Tips Agar Karyawan Tenteram di Tempat Kerja

Tips Agar Karyawan Tenteram di Tempat Kerja

Agar Karyawan Tenteram di Tempat Kerja. Dalam lingkungan kerja yang dinamis saat ini, menciptakan tempat kerja di mana karyawan merasa aman, dihormati, dan dihargai menjadi lebih penting. Keamanan psikologis (psychological safety) adalah istilah yang mendapat perhatian signifikan karena organisasi berusaha untuk menumbuhkan budaya yang inovatif, kolaboratif, dan tangguh.

Apa itu keamanan psikologis? Keamanan psikologis, sebuah konsep yang dipopulerkan oleh profesor Harvard Business School Amy Edmondson, mengacu pada keyakinan bersama yang dianut oleh anggota tim bahwa tim tersebut aman untuk pengambilan risiko antarpribadi. Artinya karyawan merasa nyaman mengungkapkan pikiran, ide, kekhawatiran, dan kesalahannya tanpa takut dihina, dihukum, atau dikucilkan. Dalam lingkungan seperti ini, masyarakat dapat terlibat dalam dialog terbuka, berbagi perspektif yang beragam, dan berkolaborasi secara efektif, sehingga menghasilkan pengambilan keputusan dan inovasi yang lebih baik.

Ada beberapa alasan mengapa keamanan psikologis penting untuk diwujudkan. Pertama, meningkatkan kesejahteraan karyawan (employee wellbeing). Keamanan psikologis berhubungan langsung dengan kesejahteraan karyawan. Ketika karyawan merasa aman di tempat kerja, mereka mengalami tingkat stres dan kecemasan yang lebih rendah, sehingga berkontribusi terhadap kesehatan mental dan fisik yang lebih baik. Lingkungan kerja yang mendukung memungkinkan karyawan untuk berkembang, sehingga meningkatkan kepuasan kerja dan kebahagiaan.  Kedua, menumbuhkan inovasi dan kreativitas. Inovasi tumbuh subur di lingkungan di mana karyawan tidak takut mengambil risiko dan berbagi ide-ide yang out of the box. Keamanan psikologis mendorong kreativitas dengan memungkinkan anggota tim mengusulkan solusi dan eksperimen baru tanpa takut akan dampak negatif. Hal ini mengarah pada budaya perbaikan berkelanjutan dan kemampuan beradaptasi.  Ketiga, meningkatkan kinerja tim. Tim yang anggotanya merasakan keamanan psikologis akan berkinerja lebih baik. Ketika merasa aman, anggota tim lebih bersemnagat untuk berrkolaborasi, berkomunikasi secara terbuka, dan mendukung satu sama lain. Pada gilirannya, kemampuan mengatasi masalah akan lebih terasah, produktivitas mengalir deras, dan kinerja menjadi lebih tinggi. Dan Keempat, membuat karyawan betah sehingga mau bertahan lebih lama di perusahaan. Ini tentu saja menghemat biaya perekrutan, pelatihan, dan penerimaan karyawan baru.

Baca :   Blind Hiring: Reducing Bias in a Recruitment Process

Agar Karyawan Tenteram di Tempat Kerja

Upaya mewujudkan keamanan psikologis harus dimulai dari level atas. Pemimpin harus menunjukkan kepedulian serta ketulusan Hal ini melibatkan mendengarkan secara aktif, menunjukkan empati, dan mudah didekati. Para pemimpin juga harus memberikan contoh mengakui kesalahan jika memang mereka melakukannya. Hal ini menjadi teladan yang akan ditiru oleh karyawan.

Menciptakan lingkungan di mana komunikasi terbuka didorong dan dihargai sangatlah penting. Hal ini dapat dicapai dengan secara teratur meminta masukan, mengadakan forum diskusi terbuka, dan memastikan bahwa semua suara didengar. Penting untuk menanggapi umpan balik dan ide secara konstruktif, bahkan ketika hal tersebut tidak sejalan dengan kebiasaan yang selama ini berlaku.

Baca :   The Threat of Gatekeeping

Kepercayaan menjadi fondasi keamanan psikologis. Makun kukuh fondasi tersebut, makin aman anggota organisasi secara psikologis. Pemimpin dan anggota tim harus bekerja untuk membangun kepercayaan melalui tindakan yang konsisten dan integritas. Hal ini termasuk menepati janji, bersikap transparan, dan menunjukkan keandalan. Kepercayaan juga mencakup penghormatan terhadap kerahasiaan dan menunjukkan bahwa kesejahteraan tim adalah prioritas.

Organisasi wajib menyediakan akses terhadap sumber daya dan dukungan terhadap karyawan sehingga mereka dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan mulus. Termasuk memberikan pelatihan, coaching, dan peluang pengembagan profesional. Lingkungan yang mendukung memberdayakan karyawan untuk mengambil inisiatif dan berkembang dalam peran mereka.

Soal menciptakan keamanan psikologis ini, kita bisa belajar dari Microsoft. Di bawah kepemimpinan CEO Satya Nadella, Microsoft menjalani transfformasi budaya signifikan yang mengutamakan keamanan psikologis. Pendekatan Nadella berfokus pada pengembangan pola pikir berkembang, inklusivitas, dan lingkungan kerja kolaboratif. Ada sejumlah inisiatif yang dijalankan,, yaitu pola pikir bertumbuh (growth mindset), komunikasi dan feedback terbuka, serta dukungan bagi kesehatan mental dan kesejahteraan.

Untuk mewujudkan growth mindset,  Nadella menekankan pembelajaran dan pengembangan dibandingkan pencapaian statis. Ini membantu menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa nyaman bereksperimen, belajar dari kegagalan, dan terus melakukan perbaikan. Di samping itu, karyawan didorong untuk memiliki rasa ingin tahu, bertanya, dan mencari pengetahuan baru tanpa takut dihakimi. Keterbukaan terhadap pembelajaran ini membantu meruntuhkan ego sektoral dan menumbuhkan budaya yang lebih kolaboratif.

Baca :   PHK Karyawan Gen Z : Bagaimana Mengikis Stigma Gen Z?

Microsoft menerapkan sistem untuk secara rutin meminta umpan balik dari karyawan, termasuk survei anonim dan town hall meeting. Hal ini memungkinkan karyawan untuk menyuarakan keprihatinan dan saran mereka tanpa takut akan konsekuensi yang tidak menyenangkan.  Selain itu, pimpinan Microsoft menjaga tingkat transparansi yang tinggi tentang tujuan, tantangan, dan keputusan perusahaan. Transparansi ini membangun kepercayaan dan memastikan bahwa karyawan merasa mendapat informasi dan dihargai.

Agar Karyawan Tenteram di Tempat Kerja. Guna meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan karyawan, Micrrosoft memperluas cakupan laynnan Employee Assistance Programs (EAP)-nya untuk memberikan dukungan kesehatan mental, layanan konseling, dan sumber daya manajemen stres. Program-program ini memperkuat komitmen perusahaan terhadap kesejahteraan karyawan. Tak kalah peenting adalah work-life balance. Microsoft memperkenalkan pengaturan kerja yang fleksibel dan mendorong karyawan untuk mengambil cuti untuk memulihkan tenaga dan pikiran. Ini membantu mengurangi kelelahan dan stres.

Kategori: Organizational development & behavior

#keamananpsikologis

#psychologicalsafety

#amyedmonson

#employeewellbeing

#microsoft #satyanadella

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait