Greenwashing : Ketika Hijau Hanyalah Label, Bukan Tindakan Nyata

Greenwashing : Ketika Hijau Hanyalah Label, Bukan Tindakan Nyata

Belum lama ini, sebuah pengadilan di Belanda menyatakan bahwa KLM telah menyesatkan pelanggan dengan klaim lingkungan yang tidak jelas dan memberikan “gambaran yang terlalu bagus” mengenai bahan bakar penerbangan berkelanjutan. KLM telah melanggar hukum dengan iklan yang menyesatkan untuk 15 dari 19 pernyataan lingkungan hidup yangyang disampaikannya. Termasuk klaim bahwa maskapai ini bergerak menuju masa depan yang “lebih berkelanjutan” dan pernyataan di situs webnya tentang manfaat kompensasi penerbangan.

Mengutip The Guardian, terkait papan reklame di bandara Schiphol, Amsterdam yang memperlihatkan seorang anak sedang berayun, pengadilan memutuskan pernyataan KLM “bergabunglah bersama kami dalam menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan” tidak menjelaskan kaitan antara terbang bersama anak tersebut dengan manfaatnya bagi lingkungan. Kesan tersebut diperkuat dengan latar langit, gunung, dan air. Pengadilan juga menyoroti presentasi maskapai penerbangan tersebut mengenai bahan bakar penerbangan berkelanjutan, yang merupakan solusi penting namun masih baru terhadap emisi sektor ini, dan penanaman pohon, yang dijual sebagai cara untuk mengimbangi emisi dari penerbangan. “Langkah-langkah ini hanya sedikit mengurangi aspek negatif terhadap lingkungan dan memberikan kesan yang salah bahwa terbang dengan KLM adalah tindakan yang berkelanjutan.”

Pengadilan juga mengatakan maskapai penerbangan tidak perlu memperbaiki pernyataan yang salah atau memperingatkan pelanggan bahwa penerbangan saat ini tidak berkelanjutan. Namun dikatakan bahwa ketika memberi tahu pelanggannya tentang ambisinya untuk mengurangi emisi, KLM harus melakukannya “dengan jujur ​​dan konkret.”

Menanggapi putusan pengadilan ini, Juru Bicara KLM Marjan Rozemeijer, mengatakan maskapai tersebut sudah beberapa waktu tidak menggunakan 19 komunikasi yang dibahas dalam kasus pengadilan. KLM senang bahwa pengadilan telah memutuskan bahwa maskapai dapat terus berkomunikasi dengan pelanggan dan mitra tentang pendekatan untuk menjadikan penerbangan lebih berkelanjutan. KLM terus mempelajari cara terbaik untuk melibatkan mereka dalam hal ini.

Baca :   PHK Karyawan Gen Z : Bagaimana Mengikis Stigma Gen Z?

Seiring makin sadarnya orang akan kelestarian lingkungan, banyak perusahaan yang berupaya membangun citra “hijau.” KLM tentu bukan satu-satunya. Hal ini terlihat dari penggunaan kata-kata seperti “ramah lingkungan”, “berkelanjutan”, dan “eko”, baik dalam iklan, kemasan produk, publikasi, maupun laporan tahunan perusahaan. Namun, di balik label hijau ini, seringkali tersembunyi praktik yang tidak ramah lingkungan. Fenomena ini dikenal sebagai greenwashing.

Greenwashing : Ketika Hijau Hanyalah Label, Bukan Tindakan Nyata

Greenwashing adalah strategi pemasaran yang menyesatkan konsumen dengan mengiklankan produk atau layanan sebagai ramah lingkungan, padahal kenyataannya tidak. Praktik ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya dengan menggunakan kata-kata atau gambar yang menipu. Perusahaan mungkin menggunakan kata-kata seperti “alami” atau “hijau” tanpa bukti yang mendukung klaim tersebut. Misalnya, pakaian yang diberi label “berkelanjutan” tanpa menjelaskan bagaimana proses produksi mereka lebih ramah lingkungan. Mereka juga mungkin menggunakan gambar yang menunjukkan alam liar atau hewan yang terancam punah untuk menciptakan kesan ramah lingkungan. Cara berikutnya adalah dengan menyembunyikan informasi penting. Perusahaan mungkin tidak mengungkapkan informasi penting tentang dampak lingkungan produk mereka, seperti bahan kimia berbahaya yang digunakan atau emisi gas rumah kaca yang dihasilkan. Cara lainnya adalah dengan menyebarkan informasi yang tidak benar. Perusahaan mungkin membuat klaim palsu tentang keberlanjutan produk mereka atau membesar-besarkan manfaat lingkungannya. Banyak juga perusahaan yang tidak memberi penjelasan spesifik. Contohnya adalah produk pembersih mungkin dipasarkan sebagai “dapat terurai secara hayati”, namun labelnya mungkin tidak menentukan komponen mana yang dapat terurai secara hayati atau dalam kondisi apa. Praktik lainnya mengklaim lebih ramah lingkungan dibandingkan pesaing dalam industri yang pada dasarnya tidak ramah lingkungan.

Baca :   Menjembatani Kesenjangan Generasi Menghadapi Talent Cliff

Mengapa Harus dibersihkan?

Apa sajakah dampak buruh greenwashing? Greenwashing menyesatkan konsumen sehingga percaya bahwa mereka telah membuat pilihan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, padahal sebenarnya tidak. Hal ini melemahkan kepercayaan konsumen dan dapat menimbulkan skeptisisme terhadap semua klaim ramah lingkungan, sehingga merugikan perusahaan yang benar-benar ramah lingkungan.

Greenwashing menimbulkan keunggulan kompetitif yang tidak adil bagi perusahaan yang berinvestasi lebih banyak dalam memasarkan citra ramah lingkungan dibandingkan praktik berkelanjutan yang sebenarnya. Hal ini dapat menghambat upaya nyata menuju keberlanjutan karena perusahaan mungkin memprioritaskan pencitraan dibandingkan perbaikan lingkungan yang sesungguhnya.

Kedok greenwashing terus-menerus dipakai untuk merusak lingkungan tanpa kendali. Akibatnya, upaya sungguh-sungguh mewujudkan keberlanjutan tak pernah dilakukan.

Greenwashing mempersulit kerja pembuat kebijakan dan regulator karena sulitnya membedakan antara klaim lingkungan hidup yang asli dan palsu. Hal ini dapat menghambat pengembangan dan penegakan peraturan lingkungan hidup yang efektif.

Agar Hijau benar-benar Hijau

Paling utama, perusahaan harus memiliki strategi keberlanjutan yang komprehensif. Tetapkan tujuan keberlanjutan yang spesifik dan terukur. Tujuan ini tentu saja harus selaras dengan misi dan nilai-nilai perusahaan. Pastikan tujuan ini mencakup semua aspek bisnis, termasuk rantai pasokan, produksi, distribusi, dan manajemen produk di akhir masa pakainya.

Publikasikanlah secara berkala laporan keberlanjutan terperinci yang menguraikan praktik, kemajuan, dan hal-hal yang masih memerlukan penyempurnaan. Dalam membuat laporan tersebut, perusahaan dapat menggunakan standar pelaporan yang diakui secara global. Hal ini dapat meningkatkan kredibilitas.

Baca :   Mendobrak Silo Mentality Melalui Mobilitas Talenta

Hindari istilah yang terlalu umum atau ambigu seperti “ramah lingkungan” tanpa konteks. Jelaskan apa yang dimaksud ramah lingkungan. Termasuk informasi spesifik tentang dampak lingkungan dari produk dan operasi. Jujurlah dalam beriklan.

Perusahaan wajib mengelola rantai pasokan secara bertanggung jawab. Dapatkanlah bahan dari pemasok yang mengikuti praktik berkelanjutan. Lakukanlah audit secara berkala untuk memastikan kepatuhan terhadap standar keberlanjutan. Terapkanlah praktik-praktik untuk mengurangi konsumsi energi, penggunaan air, dan limbah dalam rantai pasokan. Optimalkan logistik untuk meminimalkan emisi karbon.

Setiap produk memiliki daur hidup. Pertimbangkanlah faktor keberlanjutan tatkala mendesain produk. Fokuslah pada daya tahan, kemampuan daur ulang, dan pengurangan dampak terhadap lingkungan. Gunakan bahan yang terbarukan, dapat didaur ulang, atau memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah. Buatlah program daur ulang. atau pengambilan kembali untuk mengelola pembuangan produk secara bertanggung jawab. Berinovasi dalam desain produk untuk memudahkan daur ulang dan penggunaan kembali.

Berinvestasilah dalam riset dan pengembangan (R & D) untuk menghasilkan produk dan solusi yang inovatif sekaligus berkelanjutan. Gunakan teknologi dan bahan-bahan baru yang tidak mencemari lingkungan.

Kategori: innovation & Sustainability

#greenwashing

#klm

#schipol

#ramahlingkungan

#berkelanjutran

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait