dunia kerja

Memahami Fenomena Job Hugging & Job Hopping dalam Dunia Kerja di Tahun 2025

Dunia kerja pasca-Covid ditandai oleh munculnya dua gaya karier yang tampak berlawanan arah: yang setia bertahan dan yang gemar menjelajah. Namun, memasuki tahun 2025, muncul sebuah fenomena baru yang mengaburkan batas antara loyalitas dan keterpaksaan: job hugging.

Job Hopping: Strategi Karier dengan Mobilitas Tinggi

Marilah kita memahami istilah-istilah berikut ini terlebih dahulu. Ada istilah job hopping. Job hopping adalah strategi karir dengan berpindah pekerjaan dalam rentang waktu relatif singkat (biasanya 1-3 tahun). Tujuannya jelas: agar mendapatkan kenaikan gaji yang lebih signifikan; mendapatkan promosi atau tanggung jawab baru; mendapatkan pengalaman di lebih banyak industri dan fungsi; memperluas jejaring profesional.

Fenomena job hopping dalam dunia kerja modern tentunya sudah jamak kita jumpai. Di era “Great Resignation“, job hopping sempat dianggap sebagai jalur tercepat untuk menaiki tangga karier.

Job Hugging: Bertahan di Tengah Ketidakpastian

dunia kerja

Berbanding terbalik, job hugging adalah kecenderungan untuk “memeluk erat” pekerjaan yang sekarang. Orang bertahan bukan karena sangat puas dengan pekerjaan atau tempat kerjanya, melainkan karena diliputi rasa takut dan tidak yakin dengan peluang di luar. Ini adalah pilihan pragmatis di tengah ketidakpastian ekonomi dalam dunia kerja modern.

Tingkat pengunduran diri di Amerika Serikat ada di angka1,90 persen pada bulan Agustus, turun 2 persen dibanding bulan Juli 2025. Demikian menurut data US Bureau of Labor Statistics.  Rendahnya angka ini tidak serta-merta menandakan kesuksesan program retensi perusahaan, melainkan bisa jadi gejala stagnasi dan ketakutan karyawan untuk keluar. Survei dari Glassdoor bahkan melaporkan bahwa 65 persen profesional merasa “terjebak” di posisi mereka saat ini.

Baca :   Belenggu Emas: Strategi Retensi Karyawan atau Belenggu Karir?

Beberapa faktor pendorong utama job hugging ini meliputi:

  1. Lingkungan ekonomi yang tidak menentu.  Ancaman resesi dan tingginya biaya hidup membuat rasa aman dari pekerjaan dalam dunia kerja modern lebih berharga daripada risiko mencoba peluang baru.
  2. Berkurangnya insentif finansial. Lonjakan gaji yang dulu didapat dengan pindah kerja kini tidak sebesar dulu, sehingga insentif untuk melompat menjadi berkurang.
  3. Banyak perusahaan  tidak agresif merekrut tetapi juga enggan melakukan PHK besar-besaran, menciptakan kondisi yang statis. Agaknya, masa PHK besar-besaran mulai berlalu.
  4. Kekhawatiran akan disrupsi kecerdasan buatan (AI). Ketidakpastian tentang dampak Kecerdasan Buatan dan otomatisasi membuat karyawan berpikir dua kali sebelum pindah ke perusahaan lain.
  5. Generasi Z, yang mulai banyak memasuki pasar kerja, tidak lagi memiliki mobilitas yang tinggi seperti sebelumnya. Mereka lebih menyukai stabilitas.

Apa saja Risikonya?

Baik job hugging maupun job hopping memiliki risikonya masing-masing. Jika terlalu “setia” (job hugging), karier dan keterampilan bisa mandek. Jejaring dan wawasan juga terbatas. Karyawan kehilangan peluang untuk belajar budaya dan sistem kerja baru dari perusahaan lain. Hal ini sangat merugikan perkembangan profesional di dunia kerja.

Risiko lainnya adalah sulit membaca sinyal perubahan industri jika hanya melihat dari satu perspektif. Pun, posisi tawar melemah. Tanpa tawaran dari luar, negosiasi untuk kenaikan gaji atau promosi menjadi lebih sulit.

Baca :   Financial Wellness: Strategi Meningkatkan Produktivitas dan Menekan Turnover

Sedangkan untuk job hopping, risiko-risiko yang dihadapi adalah dianggap sebagai kutu loncat, tidak setia. Di mata rekruter, CV yang penuh dengan perpindahan singkat dapat dianggap sebagai pribadi yang tidak stabil. Di samping itu, setiap perpindahan tentunya memerlukan penyesuaian dengan sistem, budaya, dan rekan kerja baru. Hal ini rentan menimbulkan stres.

Sering berpindah-pindah kerja juga bisa membuat seseorang menjadi sulit menjadi ahli di satu bidang spesifik karena tidak cukup lama mendalaminya. Di pasar tenaga kerja yang lesu, peluang baru bisa jadi tidak sebanyak yang diharapkan, sehingga keputusan pindah menjadi sangat berisiko.

Jalan Tengah: Pilihan Bijaksana

dunia kerja

Soal karier, tentu tiap orang punya preferensinya masing-masing. Namun jika menginginkan peningkatan dalam situasi dunia kerja yang dinamis dan penuh ketidakpastian seperti sekarang, gabungkan yang terbaik dari kedua dunia: setia tetapi tidak stagnan. Tidak menutup pintu untuk menjelajah, tetapi tetap punya tujuan.

Berikut beberapa strategi yang bisa dilakukan:

  • Karyawan bisa mencari peluang rotasi divisi, proyek lintas fungsi, atau peran sampingan untuk memperkaya pengalaman tanpa harus keluar.
  • Jika tetap mau job hopping, rencanakan waktu dan frekuensinya. Misalnya, pindah setiap 3-5 tahun sekali. Dengan demikian ada peluang untuk mendalami keterampilan dan peran baru.
  • Bagi perusahaan, buka jalur karier internal yang jelas agar karyawan bisa “pindah” tanpa meninggalkan organisasi.
  • Ikuti pelatihan, mentoring, dan terlibat dalam proyek-proyek baru untuk menjaga semangat dan kompetensi.
  • Tanyakan pada diri sendiri secara rutin: “Saya bertahan di sini karena pilihan atau karena terpaksa?”
Baca :   Budaya Mikro: Rahasia di Balik Budaya Organisasi Modern yang Adaptif

Impikasi bagi Perusahaan

Bagi perusahaan, fenomena job hugging dalam dunia kerja modern adalah sinyal untuk berbenah. Jangan bangga dulu terhadap tingkat perputaran (turnover) yang rendah. Ini belum tentu tanda kepuaasan. Bisa saja kraywawan bertahan karena terpaksa.

Ukur keterlibatan, bukan hanya kehadiran. Fokus pada metrik seperti tingkat engagement, aspirasi karir, dan kepuasan kerja karyawan.

Kembangkan budaya transparansi dan mobilitas internal. Karyawan harus merasa aman membicarakan masa depan mereka dan melihat jalur pertumbuhan yang jelas di dalam perusahaan.

Pemimpin organisasi hendaknya memimpin dengan cara menginspirasi, bukan mengintimidasi. Dengan demikian, loyalitas benar-benar terbentuk dari hati, bukan karena terpaksa. Tantangan terbesar bagi organisasi dalam dunia kerja saat ini adalah menciptakan lingkungan di mana karyawan betah karena mereka memilih untuk bertumbuh di sana, bukan karena mereka takut untuk pergi.

#job hugging               #job hopping               #karier            #resesi             #insentif finansial                      #kecerdasan buatan    #generasi Z     #risiko             #jejaring            #turnover        #transparansi              #budaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait