Teknologi Menyejahterakan Karyawan?

Teknologi Menyejahterakan Karyawan?

Banyak perusahaan menggandrungi teknologi modern seperti kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), trackers, machine learning, dan robotika. Memang, teknologi-teknologi tersebut mampu meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keuntungan perusahaan. Namun, bagaimanakah dampaknya terhadap kesejahteraan karyawan (employee wellbeing)? Ternyata, dampaknya kerap kali negatif.

Demikianlah hasil studi The Institute for the Future of Work. Ada empat kategori  teknologi di tempat kerja yang berdampak terhadap kesejahteraan karyawan. Studi tersebut menemukan bahwa peningkatan paparan terhadap tiga kategori cenderung memperburuk kondisi mental dan kesehatan pekerja. Tiga bidang yang paling berdampak negatif terhadap manusia adalah teknologi perangkat wearable dan penginderaan jarak jauh, yang mencakup kamera CCTV dan pelacak perangkat wearable; robotika, terdiri dari mesin otomatis, kendaraan tanpa pengemudi, dan peralatan lainnya. Termasuk yang berdampak negatif ternyata adalah AI dan machine learning. Sedangkan yang berdampak positif, artinya yang bermanfaat bagi karyawan,  adalah teknologi teknologi informasi dan komunikasi laptop, tablet, ponsel, dan alat pengiriman pesan real-time. Teknologi tersebut telah ada sejak beberapa dekade.

Banyak perusahaan membangga-banggakan AI lantaran mempermudah pekerjaan dan mengurangi biaya. Marak pula klaim yang menyatakan bahwa AI akan menambah lapangan kerja, bukan menggantikannya. Kenyataannya, banyak perusahaan teknologi yang mem-PHK karyawannnya. Sebuah laporan menyampaikan bahwa ketakutan terhadap AI dan hilangnya pekerjaan mendorong beberapa eksekutif teknologi untuk mengonsumsi minuman keras dan obat-obatan.

Baca :   Pendekatan Human-Centric dalam Merekrut Karyawan

Contoh lainnya adalah teknologi pengautomasian mekanik yang berkembang cepat.  BMW berencana menambahkan robot humanoid ke pabrik manufakturnya, Samsung mengatakan pihaknya akan membangun pabrik mikrocip serba otomatis dalam waktu enam tahun. Amazon, yang dikritik karena menggunakan trackers dan kamera untuk memonitor karyawannya, telah memiliki robot mirip manusia yang bekerja bersama banyak bot lain di beberapa gudangnya.

Apakah ini berarti teknologi menurunkan kesejahteraan karyawan? Tentu sama sekali tidak demikian. Bukankah karyawan juga terbantu dengan kemajuan teknologi?  Kepada The Guardian, Dr Magdalena Soffia, yang memimpin studi  di atas, mengatakan bahwa masalahnya bukan terletak pada teknologi baru itu sendiri, melainkan pada cara teknologi tersebut diterapkan di tempat kerja.  Ia menekankan bahwa pihaknya tidak ingin mengklaim ada semacam determinisme yang disebabkan oleh teknologi, dalam hal kesejahteraan. Pihaknya hanya ingin menyampaikan bahwa bagaimana teknologi bisa berdampak pada kesejahteraan karyawan amat bergantung pada konteksnya, faktor struktural, dan lingkungan. Intinya, pada cara teknologi diterapkan.

Teknologi Demi Kesejahteraan Karyawan

Di satu sisi, organisasi begitu paham dengan manfaat teknologi modern saat ini.  Namun di sisi lain, organisasi semakin menyadari pentingnya kesejahteraan karyawan sebagai suatu keharusan strategis untuk mencapai kesuksesan. Kesejahteraan karyawan mencakup kesehatan fisik, mental, emosional, dan sosial karyawan secara keseluruhan. Biasanya, kesejahteraan karyawan dikategorikan ke dalam empat komponen utama, yaitu profesional, sosial, mental, dan finansial. Artinya, sejahtera bukan sekadar kesehatan fisik. Kesehatan dan kesejahteraan karyawan juga mempunyai dampak ekonomi yang besar. Depresi, kecemasan, dan kondisi lainnya diperkirakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) akan berdampak pada perekonomian global sebesar 1 triliun Dollar AS per tahun berupa hilangnya produktivitas.

Baca :   PHK Karyawan Gen Z : Bagaimana Mengikis Stigma Gen Z?

Oleh karenanya, di samping untuk meningkatkan kinerja perusahaan, sudah saatnya teknologi dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan employee wellbeing. Bentuknya bisa bermacam-macam.  Ada alat bekerja jarak jauh. Dengan maraknya pekerjaan jarak jauh, teknologi memungkinkan karyawan untuk bekerja dari mana saja, mengurangi stres dalam perjalanan dan memberikan lebih banyak fleksibilitas dalam mengelola work-life balance. Ada pula aplilasi kesehatan dan telemedicine sehingga karyawan tak perlu datang secara fisik ke fasilitas kesehatan. Berikutnya adalah platform untuk mendukung kesehatan mental. Ada juga Platform umpan balik dan pengakuan yang didukung teknologi memungkinkan karyawan menerima umpan balik, pengakuan, dan penghargaan tepat waktu atas kontribusi mereka. Hal ini dapat meningkatkan semangat, motivasi, dan kepuasan kerja secara keseluruhan. Juga tersedia alat untuk berkolaborasi (seperti Zoom dan Microsoft Team) dan platform untuk pelatihan dan pengembangan.

Baca :   Career Pathing : Menyediakan Jalur Karier yang Jelas untuk Kandidat

Organisasi dapat menggunakan teknologi, apa pun teknologinya,  dalam sejumlah langkah perencanaan strategi untuk kesehatan dan kesejahteraan karyawan. Pertama,  menentukan bidang yang membutuhkan penanganan. Misalnya kelelahan, kurangnya tujuan dan motivasi, atau ketidakseimbangan antara kehidupan profesional dan kehidupan pribadi. Berikutnya, menilai penyebab gangguan utama terhadap kesehatan dan kesejahteraan karyawan. Buruknya manajemen, beban kerja yang berlebihan, atau nilai-nilai yang bertentangan di tempat kerja kerap menghalangi orang untuk mencapai tingkat kebahagiaan. Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi dampak kurangnya kesejahteraan karyawan terhadap profitabilitas dan produktivitas. Setelah itu, merancang program wellness. Pertanyaan yang harus dijawab adalah: Inisiatif apa yang saat ini dijalankan perusahaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraandan kesehatan karyawan, dan bagaimanakah perbandingannya dengan tolok ukur eksternal dan internal?  Paling penting adalah mengimplementasikan program individual. Program kesejahteraan harus menawarkan solusi yang dapat diterapkan dan dipersonalisasi oleh karyawan guna mengatasi tantangan yang mereka hadapi. Adakalanya, tantangan ini bersifat khas, sesuai dengan tahap kehidupan mereka.

#teknologi

#employeewellbeing

#artificialintelligence #machinelearning

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait