ESG adalah sebuah pendekatan untuk mengevaluasi dan menjalankan bisnis yang lebih dari sekadar fokus pada keuntungan pemegang saham. Sebaliknya, ESG dalam bisnis mempertimbangkan ekosistem, baik internal maupun eksternal, di mana bisnis beroperasi dan bagaimana dampaknya terhadap satu sama lain.
Perkebunan kelapa sawit telah menjadi salah satu industri paling penting di Indonesia. Meskipun memiliki manfaat ekonomi yang besar, industri ini juga memiliki tantangan yang signifikan. Artikel ini akan mengulas tantangan dan peluang ESG di industri kelapa sawit di negara yang sedang berkembang.
Industri sawit dari hulu hingga hilir selalu menghadapi tantangan dan peluang dalam bisnisnya. Pascapandemi Covid 19, industri sawit terus bertumbuh dan menyuplai kebutuhan minyak nabati dunia.
Bertumbuhnya pasar minyak nabati dunia menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pebisnis sawit. Pasalnya, negara tujuan ekspor minyak sawit telah menetapkan aturan yang kian memberatkan.
Tantangan dan Peluang ESG di Industri Kelapa Sawit di Negara Berkembang
Manfaat Ekonomi Perkebunan Kelapa Sawit
Perkebunan kelapa sawit memiliki manfaat ekonomi signifikan bagi Indonesia. Industri ini telah menjadi salah satu penopang utama perekonomian negara. Jutaan lapangan kerja telah diciptakan baik langsung maupun tidak langsung. Selain itu, pendapatan ekspor dari produk kelapa sawit seperti minyak kelapa sawit, telah berkontribusi besar bagi pendapatan negara.
Selama beberapa dekade, perkebunan kelapa sawit telah menjadi salah satu sektor terbesar dalam produk domestik bruto (PDB) Indonesia, yang berarti bahwa industri ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi para petani dan produsen, tetapi juga bagi perekonomian nasional. Dengan pertumbuhan yang terus berlanjut, perkebunan kelapa sawit tetap menjadi salah satu aset penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Tantangan Utama Perkebunan Kelapa Sawit
Berikut adalah beberapa tantangan utama yang dihadapi industri perkebunan kelapa sawit di era modern.
1. Isu Lingkungan
Pembukaan lahan hutan untuk perkebunan dapat mengakibatkan deforestasi, hilangnya habitat satwa liar, dan perubahan iklim. Praktik-praktik seperti pembakaran lahan dan penggunaan pupuk kimia juga dapat merusak lingkungan.
2. Konflik Lahan
Persaingan untuk lahan antara perkebunan kelapa sawit, masyarakat lokal, dan pemilik hak adat sering kali memunculkan konflik lahan. Ini bisa menjadi masalah sosial yang kompleks yang memerlukan penyelesaian yang adil.
3. Keberlanjutan
Perkebunan kelapa sawit sering kali dianggap tidak berkelanjutan karena praktik-praktik yang merusak lingkungan dan dampak negatifnya terhadap masyarakat lokal. Upaya untuk menerapkan praktik perkebunan yang berkelanjutan menjadi tantangan penting.
4. Perubahan Iklim
Perkebunan kelapa sawit juga terkait dengan emisi gas rumah kaca melalui deforestasi dan pembakaran lahan. Upaya untuk mengurangi dampak perkebunan kelapa sawit terhadap perubahan iklim
5. Regulasi dan Sertifikasi
Industri kelapa sawit dihadapkan pada peraturan yang semakin ketat terkait dengan lingkungan, hak asasi manusia, dan keberlanjutan. Mendapatkan sertifikasi yang mengakui praktik berkelanjutan menjadi tantangan bagi banyak perkebunan kelapa sawit.
6. Produktivitas dan Perubahan Harga Komoditas
Meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit sambil menjaga keberlanjutan merupakan tantangan teknis yang harus diatasi. Selain itu, harga minyak kelapa sawit yang fluktuatif dapat mempengaruhi pendapatan petani dan produsen.
Pentingnya penerapan ESG dalam mendukung keberlanjutan industri kelapa sawit
Industri kelapa sawit di Indonesia merupakan salah satu komoditas strategis yang memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat. Minyak kelapa sawit masih menjadi salah satu komoditas andalan Indonesia dan penyumbang devisa terbesar.
Seperti yang disebutkan oleh Kementerian Perdagangan, pemerintah mendorong industri kelapa sawit yang berkelanjutan yang harus dibangun dengan memprioritaskan keseimbangan antara aspek Environmental, Social, and Governance (ESG). Hal ini sejalan dengan komitmen pembangunan berkelanjutan yang sudah diatur dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024.
Untuk memastikan keberlanjutan dari industri kelapa sawit, pemerintah mengeluarkan beragam regulasi yang memfokuskan pada tata kelola perkebunan kelapa sawit yang baik. Salah satunya, pemerintah mengeluarkan Inpres No. 6 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN KSB) tahun 2019 – 2024.
ESG Sawit Mendukung Tercapainya SDGs
Upaya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dapat dilakukan melalui sektor bisnis minyak sawit, yang meliputi industri hulu atau perkebunan kelapa sawit hingga industri turunannya. Sebab itu, upaya menerapkan aspek ESG dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan bisnis sawit berkelanjutan, dengan menerapkan secara sadar prinsip-prinsip akan pelestarian lingkungan, tanggung jawab sosial dan tata kelola perusahaan yang baik. Merujuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penerapan ESG dapat menjadi dasar segala bentuk aktivitas bisnis dan pengambil keputusan perusahaan.
Pelestarian lingkungan, dapat dilakukan perusahaan sawit dengan mempertimbangkan dampak operasional bisnis terhadap lingkungan dan perusahaan sebagai pengurus lingkungan. Aspek pelestarian lingkungan meliputi penggunaan energi ramah lingkungan, pengelolaan limbah yang bertanggung jawab supaya tidak menjadi polutan, partisipasi dalam konservasi sumber daya alam tak tergantikan, tidak semena-mena terhadap binatang dan penerapan sistem manajemen risiko yang efektif dalam pengelolaan risiko lingkungan.
Selain itu, keterlibatan organisasi pembangunan komunitas baik dalam bentuk persentase laba dan kerja sukarela para karyawan bagi komunitas sekitarnya. Jangan pula lupakan lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi karyawan, serta mempertimbangkan masukan dan harapan para pemangku kepentingan.
Tata Kelola Perusahaan yang baik juga wajib diwujudkan perusahaan sawit, Hal ini memcakup penggunaan metode akuntansi yang sesuai dengan standar yang berlaku secara jujur dan bertanggung jawab: memastikan kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan strategis bagi keberlangsungan bisnis perusahaan.
Selain itu, tata kelola perusahaan yang baik juga harus memastikan tidak adanya pertimbangan politik sehingga ada pihak yang perlakuan istimewa.
Jika pebisnis sawit telah melakukan ESG secara baik dan benar, maka perusahaan sawit dapat terhidar dari berbagai kerusakan dan tekanan yang berlebihan di masa depan. Lantaran, dengan melakukan ESG, maka perusahaan sawit akan memiliki ketahanan yang tinggi pada masa krisis dan dapat menciptakan nilai dan keuntungan dalam jangka panjang. Pastinya, melalui penerapan ESG, maka perusahaan sawit akan berkontribusi besar terhadap tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Sumber :
- wartaekonomi.co.id/read379111/penerapan-esg-sangat-penting-dalam-dukung-keberlanjutan-industri-kelapa-sawit
- www.infosawit.com/2023/10/10/kontribusi-esg-sawit-menggapai-sdgs
keywords :
#peluang esg industry kelapa sawit
#esg kelapa sawit
#tujuan pembangunan berkelanjutan
Related Posts:
Tantangan dan Peluang ESG di Industri Kelapa Sawit di Negara Berkembang
Greenwashing : Ketika Hijau Hanyalah Label, Bukan Tindakan Nyata
Inovasi Dari Bawah: Kekuatan Tersembunyi yang Mengubah Perusahaan
Istilah-istilah baru PHK, Quiet Cutting dan Layoff
Tips Mengurangi Jejak Karbon Perusahaan untuk Keberlanjutan dan ESG