Ada domba, keledai, rubah dan burung hantu yang berperan dalam hewan politik di suatu organisasi. Yang mana saja yang kerap Anda temui dan yang akan cocok menjalankan proyek tertentu?
Filosof dan ilmuwan Aristoteles pernah berkata bahwa “setiap manusia, secara alamiah adalah hewan politik”, hampir di setiap aspek kehidupan, termasuk di tempat kerja. Politik ada di seluruh wilayah dan industri serta tempat kerja, bahkan di tempat-tempat yang tidak Anda duga, seperti badan amal, gereja, dan akademisi. Ini mungkin merupakan salah satu perkataan Aristoteles yang paling terkenal, berdasarkan pernyataannya bahwa “setiap orang pada dasarnya, memiliki dorongan untuk bekerja sama dengan orang lain.” Melansir Harverd Business Review, politik adalah kata yang kurang baik. Berani membicarakannya secara terang-terangan pun tidak. Mungkin kebanyakan dari kita tidak ingin mengakui keberadaannya. Namun, nyatanya politik kantor itu ada dan tidak dapat dihindari. Entah apakah Anda ikut berpartisipasi atau tidak di dalamnya, politik memiliki pengaruh besar terhadap apa yang terjadi dalam kehidupan kerja Anda, proyek maupun tim Anda, sehingga hampir tidak mungkin Anda bersikap acuh tak acuh terhadapnya. Bahkan, setiap orang di organisasi berperilaku dengan cara yang politis.
Seperti yang dikatakan oleh Wired, politik telah ada sejak manusia purbakala pertama memutuskan bahwa ia ingin mempengaruhi manusia purbakala berikutnya. Sudah menjadi sifat alamiah manusia bahwa kita semua ingin maju dan beberapa orang bersedia melakukan lebih unggul dari yang lain untuk mewujudkannya.
Beragam untuk keuntungan
Bagai sebuah hutan, suatu organisasi merupakan tempat berkumpulnya beragam jenis manusia yang bekerja demi mendapatkan keuntungan. Dua akademisi dari Birmingham University, Simon Baddeley dan Kim James membagi empat kategori orang dalam dunia “pengaruh dan memengaruhi orang lain” di kantor dengan analogi hewan, yaitu domba, keledai, rubah dan burung hantu.
Domba menggambarkan orang-orang lugu dan menyadari kekhawatiran orang lain, setia, tetapi tidak paham politik. Domba secara politis naif, tetapi bertindak demi kepentingan kelompok, karena mereka pikir itu adalah hal yang benar untuk organisasi dan orang-orang. Mereka setia dan rajin, tetapi perlu dipimpin. Mereka memiliki integritas tinggi, tetapi kesadarannya rendah. Mereka juga mengandalkan otoritas. Dalam situasi kerja, mereka diberi banyak pekerjaan dan memiliki rasa loyalitas yang mendalam kepada atasan dan tetap berpegang pada aturan organisasi tanpa mempertanyakannya. Domba buta terhadap pesan tersembunyi dan isyarat sosial karena mereka tidak membaca yang tersirat. Mereka adalah rekan kerja yang luar biasa dan sering kali tidak bersalah.
Keledai menggambarkan sosok yang tidak berprinsip dan tidak etis, buruk dalam keterampilan interpersonal, tetapi gemar mendekat dengan figur otoritas di perusahaan. Keledai, seperti halnya domba, naif secara politis, tetapi perbedaannya adalah mereka bertindak berdasarkan kepentingan pribadi. Tipe perilaku keledai atau tidak kompeten memiliki integritas dan kesadaran yang rendah. Mereka menunjukkan perilaku yang sederhana, tidak aman, dan tidak berprinsip. Keledai memberi apa yang ingin Anda dengar, mengatakan hal-hal yang benar, meskipun tampak kurang otentik. Mereka fokus pada tujuan, bukan pada cara, dan jarang bisa berpikir jauh ke depan.
Rubah menggambarkan sosok yang licik sekaligus cerdik, cepat mengeksploitasi kelemahan sekutu dan lawan mereka. Rubah juga sadar akan politik, tetapi bertindak berdasarkan kepentingan pribadi, menempatkan diri mereka sendiri di atas orang lain dan bahkan di atas organisasi. Tidak diragukan lagi, mereka dapat mewujudkan sesuatu, meskipun mereka melakukannya demi keuntungan mereka sendiri. Tidak ada yang salah dengan mengirim rubah yang cerdik ke dalam situasi yang sulit selama Anda siap untuk mengelolanya dengan baik. Rubah memang berguna, tetapi pastikan Anda mengetahui motivasi mereka, bagaimana mereka akan berperilaku dan peluang yang mungkin ingin mereka raih untuk diri mereka sendiri.
Burung hantu menggambarkan sosok yang cerdik dan bijaksana secara politis, tidak defensif, dan menggunakan koalisi. Burung hantu secara politis sadar akan situasi dan lingkungan, tetapi mempertanyakan bagaimana melakukan sesuatu untuk tujuan yang lebih luas dan untuk banyak orang. Setia terhadap organisasi, mereka memiliki integritas, dan dihormati oleh rekan kerja. Kategori ini adalah perilaku yang harus kita semua perjuangkan untuk mencapainya. Perilaku burung hantu memiliki integritas yang tinggi dan kesadaran politik yang tinggi. Burung hantu selalu tahu apa yang terjadi di sekitar mereka. Peran mereka dalam kepemimpinan adalah untuk mengekspos rubah sambil melindungi domba dan keledai. Burung hantu merupakan sosok pemimpin yang tepercaya yang dapat mengatasi ketidaksukaan dan memiliki kecerdasan emosional dan keterampilan interpersonal yang sangat baik. Mereka adalah pendengar yang baik dan dapat bernegosiasi dengan jujur.
Memilih mana yang cocok
Setelah memahami kategori ini, Anda akhirnya akan memiliki gambaran dalam memilih beberapa di antara mereka yang dapat mengerjakan suatu proyek tertentu dan pendekatan apa saja yang akan mereka pilih, serta peran seperti apa yang harus mereka ambil dalam sebuah proyek. Hal ini akan sangat membantu ketika hendak menerapkan suatu perubahan sambil membayangkan kategori orang yang dapat Anda andalkan untuk memimpin perubahan tersebut dengan sukses.
Berurusan dengan kepribadian yang berbeda-beda ini memang tidak mudah. Langkah pertama yang harus diambil adalah mengenali siapa saja yang akan cocok dan memahami siapa yang harus ditempatkan dalam peran kunci untuk proyek tertentu, dan siapa yang perlu dikelola secara hati-hati. Burung hantu jelas merupakan kandidat utama, meskipun mereka sangat sulit ditemukan. Mungkin Anda akan menyukai atau membutuhkan ambisi dan dukungan rubah. Dapat disimpulkan bahwa peran seorang pemimpin bukanlah untuk tersesat dalam politik atau mengubah rubah menjadi burung hantu, tetapi melainkan adalah tentang mengenali “hewan” politik mana yang ada dalam tim Anda, dan menyadari cara terbaik untuk mengelolanya. #leadership #humanresources #politikkantor #officepolitics
Related Posts:
TikTok for Recruitment: Can it Attract the Right Talent?
Turnover Contagion: Responding to the Wave of Resignations that Threatens Team Stability
Pros and Cons of Experiential Hiring
Leadership Without Position: The Real Impact of Shadow Leadership
Glass Cliff: Tantangan Kepemimpinan bagi Wanita dan Minoritas di Tengah Krisis