Kecerdasan Kolektif demi Organisasi yang Transformatif

Kecerdasan Kolektif demi Organisasi yang Transformatif

Kecerdasan Kolektif demi Organisasi yang Transformatif. Kemampuan mengumpulkan serta memanfaatkan kebijaksanaan, kreativitas, dan penyelesaian masalah yang tersebar dalam organisasi menjadi salah satu faktor kunci kesuksesan transformasi. Dengan kata lain, dibutuhkan kecerdasan kolektif (collective intelligence) saat bertransformasi.

Kecerdasan kolektif adalah kemampuan untuk memadukan serta memanfaatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman tiap-tiap anggota sebuah kelompok untuk menyelesaikan masalah kompleks. Kecerdasan kolektif melampaui batas-batas kontribusi individu (tanpa menafikannya).

Kecerdasan kolektif dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal, mulai dari pengambilan keputusan, inovasi, dan juga transformasi. Dalam konteks transformasi, perubahan yang sukses ditandai dengan aktifnya anggota organisasi menyumbangkan pengetahuan, keterampilan, gagasan, wawasan, dan penyelesaian terhadap sebuah masalah. Hasilnya adalah perubahan yang inklusif, adaptif, dan efektif.

Mengapa Perlu Kecerdasan Kolektif?

Pertama, tidak ada manusia, betapa pun cerdasnya, yang mampu menjalankan perubahan sendirian. Ia membutuhkan kecerdasan, pengetahuan, dan keterampilan orang lain yang ia sendiri tidak memilikinya. Inilah alasan mendasar perlunya kecerdasan kolektif dalam melaksanakan transformasi Kedua, transformasi organisasi melibatkan interdependensi yang kompleks. Jadi, gaya one man show tidak mungkin diterapkan. Perusahaan membutuhkan sudut pandang yang beragam dan bernilai untuk mengatasi aneka hambatan transformassi. Sudut-sudut pandang ini perlu diintegrasikan guna memitigasi risiko transformasi dan memuluskan adaptasi. Ketiga, mengambil hati serta meraih dukungan karyawan. Tiap-tiap karyawan memiliki kekuatan dan keunikannya masing-masing. Melalui kecerdasan kolektif, kekuatan dan keunikan ini dipadukan sedemikian rupa sehingga karyawan merasa dihargai. Di samping itu, kecerdasan kolektif akan mengukuhkan rasa memiliki dan motivasi. Dengan demikian, resistensi terhadap perubahan dapat dikurangi. Keempat, menghasilkan terobosan yang hanya bisa diperoleh dari kolaborasi antara pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang beragam. Dengan kata lain, keragaman ini akan menghasilkan solusi kreatif. Pemikiran yang terkotak-kotak otomatis ditinggalkan. Kelima, membentuk budaya yang mendukung transformasi, terutama kolaborasi, dan belajar terus menerus. Tak hanya itu, kecerdasan kolektif akan menghidupkan rasa saling percaya.

Baca :   Tradisi dan Ritual dalam Budaya Perusahaan

Mengantisipasi Kegagalan

Kenyataannya, banyak perusahaan yang gagal membentuk kecerdasan kolektif. Mereka baru sampai pada tahap mengumpulkan kecerdasan individu, namun tidak mampu memaksimalkan potensi tiap-tiap individu tersebut.

Lantas bagaimana caranya agar perusahaan mampu menciptakan kecerdasan kolektif? Dengan membuat wadah untuk berkolaborasi, membentuk tim dari berbagai fungsi, evaluasi dan umpan balik, pemimpin yang aktif dan transparan, dan penghargaan bagi yang berkontribusi dalam kecerdasan kolektif.

Wadah untuk berkolaborasi dibutuhkan agar karyawan dapat leluasa berbagi ide, memberikan umpan balik, dan berkolaborasi. Wadah ini dapat berbentuk fisik atau digital. Terpenting, wadah tersebut dapat membantu komunikasi, mendorong dialog terbuka, dan menangkap aspirasi dari berbagai kelompok dan individu.

Kunci pembuka kecerdasan kolektif adalah tim lintas fungsi (cross functional team). Tim ini menyatukan individu dari berbagai departemen, fungsi, atau level dalam organisasi untuk mengatasi tantangan transformasi. Tentunya, tiap-tiap anggota tim memiliki pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan perspektif masing-masing. Kabar baiknya, bila berhasil dipadukan, segala pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan perspektif menjadi kekuatan dahsyat dalam memecahkan masalah serta menyukseskan transformasi. Bagaimanakah caranya agar berhasil? Dengan memberikan rasa aman bagi karyawan dalam mengemukakan opini, kritik, dan saran.

Baca :   Blind Hiring: Reducing Bias in a Recruitment Process

Apa yang dilakukan Takeda Pharmaceutical Company Limited (Takeda) dapat menjadi contoh. Takeda adalah perusahaan farmasi terbesar ketiga di Asia, setelah Sinopharm dan Shanghai Pharmaceuticals, dan salah satu dari 20 perusahaan farmasi terbesar di dunia berdasarkan pendapatan. Perusahaan ini didirikan pada 1781, berkantor pusat di Nihonbashi, Chuo, Tokyo, Jepang. Takeda menggunakan kecerdasan kolektif untuk membangun proses inovasi dan kepemimpinannya. Melalui Pusat Kepemimpinan dan Inovasi Ilmiah (CSLI), Takeda meluncurkan program yang melibatkan 38 eksekutif lintas fungsi—yang dijuluki “Superminds Fellows.” Inisiatif ini mendorong para karyawan ini untuk mengeksplorasi solusi pemberian layanan kesehatan baru dengan memanfaatkan berbagai keahlian dan perspektif mereka. Dengan menyatukan individu dari berbagai departemen dan geografi, termasuk mereka yang biasanya tidak terlibat dalam R&D, Takeda mengembangkan lingkungan pemecahan masalah yang lebih kolaboratif dan kreatif. Keberagaman ini berperan penting dalam mengatasi tantangan lebih dari sekadar bisnis farmasi. seperti layanan kesehatan mental untuk orang dewasa Jepang, yang menyelaraskan inovasi dengan misi mereka yang lebih luas untuk meningkatkan perawatan pasien.

Dalam perjalanannya, tramsformasi kerap memerlukan penyesuaian mengingat selalu ada perkembangan baru dalam lingkungan bisnis. Oleh karena itu, dibutuhkan evaluasi dan umpan balik secara berkala, termasuk dalam hal kecerdasan kolektif. Di samping untuk menyesuaikan strategi, juga untuk meningkatkan kecerdasan kolektif itu sendiri.

Upaya menumbuhkan kecerdasan kolektif tidak akan berhasil tanpa partisipasi dan transparansi pemimpin perusahaan. Pemimpin juga harus menjadi pendengar yang baik serta tidak mengabaikan umpan balik. Hal ini akan menumbuhkan rasa percaya karyawan terhadap pemimpin. Jika sudah percaya, orang akan bersedia menjalani perubahan meskipun pahit.

Baca :   Dampak PHK dan Transformasi

Karyawan akan lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam menyukseskan transformasi manakala kontribusi mereka diakui dan dihargai. Organisasi harus membangun sistem untuk mengakui ide-ide inovatif, upaya pemecahan masalah, dan pencapaian kolaboratif.

Meski ideal, menumbuhkan kecerdasan kolektif demi kesuksesan transformasi bukannya tanpa tantangan. Karena peluang mengemukakan opini, gagasan, dan kritik dibuka lebih lebar, bisa terjadi banjir informasi. Oleh karena itu, perusahaan perlu memilah-milah informasi sehingga hanya informasi yang relevan saja yang ditindaklanjuti.

Tantangan berikutnya adalah dominasi orang tertentu dalam kecerdasan kolektif. Artinya, meski bertujuan membuka partisipasi yang lebih luas, adakalanya tetap saja ada yang mendominasi opini, gagasan, dan kritik. Akibatnya, banyak suara yang tidak diacuhkan. Tugas perusahaan adalah memberi kesempatan yang sama pada semua orang.

Upaya menumbuhkan kecerdasan kolektif membutuhkan waktu dan biaya ekstra. Organisasi harus mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk membangun kecerdasan kolektif tanpa harus mengganggu aktivitas lainnya.

Kecerdasan Kolektif demi Organisasi yang Transformatif

Kategori: Organization & Business Transformation

#kecerdasan kolektif #transformasi #interdependensi #motivasi #solusi kreatif #cross functional team #takeda #kontribusi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait