Breaking Silo Mentality Through Talent Mobility

Mendobrak Silo Mentality Melalui Mobilitas Talenta

Mendobrak Silo Mentality Melalui Mobilitas Talenta. Sebuah organisasi terdiri dari bagian-bagian, Nama bagian bisa berbeda-beda, mulai dari divisi, unit, departemen, dan sebagainya. Tiap-tiap bagian memiliki tujuan, strategi, dan, indikator kinerjanya masing-masing. Di satu sisi, pembagian ini membuat tiap unit bekerja secara lebih terfokus dan lebih efisien. Di sisi lain, pembagian ini bisa menimbulkan silo mentality.

Silo mentality adalah sebuah pola pikir unit atau departemen yang mengutamakan tujuan dan prosesnya sendiri tanpa memedulikan tujuan dan proses keseluruhan organisasi. Silo mentality ini memiliki dampak negatif. Pertama, menghambat pekerjaan lantaran ada unit atau departemen yang enggan berbagi sumber daya, keahlian, dan informasi. Kedua, gagasan satu unit tidak mudah disebarkan ke unit lainnya. Padahal, bisa saja gagasan tersebut bermanfaat bagi organisasi. Ketiga, kemungkinan adanya ketidakselarasan antara tujuan dan strategi unit dengan tujuan dan strategi organisasi. Keempat, karyawan terputus dari visi dan misi organisasi. Hal ini menurunkan motivasi dan produktivitas.

Mendobrak Silo Mentality Melalui Mobilitas Talenta

Untuk membongkar silo mentality ini, salah satu caranya adalah dengan mobilitas talenta. Mobilitas talenta adalah memindahkan karyawan dari satu peran, satu lokasi, atau satu tim ke peran, lokasi, dan tim lainnya dalam satu organisasi. Tujuan mobilitas talenta adalah untuk menyesuaikan bakat yang dimiliki seorang karyawan dengan kebutuhan perusahaan. Mobilitas talenta juga berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, memperkuat keterikatan, dan meningkatkan kelincahan organisasi.

Baca :   Mengatasi Kelelahan Digital (Digital Fatigue)

Mobilitas talenta bermacam-macam bentuknya. Karyawan bisa dipindahkan untuk menjalankan peran lain pada level yang sama, bisa dipromosikan, atau diikutsertakan dalam proyek tertentu selama jangka waktu tertentu pula.

Dengan mobilitas talenta, organisasi diharapkan lebih bersemangat dan bertenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. Selain itu, karyawan akan lebih berkembang serta mampu memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya untuk kemajuan perusahaan.

Banyak perusahaan besar yang telah memberlakukan mobilitas talenta ini. Unilever, misalnya, memiliki program pertukaran talenta. Melalui program ini, karyawan berpeluang menjalankan peran baru di departemen atau lokasi yang berbeda. Karyawan diharapkan memiliki pandangan yang lebih banyak serta melahirkan budaya global sekaligus kohesif. GE memiliki program rotasi untuk para pemimpin. Para calon pemimpin diperkenalkan dengan berbagai fungsi dan lokasi perusahaan di awal karier. GE mengembangkan kolam bakat (talent pool) yang memahami dengan mendalam berbagai aspek bisnis. Sementara Google memberikan karyawannya kesempatan untuk memanfaatkan 20 persen waktu mereka untuk menjalankan proyek yang berada di luar tanggung jawab mereka. Ini mendorong kolaborasi antartim serta mengembangkan lingkungan yang lebih terkoneksi dan inovatif.

Pengalaman dan Sudut Pandang Baru

Lantas apa peran mobilitas talenta ini untuk mendobrak silo mentality? Karyawan yang berpindah dari satu bagian ke bagian lainnya akan memperoleh pengalaman dan sudut pandang baru, Mereka merasakan bagaimana bekerja dalam tim yang memiliki tujuan, cara kerja, dan tantangan yang berbeda dengan unit asalnya. Mereka pun lebih paham bagaimana kontribusi bagian lain terhadap perusahaan.

Baca :   Menyiapkan SDM Menghadapi Krisis

Mobilitas talenta membantu mengalirkan aneka gagasan dari satu unit ke unit lainnya. Karyawan dari satu departemen dapat membawa pengetahuan, keterampilan, dan praktik terbaiknya le departemen lain. Dengan demikian, solusi untuk satu masalah menjadi lebih banyak. Pengetahuan menjadi lebih kaya. Kreativitas dan inovasi berkembang.

Dengan memberlakukan moblitas talenta, karyawan dari berbagai unit diharapkan makin kompak sehingga tujuan organisasi lebih mudah dicapai. Kualitas keputusan meningkat manakala pembuat kebijakan lebih memahami kondisi di tiap-tiap departemen. Berbekal pengalaman mobilitas talenta, pimpinan bagian dapat menyesuaikan tujuan bagian masing-masing agar sesuai dengan tujuan, visi, dan misi organisasi.

Melalui mobilitas talenta, karyawan lebih siap mengemban tugas, peran, dan tanggung jawab baru lantaran telah memiliki keahlian lebih. Di samping itu, mobilitas talenta membantu membangun pola pikir baru: karyawan tidak lagi merasa semata-mata menjadi bagian unitnya sendiri, tetapi menjadi bagian organisasi yang lebih besar.

Mobilitas talenta memberi tantangan baru bagi karyawan, memperluass peluang pertumbuhan, meningkatkan keterikatan, dan meningkatkan kepuasan kerja. Karyawan menjadi lebih kerasan. Pengetahuan juga terjaga, tidak hilang dibawa pergi karyawan yang hengkang.

Budaya Mobilitas dan Belajar

Selanjutnya, bagaimanakah caranya menjalankan mobilitas talenta sehingga silo mentality dapat dihilangkan? Awalilah dengan mengembangkan budaya mobilitas dan belajar. Doronglah karyawan untuk menelaah kesempatan di luar tugas, peran, dan tanggung jawab mereka saat ini. Bantulah mereka melalui program mentoring, penyediaan platform belajar, dan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan.

Baca :   Menjembatani Kesenjangan Generasi Menghadapi Talent Cliff

Karyawan dapat diberi peluang untuk terlibat dalam proyek lintas fungsi. Mereka bisa mengerjakannya secara temporer dan penuh waktu. Bisa juga karyawan diminta untuk terlibat paruh waktu. Dengan cara ini, karyawan akan lebih kaya pengalaman tanpa harus mengubah peran atau pindah bagian secara permanen.

Dalam mobilitas talenta, manajer berperan signifikan. Mereka dapat bertukar pikiran dengan anggota timnya tentang pengembangan karier pilihan-pilihan mobilitas. Manajer tidak selayaknya menghalangi anggota timnya untuk melakukan mobilitas, termasuk mereka yang paling berbakat sekali pun.

Seperti program lainnya, mobilitas talenta harus dievaluasi serta disesuaikan secara berkala. Hal-hal yang harus dievaluasi mencakup kolaborasi antarunit, kepuasan karyawan, tingkat keluar masuk karyawan selama program mobilitas, dan waktu penyelesaian proyek.

Mendobrak Silo Mentality Melalui Mobilitas Talenta

Kategori: Human Capital & Talent Management

#silo mentality # Mobilitas talenta #unilever #GE #Google #pengalaman #kompak #pola pikir #budaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait