World Giving Index 2023 : Momentum Mengelola Kedermawanan

World Giving Index 2023 : Momentum Mengelola Kedermawanan

Indonesia dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia versi World Giving Index (WGI) 2023. Ini keenam kalinya berturut-turut Indonesia menyandang predikat tersebut. WGI bertujuan mengetahui tingkat kedermawanan masyarakat di tiap-tiap negara. WGI diterbitkan pertama kali pada 2010, setelah terjadinya krisis keuangan global.

Mengacu pada analisis data WGI 2023, data diperoleh dari jajak pendapat global yang melibatkan 147.186 responden. Mereka diminta untuk menggambarkan kondisi kedermawanan di 142 negara selama 2022. Adapun aspek-aspek yang dinilai adalah suka membantu orang asing atau orang yang tidak dikenal, menyumbangkan uang ke badan amal, dan menyumbangkan waktu untuk kegiatan sukarela (sukarelawan).

Ada fenomena menarik dari WGI 2023 tersebut. Di antara sepuluh negara paling dermawan, hampir semuanya merupakan negara-negara berkembang. Hanya tiga negara yang tergolong maju dan kaya, yaitu Amerika Serikat (peringkat ke-5), Kanada (ke-8), dan Selandia Baru (ke-10). Sisanya, yaitu Indonesia, Ukraina, Kenya, Liberia, Myanmar, Kuwait, dan Nigeria belum semaju dan sekaya ketiga negara di atas. Hal ini membuktikan bahwa untuk bederma, tak harus menjadi kaya. Tentunya, hal ini disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

Mengapa masyarakat Indonesia begitu dermawan? Faktor utama adalah kuatnya pengaruh ajaran agama dan tradisi dalam sanubari masyarakat kita. Kondisi ini diperkuat dengan maraknya digitalisasi sehingga bederma semakin mudah, terutama bagi generasi muda. Di samping itu, peran, pengaruh, dan keterlibatan tokoh masyarakat juga tak kalah penting dalam menggalakkan aktivitas filantropi.

Baca :   TikTok untuk Rekrutmen: Bisakah Memikat Talenta yang Tepat?

Indonesia semestinya bangga dengan pencapaian ini. Ke depannya, kedermawanan ini perlu dikelola sedemikian rupa sehingga menjadi kekuatan atau aset yang mampu meningkatkan kesejahteraan semua individu dan kelompok.

Caranya? Kegiatan berderma perlu dilakukan secara lebih terstruktur dan sistematis. Selama ini, masyarakat berderma dengan cara baik secara langsung kepada individu penerima manfaat maupun melalui badan amal atau organisasi lainnya. Tidak ada yang salah di antara keduanya. Namun khusus bagi yang ingin bederma melallui organisasi amal dan sejenisnya, perlu aturan agar derma yang diberikan benar-benar sampai kepada yang dituju. Jangan sampai gairah masyarakat untuk bederma dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab demi mengeruk keuntungan pribadi. Akibatnya, bantuan menjadi tidak tepat sasaran.

Transparansi pendermaan juga perlu ditingkatkan, khususnya bagi organisasi yang mengumpulkan donasi dari masyarakat. Termasuk di dalamnya penerbitan laporan keuangan yang sudah diaudit secara berkala dan asesmen terhadap dampak pendermaan. Hal ini demi meningkatkan kepercayaan dan keberlanjutan pendermaan. Kasus sebuah badan amal yang disorot tajam akibat penggajian yang dianggap tak masuk akal dan biaya operasional yang tidak transparan beberapa waktu lalu tidak boleh terulang lagi.

Baca :   Pendekatan Human-Centric dalam Merekrut Karyawan

Berikutnya, melakukan diversifikasi dalam bederma, dalam hal jenis pemberian dan sasaran yang dituju. Hal ini membantu mendistribusikan sumber daya secara lebih adil dan memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat. Contohnya, derma yang diberikan seyogianya tidak hanya yang berdampak jangka pendek seperti hadiah saat hari-hari besar keagamaan, tetapi juga pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, pelestarian lingkungan, dan sebagainya masih kurang mendapat perhatian. Khusus bagi dunia korporasi, hal ini bisa disesuaikan dengan industri dan strategi bisnis yang diterapkan.

Dalam bederma, dapat berkolaborasi dengan dengan organisasi terkemuka, organisasi nirlaba, atau badan amal untuk memanfaatkan keahlian mereka dan memastikan bahwa sumber daya dikerahkan secara efektif.

Bagi yang menyumbangkan waktu untuk kegiatan sukarela (sukarelawan), perlu diberikan perlindungan, seperti oleh korporasi yang memanfaatkan mereka maupun dalam bentuk undang-undang. Misalnya memberikan perbekalan dan peralatan yang memadai saat mereka melakukan kegiatan yang berisiko bagi keselamatan dan kesehatan.

Kedermawanan Sektor Korporasi

Predikat Indonesia sebagai negara paling dermawan tentunya dapat mengilhami sektor korporasi. Dalam hal ini, banyak hal yang dapat dilakukan, misalnya memberikan kontribusi finansial kepada organisasi nirlaba, badan amal, dan komunitas; melaksanakan tanggung jawab sosial untuk peningkatan taraf hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan; mendirikan entitas nirlaba untuk mengelola dan mengarahkan kegiatan amal; bermitra dengan organisasi nirlaba untuk mempromosikan tujuan amal melalui upaya pemasaran; memberi bantuan kepada korban bencana; memberikan basiswa; dan sebagainya. Bagaimana detailnya bergantung kepada visi, misi, tujuan, dan strategi perusahaan masing-masing.

Baca :   Glass Cliff: Tantangan Kepemimpinan bagi Wanita dan Minoritas di Tengah Krisis

Dengan berderma, perusahaan tidak hanya memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, tetapi juga meningkatkan citra merek, moral karyawan, dan kesetiaan pelanggan. Saat ini orang menuntut bukan saja individu yang berderma, melainkan juga dunia korporasi.

Status sebagai negara paling dermawan di dunia menjadi momentum bagi seluruh elemen masyarakat Indonesia untuk menjadikan kedermawanan tersebut sebagai kekuatan khas menuju kejayaan. Di sinilah pentingnya mengelola kedermawanan.

#negarapalingdermawan #worldgivingindex kedermawanan #mengelolakedermawanan #sukarela #nirlaba

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait