Memikirkan Ulang Model Bisnis

Memikirkan Ulang Model Bisnis

Di tengah lingkungan penuh gejolak saat ini, perusahaan semakin melirik inovasi model bisnis. Tujuanya agar tetap  kompetitif, mampu  memenuhi kebutuhan pelanggan dan pemangku kepentingan yang dinamis. Caranya? Memikirkan ulang model bisnis tradisional dan menciptakan model bisnis baru yang lebih selaras dengan dinamika pasar. Dengan demikian, perusahaan dapat membuka sumber pertumbuhan, profitabilitas, dan keunggulan kompetitif baru.

Salah satu contoh fenomenal inovasi model bisnis adalah jasa transportasi online seperti Grab dan Gojek di Indonesia atau Uber di Amerika Serikat (AS). Perusahaan-perusahaan ini telah mendisrupsi layanan transportasi ojek dan taksi konvensional  dengan menawarkan pilihan transportasi yang lebih nyaman dan hemat biaya.

Untuk contoh klasik, kita bisa lihat Amazon. Amazon mentransformasi industri ritel dengan menciptakan model bisnis baru yang berpusat pada e-commerce dan logistik. Dengan menawarkan beragam pilihan produk dengan harga bersaing, dan memanfaatkan kemampuan logistik dan pemenuhannya untuk menawarkan pengiriman yang cepat dan andal, Amazon telah menjadi pemain terkemuka di industri ritel,

Perusahaan-perusahaan mapan yang telah berusia puluhan tahun juga tak ketinggalan memikirkan ulang model bisnisnya agar tetap tumbuh dan kompetitif. Untuk merespons permintaan produk dan layanan berkelanjutan, Unilever mengadopsi model bisnis baru,  berfokus pada keberlanjutan dan dampak sosial. Perusahaan asal Inggris ini mengintegrasikan praktik berkelanjutan ke dalam setiap aspek operasinya, mulai dari pengadaan, produksi, hingga pemasaran. Unilever mampu menciptakan sumber nilai baru bagi pelanggan dan pemangku kepentingan, sekaligus meningkatkan keuntungan. Contoh lainnya adalah Nike. Nike mengadopsi model bisnis baru, berpusat pada inovasi digital dan pengalaman personal. Melalui data dan analitik untuk memahami preferensi dan perilaku pelanggannya, Nike mampu menciptakan produk yang lebih personal dan menarik, sekaligus meningkatkan rantai pasokan dan efisiensi operasionalnya.

Baca :   Peran Digital Badge dalam Meningkatkan Kredibilitas Keterampilan Kandidat

​Mengapa harus dipikirkan ulang?

Terdapat sederet alasan mengapa perusahaan dipaksa memikirkan ulang model bisnisnya. Pergeseran perilaku, preferensi, dan demografi konsumen akan memengaruhi permintaan terhadap produk dan layanan perusahaan. Agar tetap bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan yang terus berkembang, perusahaan harus meninjau ulang model bisnisnya. Terkait hal ini, salah satu perusahaan yang berhasil mengadaptasi model bisnisnya adalah Netflix. Awalnya merupakan layanan persewaan DVD, Netflix menyadari meningkatnya permintaan akan konten streaming dan mengalihkan fokusnya untuk menjadi platform streaming online terkemuka. Dengan memikirkan kembali model bisnisnya, Netflix tidak hanya bertahan dari kemerosotan media fisik namun juga merevolusi cara masyarakat mengonsumsi hiburan.

Alasan berikutnya, perkembangan teknologi. Di satu sisi, perkembangan teknologi seperti teknologi digital dan AI menciptakan peluang-peluang baru. Namun di sisi lain, hal ini berpotensi mendisrupsi bukan saja perusahaan melainkan juga industri. Perusahaan yang tidak menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi harus rela terlempar dari medan persaingan. Di sinilah pentingnya perusahaan memikirkan ulang model bisnisnya.

Ekspansi ke pasar baru atau persaingan yang makin intens mengharuskan perusahaan menilai kembali model bisnisnya. Termasuk penyesuaian harga, sakuran distribusi, dan produk.

Peraturan baru kerap berdampak signifikan bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus meenyesuaikan model bisnisnya demi kepatuhan dan menjaga reputasi.

Fluktuasi ekonomi, seperti resesi atau ekspansi, kerap memengaruhi keputusan pembelian. Perusahaan mungkin perlu merevisi model bisnisnya untuk mengatasi ketidakpastian dan beradaptasi dengan perubahan kondisi keuangan pembeli.

Baca :   PHK Karyawan Gen Z : Bagaimana Mengikis Stigma Gen Z?

Peta persaingan berubah cepat. Munculnya bisnis-bisnis rintisan, juga pendatang yang tadinya dipandang “bukan siapa-siapa”, sering menggoyang bisnis mapan. Agar tetap relevan, perusahaan dipaksa berrinovasi agar tetap mampu menciptakan nilai.

Meningkatnya kesadaran terhadap lingkungan dan sosial memaksa perusahaan mengintegrasikan praktik berkelanjutan. Selanjutnya, hal ini dapat mengubah sumber daya, proses manufaktur, dan tanggung jawab perusahaan. Inilah yang dilakukan Unilever.

Apa yang harus dipetimbangkan?

Jika ingin memikirkan ulang model bisnisnya, pertama-tama perusahaan harus benar-benar peduli serta memahami tren pasar,  kemajuan teknologi, dan perilaku konsumen. Dengan mengantisipasi perubahan dan bersikap proaktif, dunia usaha dapat memposisikan diri untuk memanfaatkan peluang baru. 

Berikutnya, transformasi digital. Dengan meningkatnya ketergantungan pada teknologi, dunia usaha perlu memanfaatkan transformasi digital agar tetap relevan. Hal ini dapat melibatkan investasi pada teknologi baru, pengembangan platform online, atau penerapan strategi berbasis data. Tujuannya untuk merampingkan operasi, meningkatkan pengalaman pelanggan, dan menciptakan aliran pendapatan baru.

Di samping itu, karyawan harus didorong untuk berpikir di luar pakem (out of the box).Perlu dtumbuhkembangkan budaya belajar tanpa henti (continuous learning). Daan kemampuan beradaptasi dalam organisasi.  

Saat ini, keberlanjutan (sustainability) makin menjadi tuntutan. Oleh karenanya, saat memikirkan ulang model bisnis, pikirkan pula keselarasannya dengan tujuan tanggung jawab sosial untuk menarik konsumen yang sadar dan berkontribusi terhadap dampak sosial yang positif.

Saat memikirkan ulang model bisnis, ada beberapa alternatif yang bisa dipilih. Pertama, memikirkan kembali dan mendesain ulang model bisnis perusahaan untuk untuk menciptakan proposisi nilai baru bagi pelanggan. Pendekatan ini memerlukan pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan permasalahan pelanggan, serta kemauan untuk menantang asumsi dan norma yang ada.

Baca :   Kisah Inspiratif Pengusaha Lokal: Hamzah Sulaiman: Sang Visioner di Balik Keunikan Raminten

Kedua, memecah bisnis menjadi semacam komponen-komponen independen independen yang lebih kecil. Hal ini memungkinkan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi yang lebih besar.  Contohnya adalah Apple dengan Apple Store-nya. Dengan menciptakan platform yang memungkinkan pengembang pihak ketiga membuat dan menjual aplikasi mereka sendiri, Apple dapat memperluas ekosistemnya dan menawarkan kepada pelanggan berbagai aplikasi inovatif dan berguna.

Ketiga, berkolaborasi dengan mitra eksternal dan pemangku kepentingan untuk menciptakan jaringan atau ekosistem yang memberikan nilai kepada pelanggan. Misalnya, Nike mengubah model bisnisnya dengan menciptakan ekosistem Nike+, yang menghubungkan pakaian dan alas kaki atletiknya dengan teknologi digital. Melalui kemitraan dengan aplikasi kebugaran, produsen perangkat wearable, dan perusahaan terkait kebugaran lainnya, Nike mampu menawarkan pengalaman kebugaran yang holistik dan personal kepada pelanggan.

Keempat, mengidentifikasi segmen pelanggan baru atau peluang pasar yang belum tergarap serta menawarkan proposisi nilai yang berbeda dari pesaing.  Contohnya adalah Cirque du Soleil, yang merevolusi industri sirkus dengan menggabungkan unsur teater, akrobat, dan musik untuk menciptakan bentuk hiburan baru. Dengan menargetkan orang dewasa, menawarkan pengalaman yang lebih canggih dan artistik, Cirque du Soleil menciptakan ruang pasar yang masih kosong.

#modelbisnis

#inovasimodelbisnis

#transportasionlie

#amazon

#nike #sustainability

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait