Konfusius, Karier, dan Profesi

Konfusius, Karier, dan Profesi

Karier adalah sebuah kata dari bahasa Belanda; carriere adalah perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan seseorang. Ini juga bisa berarti jenjang dalam sebuah pekerjaan tertentu. Karir merupakan istilah yang didefinisikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai perkembangan dan kemajuan baik pada kehidupan, pekerjaan atau jabatan seseorang. Biasanya pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan yang mendapatkan imbalan berupa gaji maupun uang. Sedangkan dalam bahasa Inggris, career berarti “A chosen pursuit; a profession or occupation” dan juga “The general course or progression of one’s working life or one’s professional achievements”. Sedangkan profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu.

Semasa hidupnya, Konfusius telah menjalani beragam profesi dan karier. Mulai dari penulis, pendidik, pegawai pemerintah, petugas pembukuaan, penggembala domba dan kuda, dan juga politisi. Yang paling menonjol tentu karya-karyanya sebagai seorang filsuf.  Konfusius tercatat sebagai guru pertama di China yang bercita-cita menjadikan pendidikan dapat diakses oleh semua orang. Pada usia 30-an, ia menjadikan guru sebagai karier, dan memang demikian itulah cita-citanya. Apa pun karier yang ditekuninya, Konfusius ternyata senantiasa berkontribusi terhadap organisasi dan komunitas tempatnya bernaung. Hal ini bukan perjalanan kariernya mulus-mulus saja. Adakalanya ia harus menghadapi tantangan yang nyaris membuatnya frustrasi. Namun Konfusius  tidak menyerah. Ada banyak kutipan Konfusius yang dapat menjadi motivasi bagi seseorang untuk mengembangkan karier dan pekerjaannya. Berikut ini beberapa diantaranya adalah:

It does not matter how slowly you go as long as you do not stop.

Our greatest glory is in never falling, but in rising every time we fall.

(Tidak penting seberapa pelan anda berjalan asalkan anda tidak berhenti)

(Kemuliaan tertinggi kita adalah tidak pernah terjatuh, tetapi bangkit setiap kali jatuh)

The will to win, the desire to succeed, the urge to reach your full potential… these are the keys that will unlock the door to personal excellence.

(Keinginan untuk menang, hasrat untuk sukses, dorongan untuk meraih potensial penuh anda… Ini semua adalah kunci yang akan membuka kunci pintu ke keunggulan pribadi)

Baca :   Storytelling Dalam Rekrutmen: Menciptakan Kesan Positif Untuk Menarik Kandidat Ideal

Inti dari kutipan-kutipan di atas adalah kita tidak selayaknya menyerah terhadap segala rintangan dan kegagalan.

Kisah berikut bisa menjadi contoh. J. K. Rowling, pengarang Harry Potter, mengawali kariernya sebagai seorang peneliti dan sekretaris bilingual Amnesty International. Dalam menjalani profesinya sebagai sekretaris, munculah ide cerita tentang seorang anak laki-laki yang masuk ke dalam sekolah khusus bagi para calon penyihir. Tepatnya pada saat ia menanti kereta api jurusan Manchester dan London yang tertunda keberangkatannya. Setelah sampai di tujuan, ia langsung mulai menulis idenya tersebut.

Kemudian Rowling pindah ke Porto, Portugal untuk menjadi guru bahasa Inggris. Sempat menikah dengan seorang wartawan Portugal dan memiliki seorang anak, Rowling kemudian bercerai dan tak lama kemudian pindah ke Edinburgh, Skotlandia, dimana ia harus hidup sebagai orangtua tunggal dan hanya mengandalkan tunjangan pengangguran sebagai sumber penghasilannya.

Pada tahun 1995, ia menyelesaikan naskah pertama novelnya, Harry Potter and the Philosopher Stone. Pada mulanya buku ini ditolak oleh berbagai penerbit, sampai akhirnya diterima oleh penerbit berskala kecil yang bernama Bloomsbury. Dua tahun kemudian, Bloomsbury menerbitkan cerita Harry Potter and the Philosopher Stone  dengan jumlah cetakan pertama hanya sebanyak seribu kopi, lima ratus kopi diantaranya didistribusikan ke berbagai perpustakaan. Lima bulan kemudian, buku ini memenangkan penghargaan pertamanya, A Nestle Smarties Book Prize. Kemudian buku ini juga mendapatkan penghargaan British Book Award for Children’s Book of the Year yang prestisius. Tahun berikutnya, Scholastic Inc., sebuah penerbit di Amerika Serikat (AS), menerbitkan The Philosopher Stone dengan judul Harry Potter and the Sorcerer’s Stone. Sukses dengan buku awalnya, Rowling melanjutkan penulisan buku-buku serial Harry Potter berikutnya, yang seperti kita tahu juga sukses dalam penjualan dan memenangkan berbagai penghargaan. Rowlings yang tadinya berprofesi sebagai seorang guru dan sempat jadi pengangguran telah sukses menjadi penulis.

Baca :   E-sport Meets Corporate: Pelajaran Kepemimpinan Dari Dunia Video Game Untuk Tempat Kerja

Bagi pendaki tangga karier, kisah perjalan karier Rowling bisa menjadi cerita yang lebih menarik ketimbang tokoh ciptaannya. Sebuah inspirasi yang menarik, bahwa karier tidak harus dibangun dalam lingkup formal organisasi. Kesuksesan Rowling diperoleh, justru karena dia sempat terlunta-lunta tanpa kejelasan masa depan kariernya. Pada saat ia sedang mengalami kesulitan, ia menemukan minatnya dalam penulisan buku anak-anak, yang kemudian menjadi karier impiannya. Tentu diperlukan tabungan emosi. 

Kita sering merasa takut pada saat memutuskan untuk membangun karier dalam bidang tertentu. Takut terhadap risiko yang akan dihadapi. Takut melangkah setelah mendengar komentar-komentar negatif mengenai karier impian kita. Atau kita takut melangkah karena merasa kondisi finansial yang kurang baik, pendidikan yang tidak sesuai, masalah umur, fisik, dan lain sebagainya. Atau takut persaingan. Tapi intinya adalah takut mengalami kegagalan.

Saat kita membiarkan berbagai keyakinan negatif mempengaruhi kita, maka sebenarnya kita sedang membangun tembok yang tinggi untuk mencapai apa yang kita inginkan. Jika seseorang yakin bahwa ia tidak mampu untuk berhasil dalam suatu bidang karier, keyakinan ini akan memiliki dampak terhadap perilakunya. Misalnya saat  ia harus menghadapi wawancara pekerjaan. Ia dihantui kecemasan jika mengatakan yang salah dan menjadi kurang percaya diri. Ia mengatakan hal-hal yang menurut pikirannya ingin didengar oleh pewawancara. Hal ini menjadikan hilangnya kesempatan meraih karier impiannya, dan menjadi pembenaran atas keyakinannya. Apa akibatnya? Ia akan melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari.

Oleh karenanya jika ingin berhasil dalam karier yang diimpikannya, seseorang harus mengubah keyakinan dan perilakunya. Seperti yang dilakukan oleh Rowling, tidak menyerah meskipun naskah bukunya pada saat-saat awal ditolak oleh berbagai perusahaan penerbitan. Ia tetap berusaha maju mengalahkan rasa takutnya terhadap ketidakmungkinan akan keberhasilan. Mengubah perilaku yang ada memang tidak selalu mudah. Namun jika hal-hal yang kita lakukan hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, mungkin perilaku yang baru hasil perubahan yang dilakukan akan mampu mewujudkan karier yang diimpikan.

Baca :   Mengikis Stigma Negatif Mudah Gagal, Belajar Lebih Cepat

Memang akan terdapat suatu saat dimana seseorang tidak lagi yakin apakah hal yang dilakukannya akan membawa hasil. Ini adalah hal yang normal. Namun keberhasilan hanya akan dicapai bagi mereka yang tetap memiliki keyakinan dan mewujudkan keyakinan tersebut dengan terus berusaha.

Agar dapat mengalahkan rasa takut yang menjadi penghalang dalam kemajuan karier, tentu harus memperhitungkan risiko-risiko yang mungkin akan dihadapi, tidak hanya berbekal keyakinan. Saat merencanakan usaha-usaha menggapai karier yang diimpikan, seperti yang dikatakan oleh Max Messmer, CEO Robert Half International Inc. perusahaan recruitment  tebesar di dunia, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut ini.

Pertama, minat. Pertimbangkanlah dengan hati-hati mengenai hal-hal apa saja yang paling disukai dalam sebuah pekerjaan Ini akan membuat kita dapat mengambil keputusan yang lebih baik menentukan langkah karier selanjutnya. Pertimbangkanlah tugas-tugas apa saja yang memberikan kita kepuasan terbesar dan buatlah penilaian apakah terdapat semacam pola dalam tugas-tugas dan pekerjaan yang dilaksanakan. Juga pikirkanlah apa yang paling kita paling suka kerjakan di waktu luang. Seringkali kita mendapatkan insight dari hal-hal yang kita suka lakukan di luar waktu kerja.

Kedua, lakukanlah penilaian secara jujur mengenai kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Review semua prestasi di masa lalu. Komentar-komentar dari atasan, rekan kerja, teman, dan keluarga dapat pula menjadi petunjuk yang berharga.

Ketiga, pertimbangkanlah berbagai pilihan-pilihan yang ada. Mungkin masih terdapat opsi-opsi yang belum ditelusuri sebelumnya, seperti peluang untuk promosi jabatan, atau profesi-profesi tertentu dimana kita dapat mengembangkan minat dan kemampuan yang dimiliki. Bicarakanlah masalah tujuan karier dan tujuan personal yang dengan orang-orang yang tepat. Jika kita masih bekerja di suatu perusahaan, diskusikanlah bagaimana caranya agar perusahaan dapat memberikan dukungan.

#karier

#konfusius

#jkrowling

#harrypotter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait