. Harus aktif menanyakan langsung mengenai kendala dihadapi dan bantu mencari solusinya.

  1. Kebijakan Perusahaan yang Membingungkan

Tantangan penerapan hybrid workforce lainnya adalah mengenai kebijakan perusahaan dalam penerapan sistem kerja ini. Apalagi ketika baru diterapkan, kebingungan karyawan pasti akan sangat banyak apalagi jika kebijakan perusahaan kurang jelas.

Sebagai contoh dalam pembagian jadwal kerja, harus dipastikan bagaimana sistem pembagian kerja remote. Apakah sebagian pekerja saja bekerja remote atau menggunakan sistem bergantian.

Dalam hal ini, perusahaan harus membuat kebijakan yang jelas dan perlu disosialisasikan kepada seluruh bagian perusahaan. Karena setiap elemen dalam perusahaan akan memengaruhi keberhasilan penerapan hybrid working ini.

Langkah utama adalah memberikan pelatihan pada pimpinan tim, kemudian informasi dibagikan kepada setiap karyawan pada setiap tim dalam perusahaan.

Sistem kerja hibrida memang sudah banyak diterapkan di luar negeri, terutama negara maju, dan sudah sukses di banyak perusahaan. Namun, di Indonesia penggunaannya masih belum terlalu umum.

Sebab masih banyak kendala dalam penerapannya, mulai dari teknologi kurang mendukung, sumber daya manusia yang belum terlatih, dan berbagai permasalahan lainnya.

#kerja remote

#kerja hybrid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Article