Inflasi Jabatan Hingga Pengaruh Terhadap ESG

Inflasi Jabatan Hingga Pengaruh Terhadap ESG

Inflasi jabatan merupakan praktik perusahaan dengan memberikan title pekerjaan atau job title yang tampak jauh lebih senior, namun tidak secara akurat mencerminkan keterampilan, pengalaman, tingkat senioritas, atau bahkan jumlah kompensasi dan gaji dalam bentuk yang sebenarnya pada posisi tersebut.

Umumnya, perusahaan melakukannya sebagai upaya untuk menarik dan mempertahankan talenta atau karyawan. Namun, upaya ini sebenarnya memiliki tingkat keberhasilan yang terbatas dan dapat menimbulkan masalah baik bagi perusahaan maupun karyawan.

Terjadi tren perusahaan Indonesia membesar-besarkan titel atau jabatan pekerjaan. Berdasarkan sebuah rise,t terjadi peningkatan 27% mereka yang memiliki jabatan dengan titel Direktur dan Manajer yang ditujukan bagi para profesional dengan pengalaman kerja dua tahun.

Titel pekerjaan atau job title berperan penting dalam strategi menarik maupun mempertahankan talenta. Saat ini, Anda mungkin sering menemui sejumlah profesional yang telah bergelar manajer atau direktur dengan waktu kerja yang cukup singkat.

Anda dapat menyebut fenomena ini sebagai job title inflation atau inflasi jabatan.

Tren Inflasi Jabatan

Inflasi jabatan kerap kita temukan sebagai strategi yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan berkembang untuk menarik dan mempertahankan talenta. Mengapa?

  1. Menarik Talenta: Gelar jabatan yang terdengar lebih menarik membantu perusahaan menarik lebih banyak kandidat. Misalnya, job title “Senior Manajer” akan lebih membawa daya tarik, dibandingkan saat perusahaan hanya sekedar meletakkan gelar “Manajer”, meskipun mungkin fungsi role-nya tidak jauh berbeda.
  2. Mempertahankan Karyawan: Dengan memberikan promosi jabatan, meskipun tanpa kenaikan gaji yang signifikan, perusahaan bisa meningkatkan kepuasan karyawan dan mengurangi turnover. Gelar yang lebih tinggi dapat membuat karyawan merasa dihargai dan memiliki career path yang lebih baik.
  3. Menghemat Biaya: Terkadang, perusahaan memberikan promosi jabatan sebagai alternatif dari menaikkan kompensasi maupun gaji karyawan. Hal ini bisa menjadi cara yang lebih hemat untuk memberikan acknowlegement atau pengakuan kepada karyawan tanpa harus meningkatkan biaya operasional.
  4. Menyesuaikan dengan Standar Industri: Agar tetap relevan dan kompetitif, perusahaan mungkin perlu menyesuaikan gelar jabatan yang mereka gunakan agar sesuai dengan tren.
  5. Struktur Organisasi: Seiring perusahaan berkembang, mungkin ada kebutuhan untuk membuat struktur organisasi yang lebih kompleks yang mencakup lebih banyak tingkatan atau lapisan manajemen. Inflasi jabatan dapat membantu menciptakan atau memperjelas hierarki dalam perusahaan.
Baca :   Kisah Inspiratif Pengusaha Lokal: Hamzah Sulaiman: Sang Visioner di Balik Keunikan Raminten

Inflasi jabatan telah berjalan di beberapa generasi

Praktik inflasi jabatan telah berkembang seiring berjalannya waktu, dan dengan empat generasi yang berbeda — Baby Boomers, Gen X, Millenials, dan Gen Z.

Anda mungkin mengingat, beberapa saat yang lalu sebuah jabatan atau job title mungkin diidentifikasi dengan nama-nama yang lebih sederhana. Job title bersifat langsung dan mencerminkan fungsi inti dari sebuah role.

“Sekretaris”, “Manajer”, “Insinyur” — nama-nama ini menggambarkan dengan sangat jelas mengenai tanggung jawab atau fungsi dari job title tersebut.

Namun, seiring dengan berkembangnya dunia bisnis dan penekanan pada inovasi, perubahan-perubahan istilah yang digunakan pada job title turut mengalami perubahan.

Perusahaan mulai menggunakan gelar-gelar seperti “Chief Knowledge Officer” atau “Innovation Catalyst” untuk dapat merepresentasikan atau memproyeksikan citra yang ‘mutakhir’.

Dampak inflasi jabatan bagi multigenerasi

Munculnya lebih banyak generasi baru dalam sebuah angkatan kerja akan menambah kompleksitas pada inflasi jabatan. Bagaimana hal ini terjadi di masing-masing atau tiap-tiap generasi?

Baca :   Pendekatan Human-Centric dalam Merekrut Karyawan

Generasi Baby Boomers

Generasi Boomers membangun karier mereka pada masa hierarki maupun gelar jabatan diidentifikasi dengan sangat jelas. Generasi Baby Boomers mungkin menghargai gelar — yang cukup menandakan tingkat senioritas dan pengalaman. Job title yang dilebih-lebihkan akan terdengar ‘tidak jujur’ bagi mereka.

Generasi X

Generasi ini dikenal bersifat pragmatis, Gen X mungkin lebih bisa memahami gelar jabatan yang lebih kompleks — maupun cenderung dilebih-lebihkan. Hanya saja, mereka mungkin akan lebih fokus pada tanggung jawab sebenarnya dan kompensasi yang melekat pada suatu role.

Generasi Milenial

Generasi ini tumbuh saat teknologi berkembang, dan segalanya tampak jadi serba cepat. Generasi milemial berorientasi pada pencapaian. Sehingga, mereka menganggap gelar yang berlebihan itu menarik, terutama jika gelar tersebut menandakan kemajuan karier atau peningkatan otonomi.

Gen Z

Memasuki dunia kerja yang telah dipenuhi dengan job title yang berlebihan, Gen Z mungkin akan jadi lebih skeptif. Mereka mungkin memprioritaskan sebuah gelar jabatan yang secara akurat mencerminkan dampak dan tujuan suatu role.

Tren Inflasi Jabatan untuk Menarik Talenta

Inflasi jabatan mungkin membawa kelebihan, seperti yang sudah kita pahami di uraian sebelumnya.

Inflasi jabatan dapat meningkatkan keterlibatan karyawan atau employee engagement, sehingga perusahaan kerap menggunakannya sebagai strategi retensi. Bahkan tanpa kenaikan gaji, cara ini dapat meningkatkan semangat kerja dan rasa pencapaian.

Gelar-gelar yang dibesar-besarkan juga membuat lowongan kerja tampak lebih menarik, terutama bagi generasi muda yang mencari acknowledgement atau pengakuan serta beriorientasi pada tujuan.

Baca :   Blending Skill-Based Hiring and Microcredentials: Faster Recruitment for Better Results

Namun, di balik itu, inflasi jabatan juga membawa suatu dampak bermasalah yang perlu perusahaan antisipasi.

Misalnya, inflasi jabatan dapat menarik lebih banyak kandidat, terutama pada posisi yang sulit untuk diisi. Namun, Anda perlu tetap mengingat konsekuensinya, di mana — strategi Anda mungkin membuat banyak kandidat yang merasa tidak memenuhi syarat.

Langkah Perusahaan Berdasarkan Pengaruh ESG akibat Inflasi Jabatan

Di balik kelebihan dan risiko dari strategi inflasi jabatan, perusahaan perlu bergerak lebih maju, dan fokus pada penciptaan fondasi budaya acknowledgment (pengakuan) dan pengembangan yang lebih kuat.

Menggunakan inflasi jabatan sebagai strategi mungkin dapat membantu untuk meningkatkan motivasi karyawan untuk mempertimbangkan langkah karier yang selanjututnya. Strategi ini juga memungkinkan perusahaan untuk lebih menghemat biaya operasional perusahaan.

Namun, penting bagi perusahaan untuk tetap berhati-hati dan menjaga transparansi, serta dapat menarik kandidat yang sesuai dengan posisi tersebut.

Perusahaan juga perlu melakukan evaluasi kelebihan dan kekurangan dari strategi ini sebelum menerapkan inflasi jabatan sebagai pendekatan yang akan digunakan. Tingkatkan pemahaman mengenai dampak jangka panjangnya terhadap organisasi.

#inflasi jabatan

#pengaruh inflasi jabatan

#esg

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait