Berdasarkan catatan Forbes, kekayaan Knight pada 2023 ini ditaksir mencapai 45,1 miliar DollarAS atau setara dengan 690,03 triliun Rupiah. Hal ini menenpatkan Knight peringkat 25 orang terkaya di dunia.
Phil Knight berperan penting dalam menjadikan Nike sebagai salah satu merek sepatu olahraga terkenal di seluruh dunia. Keahliannya dalam mengelola bisnis telah terbukti, mengingat bagaimana ia berhasil membangun Nike dari awal hingga mencapai prestasi besar seperti saat ini.
Phil Knight lahir pada tanggal 24 Februari 1938, di Portland, Oregon, Amerika Serikat. Phil Knight mendirikan Nike bersama dengan rekannya, Bill Bowerman, pada tahun 1964. Bersama-sama, mereka membawa perusahaan ini menjadi salah satu merek terkenal di dunia dalam industri alas kaki dan pakaian olahraga.
Knight lulus sebagai sarjana ekonomi dari Universitas Oregon pada 1959. Saat kuliah, ia menjadi pelari jarak jauh. Ia mendapat ide untuk mendirikan perusahaan sepatu olahraga setelah mendapat gelaar MBA dari Stanford Graduate School of Business. Saat masih di Staanford, ia berencana membawa sepatu atletik dari Amerika Serikat ke Jepang.
Saat di Jepang inilah Knight menemukan sepatu merek Tiger dan membuat kesepakatan untuk mendistribusikan produk tersebut ke seluruh negara bagian di Amerika Serikat. Saat Knight menerima sampel sepatu pertamanya dari Jepang, ia langsung mengirimkan dua pasang sepatu itu ke Bill Bowerman (mantan pelatih lari Knight semasa kuliah) untuk meminta pendapatnya. Dari sana, mereka berdua kemudian memutuskan untuk menjual sepatu asal Jepang ini dengan merek Blue Ribbon Sports.
Pada tahun 1964, Phil Knight dan Bill Bowerman mendirikan sebuah perusahaan yang awalnya bernama “Blue Ribbon Sports” atau BRS. Awalnya, mereka memulai bisnis ini dengan menjual sepatu olahraga dari merek Onitsuka Tiger yang berasal dari Jepang.
Pada 1971, mereka mengganti nama perusahaan menjadi Nike, Inc., yang diambil dari nama dewi Yunani yang merupakan simbol kemenangan. Merek sepatu baru mereka ini mulai terkenal saat empat dari tujuh peringkat teratas maraton Olimpiade 1972 mengenakan sepatu mereka, walaupun secara teknis saat itu peraih medali emas, perak, dan perunggu semuanya menggunakan Adidas.
Pada 1980, Nike mulan menjual sahamnya di bursa saham AS. Namu, pada 1984 Nike mengalami kerugian. NIilai sahamnya juga terus anjlok. Kondisi ini justru mengilhami Knight untuk tidak hanya tidak hanya memproduksi sepatu lari saja, tapi bisa ikut masuk ke pasar sepatu basket.
Salah satu salesman Nike saat itu, Vaccaro, berpendapat untuk membuat kesepakatan dengan Michael Jordan yang saat itu baru jadi atlet basket pemula. Singkat cerita, kala itu Knight turun tangan langsung untuk berkolaborasi dengan Jordan, dan hasilnya sukses. Tak lama kemudian, Nike meluncurkan sepatu legendarisnya, Air Jordan. Seiring makin bersinarnya karier Jordan sebagai bintang NBA, nama Nike juga ikut menjulang.
Salah satu kontribusi utama Knight adalah fokus perusahaan pada inovasi dalam desain sepatu olahraga. Nike dikenal karena terus-menerus memperkenalkan teknologi baru dan desain revolusioner dalam sepatu atletik, seperti Air Max dan Air Jordan. Berkat visi dan strategi pemsaran yang jitu, Nike menjadi merek global paling terkenal dalam industri olah raga. Anda tentu tidak asing lagi dengan slogan “Just Do It”.
Terkait jabatan di Nike, Knight menjabat berbagai posisi eeksekutif dalam perusahaan. Pada2024, ia pensiun dari posisinya sebagai CEO dan menjadi ketua dewan direksi. Dia kemudian mengundurkan diri dari posisi ketua dewan pada tahun 2016, tetapi tetap berperan sebagai anggota dewan direksi. Knight dan istrinya, Penny, juga aktif dalam kegiatan filantropis, khususnya dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Salah satu kontribusi mereka adalah didirikannya “Phil Knight School of Business.” Di Universitass Oregon.
#Kisah Inspiratif # Phil Knight #Pendiri Nike
Related Posts:
TikTok for Recruitment: Can it Attract the Right Talent?
Turnover Contagion: Responding to the Wave of Resignations that Threatens Team Stability
Pros and Cons of Experiential Hiring
Leadership Without Position: The Real Impact of Shadow Leadership
Glass Cliff: Tantangan Kepemimpinan bagi Wanita dan Minoritas di Tengah Krisis