Meta, pemilik Facebook dan Instagram, baru saja meluncurkan Threads, platform media sosial baru yang diproyeksikan menyaingi Twitter. Kurang dari lima hari setelahnya, Threads sudah punya sekitar 100 juta pengguna. Berdasarkan data SEC filing tahun 2013, dulu Twitter butuh waktu empat tahun untuk mencapai jumlah pengguna yang sama dengan Threads saat ini. Memang, Twitter benar-benar membangun basis pelanggannya dari nol. Sedangkan Threads memanfaatkan jejaring pengguna Instagram, yang saat ini berjumlah kurang lebih dua miliar. Twitter sendiri, menurut data Statista, saat ini memiliki sekitar 350 juta pengguna.
Twitter menanggapi munculnya Threads dengan mengirim surat kepada Mark Zuckerberg, CEO Meta. Dalam surat tersebut, Twitter, melalui pengacaranya Alex Spiro, menuduh Meta telah menyalahgunakan rahasia dagang Twitter dan kekayaan intelektual lainnya secara sistematis, disengaja, dan melanggar hukum demi mengembangkan Threads. Lebih lanjut, Twitter menyatakan bahwa Meta telah merekrut puluhan mantan karyawan Twitter yang tetap memiliki akses terhadap rahasia dagang Twitter dan informasi rahasia lainnya, sehingga mampu membangun aplikasi yang mereka sebut “tiruan Twitter”. Lebih lanjut, dalam surat tersebut dinyatakan bahwa Twitter bermaksud untuk secara sungguh-sungguh mempertahankan hak kekayaan intelektualnya, dan menuntut agar Meta mengambil langkah segera untuk berhenti menggunakan rahasia dagang Twitter atau informasi yang sangat rahasia lainnya. Menanggapi surat Twitter tersebut, Andy Stone, juru bicara Meta, mengatakan bahwa tak seorang pun mantan insinyur Twitter yang bekerja di Meta.
Klaim Twitter bahwa Meta telah merekrut puluhan mantan karyawan Twitter yang masih punya akses terhadap informasi rahasia Twitter menarik dicermati. Terlepas benar tidaknya klaim tersebut, merekrut mantan karyawan yang demikian dapat menimbulkan masalah etika dan hukum.Penting untuk menghormati hak kekayaan intelektual dan informasi rahasia perusahaan lain. Mendorong atau berpartisipasi dalam perolehan informasi rahasia dari mantan karyawan dapat mengakibatkan konsekuensi hukum yang berat dan merusak reputasi perusahaan.
Oleh karenanya, sudah selayaknya perusahaana bersandar pada strategi akuisisi talenta (talent acquisition) yang unggul sekaligus etis. Bagaimanalah caranya? Pertama, membangun employerbrand yang kuat melalui budaya korporasi (corporate culture) yang positif, kompensasi yang menarik, dan memberikan pekerjaan yang bermakna untuk mendapatkan talenta-talenta berkualitas unggul.
Berikutnya, membangun talenta-talenta dalam lingkungan perusahaan sendiri. Berinvestasilah dalam program pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan. Di samping itu, rajin-rajinlah menghadiri acara networking dan industri. Tujuannya agar terhubung dengan profesional yang memiliki pengetahuan dan pengelaman yang relevan.
Tatkala merekrut karyawan baru, pastikan untuk membuat perjanjian kerahasiaan yang tepat guna melindungi informasi-informasi yang sensitif. Hormatilah kekayaan intelektual perusahaan-perusahaan lain. Doronglah karyawan untuk berkontribusi bagi pertumbuhan perusahaan melalui keterampilan dan perspektif unik yang mereka miliki, ketimbang bergantung pada informasi rahasia dari perusahaan lain.
Masih terkait perekrutan, susunlah kebijakan serta panduan yang jelas guna menjamin perusahaan melakukannya secara etis. Budayakanlah persaingan yang adil.
Dalam menyusun strategi dan membuat keputusan, perusahaan tentunya perlu dukungan informasi. Sekali lagi, informasi tetap harus dihimpun secara etis, misalnya memalui riset pasar dan data sekunder, daripada mengandalkan informasi yang diperoleh dengan cara yang tidak jelas.
#Instagram #Meta #Threads #Mark Zuckerberg #Talent Acquisition #Corporate Culture
Related artikel yang diposting di linked in https://www.linkedin.com/pulse/thread-obat-kecewa-twitter-the-jakarta-consulting-group