Menjalin Relasi Antargenerasi : Dari Baby Boomers Hingga Z

Menjalin Relasi Antargenerasi : Dari Baby Boomers Hingga Z

Dalam membahas dunia kerja dan karier saat ini, generasi milenial (disebut juga generasi Y, lahir kurang lebih antara 1980-1996) dan generasi Z (gen-Z, lahir 1997-2010)  selalu mendapat porsi perhatian lebih. Maklum saja, mereka dipandang sebagai “pemimpin masa depan”. Karier mereka mulai dan sedang bersinar terang, meski belum mencapai puncak. Jumlah mereka mayoritas. Mereka pun menjadi tulang punggung kemajuan perusahaan.  Begitu banyak tip  untuk kelompok ini, baik dari sudut pandang karyawan maupun organisasi.

Namun jangan lupakan dua generasi sebelumnya yang masih banyak berada dalam organisasi, yaitu generasi X (lahir 1961-1979) dan generasi baby boomers (1946-1960).  Banyak generasi X yang saat ini sedang berada pada puncak karier.  Mereka menjadi direktur atau anggota dewan direksi Perusahaan, Sedangkan generasi baby boomers, meski secara usia sudah memasuki masa pensiun, banyak yang masih aktif. Mereka menolak untuk pensiun. Jangan salah, kontribusi mereka terhadap kemajuan organisasi tidaklah kecil. Banyak dari mereka yang menawarkan pengetahuan, pengalaman, dan teladan kesuksesan.

Dalam dunia kerja multigenerasi saat ini, organisasi sering kali harus mengelola tim yang mencakup beberapa generasi. Mulai dari Generasi Baby Boomers hingga generasi Milenial yang ambisius dan Generasi Z yang sedang naik daun. Tempat kerja menjadi tempat meleburnya berbagai perspektif, pengalaman, dan harapan. Menyeimbangkan perbedaan generasi ini sangat penting untuk mendorong keharmonisan, produktivitas, dan inovasi.

Mengelola tim multigenerasi dalam lanskap talenta saat ini melibatkan penanganan kelelahan karyawan  (burnout), kompleksitas kerja jarak jauh, dan cara untuk menjaga semua karyawan terlibat dan termotivasi. Karyawan yang bekerja di organisasi yang peduli dengan relasi antargenerasi akan lebih bahagia dan lebih produktif.

Aspek-aspek yang seyogianya menjadi perhatan organisasi dalam upaya mengelola relasi antargenerasi adalah prioritas, gaya komunikasi, peluang pertumbuhan dan pengembangan, dan ekspektasi karyawan.

Baca :   The Threat of Gatekeeping

Sangat penting untuk menyadari beragamnya prioritas setiap generasi sebagai karyawan dan manusia. Tiap-tiap generasi memiliki nilai dan  sudut pandang berbeda,  yang dibentuk oleh pengalaman masing-masing. Misalnya, generasi Baby Boomers sering kali mengupayakan keamanan kerja, generasi Milenial cenderung mengejar kemajuan karier, dan Gen X memprioritaskan keharmonisan kehidupan kerja dan keamanan finansial. Bagi Gen Z, mencapai keseimbangan kehidupan kerja yang sehat adalah prioritas utama. Mereka menghargai fleksibilitas dan sering kali lebih menyukai opsi kerja jarak jauh atau hybrid. Sadarilah bahwa setiap orang berada dalam fase perjalanan karier dan kehidupan yang berbeda.

Gaya komunikasi tiap generasi juga bervariasi. Biasanya, generasi yang lebih tua seperti baby boomers ngin rekan-rekan mereka yang lebih muda tidak terlalu mengandalkan telepon seluler serta lebih menghargai komunikasi dan kolaborasi tatap muka. Sementara generasi muda sangat menyukai efisiensi dan fleksibilitas dalam berkomunikasi dengan memanfaatkan teknologi, seperti pesan instan dan panggilan video. Namun, hal-hal tersebut tidak mutlak, bahkan boleh jadi sebuah stereoipe.

Kenyataannya, banyak generasi senior yang gandrung dengan teknologi. Sebaliknya, ada juga generasi lebih muda yang kurang tertarik teknologi. Mengingat perbedaan ini, penting untuk bersikap fleksibel dalam berkomunikasi. Satu hal yang jelas, kemajuan teknologi komunikasi tak bisa dihindari. Pemanfaatannya adalah keniscayaan. Oleh karenanya, pimpinan organisasi bisa membantu karyawan beradaptasi dengan perkembangan ini.

Setiap karyawan, dari generasi manapun, membutuhkan pelatihan, pengembangan, dan bimbingan agar dapat menjalankan tugas dan perannya dengan baik. Generasi Baby Boomers sering kali lebih menyukai lingkungan belajar yang terstruktur dan formal. Mereka mungkin menghargai pelatihan, lokakarya, dan seminar bergaya kelas tradisional. Gen X cenderung menghargai otonomi dan pembelajaran mandiri.

Baca :   Tips Mengelola Pekerja Gig

Mereka menghargai kebebasan memilih cara memperoleh keterampilan dan pengetahuan baru, baik melalui kursus online, buku, atau pengalaman langsung. Gen Z menghargai pembelajaran dan pengembangan yang berkelanjutan. Mereka cenderung lebih menyukai kursus online, webinar, dan konten pendidikan yang singkat dan menarik. Adanya peluang pertumbuhan dan pengembangan keterampilan akan memotivasi generasi ini untuk tinggal bersama organisasi.

Terlepas dari perbedaan preferensi tiap-tiap generasi, perlu didorong kemitraan antargenerasi sehingga satu sama lain dapat saling belajar. Hal ini dapat menjembatani perbedaan generasi melalui berbagi cerita dan bertukar kiat-kiat tentang cara belajar masing-masing. Contohnya adalah apa yang dilakukan di PVH Corp. (PVH, dulu dikenal sebagai Phillips-Van Heusen Corporation), perusahaan pakaian asal Amerika Serikat (AS). Di PVH, ada inisiatif Mentor Me Programme, yang mendorong karyawan baby boomers dan generasi milenial (Y) untuk menjadi mentor sebuah kelompok yamg anggotanya terdiri dari lima orang generasi Z di berbagai fungsi dan pasar.

Menurut David Lim, SVP Human Resources, Asia Pacific, PVH Corp, melalui pemberian umpan balik secara kontinu, berkomunikasi secara teratur dengan rekan gen Z, dan memahami lebih banyak tentang kehidupan profesional dan pribadi mereka dapat membantu membangun hubungan yang lebih kuat dan yang lebih penting, mengubah pola pikir agar lebih terbuka terhadap ide-ide Gen Z. Dorongan untuk terus memfasilitasi dialog yang berkelanjutan dengan karyawan Gen Z juga dirancang dengan keyakinan bahwa lebih baik “Mendengarkan untuk Memahami”, daripada “Mendengarkan untuk Menanggapi.”

Untuk lebih memahami kebutuhan karyawan dan mengatasi prioritas seperti pembelajaran dan pengembangan karir, PVH meluncurkan inisiatif “Learning Wednesday”, bertujuan meningkatkan kemampuan dan meningkatkan kinerja. Tujuan utama lainnya adalah menumbuhkan pola pikir berkembang dan membangun budaya pembelajaran berkelanjutan, sekaligus mendorong karyawan untuk berkomitmen pada pembelajaran mereka sendiri.

Baca :   Glass Cliff: Tantangan Kepemimpinan bagi Wanita dan Minoritas di Tengah Krisis

Di samping itu, perwakilan karyawan dari berbagai generasi diundang untuk berbagi pengalaman. Secara lebih khusus, Gen Z membagi wawasan mereka seputar bisnis, ekspektasi seputar tempat kerja, dan kepemimpinan, yang membantu menumbuhkembangan saling memahami, rasa hormat, dan rasa saling percaya. Pada gilirannya, hal ini memperkuat budaya PVH, melalui penciptaan hubungan yang lebih kuat, kemitraan yang lebih kolaboratif, serta rasa kebersamaan.

Tidak mudah memastikan semua karyawan merasa kebutuhan mereka terpenuhi terkait keseimbangan kehidupan kerja, inisiatif kesehatan, dan kesehatan mental. Kesediaan untuk memahami preferensi tiap-tiap orang berikut alasannya akan sangat berguna. Misalnya, Generasi X biasanya menginginkan stabilitas pekerjaan dan peluang pengembangan profesional, Generasi Milenial menginginkan kepuasan kerja dan jam kerja yang fleksibel, sementara Generasi Baby Boomers menginginkan tujuan dan loyalitas dari perusahaan mereka.

Sementara Generasi Z mungkin memiliki ekspektasi berbeda terhadap kepemimpinan. Mereka menghargai pemimpin yang mudah didekati, transparan, dan terbuka terhadap masukan dari seluruh tingkat organisasi. Mereka kurang suka gaya kepemimpinan hierarki tradisional.

Dengan mengakui serta menghargai keragaman generasi di tempatt kerja, akan tercipta suasana lebih kompak, akrab, dan saling menghormati. Pada gilirannya, semua orang akan lebih sejahtera dan produktif.

Menjalin Relasi Antargenerasi : Dari Baby Boomers Hingga Z
Menjalin Relasi Antargenerasi : Dari Baby Boomers Hingga Z

#babyboomers

#generasiX

#generasimilenial

#generasiZ

#prioritas #gayakomunikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait