bisnis keluarga

Strategi Bisnis Keluarga: Menurunkan Bisnis Seni untuk Keluarga

Orang Indonesia dikenal memiliki jiwa seni yang tinggi. Hal ini dapat dilihat secara kasatmata. Banyak seniman hebat lahir dari negeri ini. Dalam dunia film misalnya. Nama-nama seperti Yandy Laurens (sutradara film Sore: Istri dari Masa Depan yang kini tengah populer), Joko Anwar (salah satu filmnya adalah Pengabdi Setan) dan Hanung Bramantyo tentu tidak asing lagi Daftar ini tentunya masih bisa diperpanjang. Itu baru sutradara, belum aktor dan aktrisnya. Itu baru seni film, belum lagi seni musik, seni rupa, dan seni lainnya. Singkatnya, banyak yang menggantungkan hidupnya dari karya seni. Namun, ada pertanyaan menarik: bisakah seni menjadi bisnis inti sebuah bisnis keluarga (family business), yang diwariskan orangtua kepada anak-anaknya?

Dalam bisnis keluarga, pewarisan bukan sekadar menyerahkan aset atau kepemimpinan. Lebih dari itu, pewarisan berkaitan dengan pelestarian nilai-nilai, identitas, dan dedikasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tantangan ini semakin kompleks ketika bisnis yang diwariskan berbasis seni—sebuah ranah yang sarat dengan kreativitas, ekspresi personal, dan nilai yang seringkali sulit diukur. Lantas, bagaimana cara terbaik untuk memastikan bisnis seni keluarga tetap hidup dan berkembang di tangan generasi penerus?

Bisnis Seni: Antara Nilai Emosional dan Tuntutan Komersial

bisnis keluarga

Bisnis seni—entah itu galeri, studio seni, usaha kerajinan tangan, atau rumah produksi musik dan film—biasanya lahir dari kecintaan mendalam terhadap seni. Pendirinya sering kali adalah seniman atau kolektor yang melihat bisnis ini bukan hanya sebagai sumber penghasilan, melainkan juga sebagai wadah untuk mengekspresikan nilai estetika, sejarah, bahkan spiritualitas.

Baca :   Post-Transformation Syndrome: Apa yang Terjadi Setelah Transformasi Bisnis Usai?

Namun, bisnis seni memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari bisnis keluarga konvensional. Keuntungannya bisa fluktuatif, pasarnya terkadang sangat spesifik, dan ikatan emosional terhadap karya atau merek sering kali jauh lebih kuat dibandingkan bisnis lainnya. Oleh karena itu, proses pewarisan bisnis seni memerlukan pendekatan yang lebih hati-hati dan terencana.

Apa Sajakah Tantangannya?

Ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam mewariskan seni.

  1. Perbedaan minat. Tidak semua anggota keluarga memiliki ketertarikan yang sama terhadap dunia seni, sehingga pewarisan bisa sekadar kewajiban, bukan kesukarelaan. Sebagai contoh, tidak semua anak sutradara, pemusik, perupa, dan seniman lainnya berminat mengukuti jejak orangtua mereka. Kalaupun berminat, belum tentu sang anak satu visi dengan orangtuanya.  Jika demikian, antusiasme penerus meredup, bahkan padam.
  2. Generasi penerus mungkin memiliki selera atau pendekatan artistik yang berbeda dengan pendiri, sehingga bisa timbul pertentangan antara mempertahankan idealisme seni dan mengejar keuntungan bisnis keluarga.
  3. Bisnis  seni kerap sangat identik dengan sang pendiri. Ketika figur tersebut tidak lagi terlibat, keberlanjutan bisnis berada dalam bahaya.
  4. Banyak bisnis seni masih bergantung pada proyek-proyek tertentu tanpa sistem manajemen yang solid, sehingga sulit diwariskan secara sistematis.

Membangun Fundamen Bisnis Keluarga yang Kukuh

Agar bisnis seni bisa bertahan lintas generasi, pertama-tama perlu dibangun fundamen yang kukuh. Artinya, bisnis tidak boleh bergantung pada satu individu.  Buatlah struktur organisasi yang jelas. Jika perlu, libatkan tenaga ahli sambil tetap mempertahankan nilai seni sebagai “jiwa” yang memberi hidup bagi bisnis.

Baca :   Legacy Building: Apa yang Harus Ditinggalkan Perintis Kepada Generasi Penerus?

Buatlah semacam “buku panduan warisan” yang memuat filosofi, visi, dan sejarah di balik karya-karya penting. Ini membantu generasi penerus memahami esensi bisnis.

Bisnis keluarga dapat memperluas cakupannya. Misalnya menjual cenderamata, menawarkan pelatihan dalam bidang seni, atau berkolaborasi dengan merek atau perusahaan lain. Dengan demikian, ketergantungan pada satu produk atau pasar dapat dikurangi.

Libatkanlah Generasi Penerus Sejak Dini

bisnis keluarga

Jangan sampai terlambat melakukannya. Ini penting lantaran dunia seni membutuhkan waktu untuk dipahami dan dijiwai. Ajaklah generasi muda dalam kegiatan bisnis, seperti menghadiri pameran, mengunjungi studio, atau menyaksikan proses produksi. Doronglah mereka untuk mempelajari seni sekaligus manajemen bisnis agar memiliki bekal yang lengkap. Biarkan generasi penerus mengeksplorasi ide-ide baru, baik dalam hal kreativitas maupun strategi bisnis.

Untuk bisnis keluarga berbasis seni, dokumen seperti family constitution bisa menjadi panduan penting. Isinya dapat mencakup visi, misi, dan nilai-nilai yang dianut bisnis seni keluarga, kriteria anggota keluarga yang dapat terlibat, pembagian peran dan keuntungan, serta rencana suksesi dann pelatihan generasi penerus.  Dengan aturan yang jelas, risiko konflik dapat diminimalkan, bahkan bagi anggota keluarga yang memilih untuk tidak terlibat langsung.

Baca :   Legacy Building: Apa yang Harus Ditinggalkan Perintis Kepada Generasi Penerus?

Lebih dari sekadar sumber penghasilan, bisnis seni adalah warisan budaya yang mencerminkan identitas keluarga. Jika dikelola dengan baik, bisnis seni dapat menjadi kebanggaan dan sumber keberlanjutan penghidupan. Namun, tanpa persiapan matang, warisan ini bisa hilang atau menjadi beban bagi generasi penerus.

Meneruskan bisnis keluarga di bidang seni berarti menjaga semangat kreativitas sambil membangun ketahanan bisnis. Dibutuhkan keseimbangan antara menghormati masa lalu dan membuka pintu untuk inovasi. Komunikasi yang baik, perencanaan matang, dan fleksibilitas dalam menghadapi perubahan menjadi kunci utamanya.

Bisnis seni dalam keluarga ibarat permata berharga—indah, penuh makna, dan kaya warna. Namun, permata ini perlu terus diasah melalui perencanaan yang matang, struktur yang jelas, dan kolaborasi antar generasi. Hanya dengan begitu, warisan seni ini dapat terus hidup, bukan sekadar menjadi kenangan masa lalu.

#bisnis keluarga                      #seni                #yandy lourens                        #Sore: Istri dari Masa Depan                          #Joko Anwar               #Pengabdi Setan         #Hanung Bramantyo               #pewarisan                  #bisnis seni                  #seniman                     #pendekatan artistic                #perbedaan minat                    #sistem manajemen yang solid                       #fundamen yang kukuh                      #penerus                      #family constitution

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait