Budaya Organisasi Nirlaba. Seperti Apakah?

Budaya Organisasi Nirlaba. Seperti Apakah?

Budaya Organisasi Nirlaba. Seperti Apakah? Tidak hanya perusahaan. Organisasi nirlaba juga harus memiliki budaya yang kuat. Dengan budaya yang kuat, anggota akan memiliki ikatan emosional yang lebih mendalam dengan visi dan misi organisasi. Pun, karyawan akan betah berada dalam organisasi karena merasa kehadirannya bermakna dan dihargai. Ingatlah bahwa banyak orang bergabung dengan organisasi nirlaba lebih karena panggilan hidup, bukan mengharapkan gaji selangit.

Kerap kali, sumber daya yang dimiliki organisasi nirlaba tidak sebanyak perusahaan. Jadi, tidak mudah bagi mereka untuk bersaing mendapatkan orang-orang terbaik. Jika demikian, budaya yang kuat menjadi andalan agar orang-orang terbaik mau bergabung.

Akuntabilitas, transparansi, dan integritas menjadi nilai-nilai yang tidak hanya wajib dimiliki perusahaan, tetapi juga organisasi nirlaba. Nilai-nilai ini hanya akan tertanam di sanubari karyawan jika organisasi nirlaba memiliki budaya yang kuat. Pada gilirannya, hal ini meningkatkan kredibilitas organisasi di mata penyandang dana dan pemangku kepentingan.

Tak sedikit organisasi nirlaba yang berumur pendek lantaran gagal berinovasi serta menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman. Budaya kuat yang menekankan inovasi tentu membantu organisasi nirlaba menjadi lebih tangguh dan fleksibel tanpa harus mengorbankan misinya.

Seperti halnya perusahaan, organisasi nirlaba juga membutuhkan nilai-nilai konsisten yang menjadi pedoman bagi kegiatan operasional sehari-hari dan juga pengambilan keputusan. Oleh karenanya, perlu dikembangkan budaya organisasi yang kuat.

Baca :   Blind Hiring: Reducing Bias in a Recruitment Process

Membangun Budaya Tangguh bagi Organisasi Nirlaba

Pertama, menentukan nilai-nilai yang akan dianut oleh organisasi. Tidak seperti perusahaan yang tujuan akhirnya adalah keuntungan finansial, organisasi nirlaba bertujuan murni memberdayakan masyarakat dan mengangkat harkat hidup orang banyak. Oleh karena itu, memilih nilai-nilai yang tepat sangatlah esensial. Dari sekian banyak nilai-nilai kebaikan, pilihlah yang sesuai dengan visi dan misi organisasi.

Kolaborasi, baik di dalam maupun di luar organisasi, menjadi bagian penting yang khas bagi organisasi nirlaba, Tiada hari tanpa kerja sama antara organisasi nirlaba dengan dengan penyandang dana, pemerintah, perusahaan, tokoh masyarakat, komunitas di kawasan terpencil, dan sebagainya. Untuk itulah perlu dikembangkan budaya kolaborasi yang unggul. Kolaborasi ini tak boleh sekadar slogan. Organisasi harus berani merubuhkan ego sektoral yang menjadi penghalang kolaborasi. Di samping itu, untuk meendukung kolaborasi, diperlukan komunikasi yang terbuka.

Sebuah organsasi, apa pun bentuk dan tujuannya, senantiasa menghadapi tantangan. Tak terkecuali organisasi nirlaba. Hanya saja, tantangan yang dihadapi organisasi nirlaba berbeda dengan yang dihadapi perusahaan. Tantangan tersebut di antaranya jumlah dan waktu pendanaan yang lebih labil, perubahan politik yang berdampak pada operasi organisasi, dan pergeseran kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Menghadapi tantangan tersebut, resiliensi menjadi kuncinya. Di samping itu, organiasasi harus senantiasa terbuka terhadap ide-ide segar.

Baca :   Memompa Entrepreneurship Di Tengah GIG

Seperti halnya dalam sebuah perusahaan, peran pemimpin dalam organisasi nirlaba sangat signifikan dalam membentuk budaya. Segala sikap, tindakan, dan perkataan mereka menjadi pedoman bagi apa yang boleh, apa yang tidak boleh, apa yang disukai, dan apa yang tidak disukai dalam organisasi. Dalam sebuah organisasi nirlaba, pemimpin bukan sekadar pembuat keputusan, melainkan juga harus menjadi teladan. Mereka perlu memimpin dengan memberi contoh dan secara konsisten menunjukkan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai organisasi. Lebih lanjut, nilai-nilai tersebut harus diaplikasikan dalam kegiatan operasional sehari-hari.

Sukarelawan dan penyandang dana kerap menjadi ujung tombak tercapainya misi sebuah organisasi nirlaba. Komitmen dan motivasi mereka harus dijaga agar tetap menyala. Agar komitmen dan motivasi ini tidak padam, mereka harus diakui kontribusinya dan dihargai prestasinya. Tanamkanlah dalam hati mereka rasa bangga (sense of pride) dan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap organisasi berikut nilai-nilainya.

Banyak organisasi nirlaba yang tidak transparan, terutama dalam perkara pelaporan keuangan dan manajemen kinerja. Akibatnya banyak orang ragu terhadap keseriusan mereka membantu masyarakat dan lingkungan. Apatah lagi jika ada oknum organisasi yang terjerat kasus hukum. Kepercayaan terhadap organisasi nirlaba tentu akan sirna.

Baca :   Berjaya Tanpa PHK: Belajar dari Silver Queen

Status sebagai organisasi nirlaba tidak bisa menjadi alasan untuk memperlakukan karyawan secara tidak layak. Jangan berasumsi semua orang rela mengorbankan tenaga dan pikirannya atas nama kemanuasiaan dan kesejahteraan masyarakat. Karyawan yang bekerja pada organisasi nirlaba seharusnya diperlakukan sama dengan karyawan perusahaan. Sebuah organisasi nirlaba harus mengupayakan agar karyawan mendapatkan remunerasi yang layak, adil, dan kompetitif; kerja fleksibel (bila memungkinkan) guna mengakomodasi kerja organisasi nirlaba yang kerap sulit diprediksi; memercayai karyawan untuk membuat keputusan serta memberi peluang bagi pertumbuhan dan pengembangan professional; serta bersikap terbuka terhadap nilai-nilai, ekspektasi, dan tantangan ke depan yang dihadapi organisasi.

Tak diragukan, organisasi nirlaba telah berkontribusi signifikan dalam perubahan sosial, ekonomi, teknologi, politik, hukum, dan sebagainya. Meski demikian, kontribusi ini kerap terhambat oleh budaya organisasi yang tidak kondusif. Oleh karenanya, jangan remehkan pentingnya budaya dalam organisasi nirlaba.

Budaya Organisasi Nirlaba. Seperti Apakah?

Kategori: Corporate Culture

#organisasinirlaba #budaya #nilai #kolaborasi #resiliensi #transparan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait