integritas dalam bisnis

Tetap Kompetitif Tanpa Mengorbankan Integritas dalam Bisnis: Membangun Bisnis Beretika dan Berkelanjutan

Di tengah persaingan bisnis yang makin ketat, banyak perusahaan tergoda untuk  menabrak etika dan aturan agar untung besar dalam waktu singkat. Tindakan-tindakan seperti manipulasi, eksploitasi pekerja, dan penyampaian informasi bohong dan menyesatkan kerap dilakukan demi mempertahankan dominasi, keunggulan, dan keuntungan pribadi. Namun, keberhasilan sejati tidak semata-mata diukur dari laba finansial. Kemampuan mempertahankan integritas dalam bisnis jauh lebih penting.

Marilah kita pahami dulu apa  itu integritas. Integritas adalah konsep yang merujuk pada konsistensi dan keteguhan dalam memegang prinsip-prinsip moral, etika, dan nilai-nilai positif dalam segala tindakan dan perilaku. Orang yang berintegritas memiliki karakter yang jujur, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan tidak mudah terpengaruh oleh godaan atau tekanan yang bertentangan dengan keyakinannya. Orang yang berintegritas selalu bertindak benar tanpa manipulasi, kecurangan, dan kejahatan; berperilaku sama baik sendiri ataupun di epan umum; bersedia menerima konsekuensi dari tindakannya; tidak mudah goyah oleh kepentingan pribadi dan tekanan eksternal; dan transparan. 

Integritas dalam Bisnis Sebagai Beban

Semua orang tentu setuju bahwa integritas adalah sebuah keharusan, baik dalam karir personal ataupun menjalankan sebuah bisnis. Namun, banyak yang menganggap integritas dalam bisnis sebagai beban dengan berbagai alasan. Misalnya takut kalah bersaing jika terlalu jujur, perlu biaya lebih sedangkan kondisi keuangan belum tentu mendukung, dan lebih mementingkan hasil daripada proses.

Anggapan tersebut muncul lantaran perusahaan hanya berpikir untuk mendapatkan hasil secara instan (padahal tidak sustainable). Beberapa faktor lain yang mendorong perusahaan untuk memiliki pandangan ini adalah adanya tekanan dari pemegang saham untuk meraih hasil cepat dalam waktu singkat. Lingkungan bisnis yang begitu kompetitif juga kerap membuat godaan untuk melakukan penyimpangan makin besar.

Baca :   Holding Company sebagai Pendorong Inovasi

Padahal, dalam jangka panjang, banyak manfaat yang dapat diraih bila perusahaan menjunjung tinggi integritas dalam bisnis. Pelanggan hanya mau membeli produk dari perusahaan yang beretika. Perusahaan yang mengesampingkan etika akan rusak reputasinya. Apalagi di era media sosial dan digital sekarang ini. Informasi menyebar hanya dalam hitungan detik.

integritas dalam bisnis juga penting untuk mempertahankan karyawan terbaik. Orang hanya mau bekerja di perusahaan yang menjunjung tinggi integritas. Dengan budaya kerja yang sehat, karyawan akan bersemngat berkarya sehingga meningkat produktivitasnya. Tak hanya itu. Karyawan akan betah untuk terus bekerja bersama perusahaan.

Konsekuensi Ketika Bisnis Mengabaikan Integritas

Perusahaan yang melanggar etika dan mengabaikan integritas kerap menghadapi tuntutan hukum. Ini tentu saja membutuhkan biaya yang tidak kecil. Ini tidak akan terjadi jika perusahaan tidak melakukan pelanggaran.

Cobalah Anda amati perusahaan yang berusia ratusan, bahkan ribuan tahun. Termasuk perusahaan yang hanya beroperasi pada skala regional. Padahal, banyak orang yang kurang mengenal mereka. Salah satu alasan mereka mampu bertahan, di samping strategi bisnis yang inovatif, adalah kepedulian yang sangat tinggi terhadap integritas. Artinya, perusahaan yang menomorsatukan integritas akan tetap kompetitif sepanjang masa.

Baca :   Resistensi terhadap Inovasi: Bagaimana Cara Mengubah Mindset Leader?

Integritas dalam bisnis merupakan bentuk paling baik dan paling efektif dari hubungan masyarakat atau public relation (PR).  Integritas perusahaan dapat menjadi bahan bagi tesstimoni pemangku kepentingan seperti pelanggan, karyawan, pemasok, dan sebagainya.

Tetap Kompetitif Tanpa Mengorbankan Integritas

Lantas, bagaimanakah caranya agar perusahaan tetap kompetitif tanpa mengorbankan integritas?

1. Transparan dalam berbisnis

Kunci utama membangun integritas dalam bisnis adalah transparansi. Perusahaan harus transparan dalam kebijakan harga, proses produksi, dan hubungan dengan mitra.

2. Menerapkan good corporate governance

Berikutnya, menetapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Prinsip-prinsip dalam good corporate governance adalah transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, dan keadilan.

3. Memperhatikan kesejahteraan karyawan

Perusahaan yang berintegritas dalam bisnis senantiasa peduli terhadap kesejahteraan karyawannya. Caranya? Menciptakan lingkungan kerja yang sehat jasmaniah dan rohaniah serta mencegah lingkungan kerja yang toksik.

4. Mempromosikan proses kerja yang etis

Perusahaan yang mengedepankan integritas dalam bisnis mereka tidak hanya menawarkan produk dan jasa berkualitas tinggi. Pembuatan produk tersebut juga harus benar. Pernah dijumpai, sebuah perusahaan menawarkan produk berkualitas tinggi namun dengan cara mengeksploitasi pekerja, upah mereka tidak dibayar dengan layak.

Termasuk proses yang benar adalah tatkala produk tersebut dihasilkan dengan cara-cara yang tidak merusak lingkungan. Misalnya mengolah limbah dengan cara yang benar.

Baca :   Kisah Sukses Local Entrepreneur: Naiklah Perusahaan Minang (NPM), Perusahaan Transportasi Asal Sumatra Barat
5. Membangun hubungan baik dengan customer
integritas dalam bisnis

Perusahaan yang menjalankan prinsip etika senantiasa menjaga interaksi yang positif dengan konsumen, mitra pemasok, para investor, serta masyarakat sekitar. Transparansi dan dialog yang terbuka akan mendukung terciptanya relasi berkelanjutan yang saling menguntungkan bagi setiap pihak.

6. Membangun budaya integritas

Jangan lupa membangun budaya integritas dalam bisnis. Caranya dengan membuat kode etik yang jelas, pemimpin yang menjadi teladan, menghargai dan melindungi karyawan yang melaporkan pelanggaran, dan edukasi yang tiada henti.

Terkait hal ini, mengutip forbes.com, hasil survei yang pernah dilakukan Corporate Executive Board (CEB) menemukan bukti bahwa perusahaan dengan integritas tinggi memiliki produktivitas “diskresioner” karyawan sebesar 12 persen lebih besar. Artinya, karyawan menggenjot produktivitas mereka sendiri tanpa paksaaan.

Fakta lainnya adalah 50 persen karyawan tidak melaporkan keburukan yang terjadi lantaran takut hal itu akan berdampak negatif pada karier mereka. Sebaliknya, jika karyawan percaya bahwa integritas dalam bisnis memberdayakan mereka untuk melaporkan pelanggaran tanpa hukuman, maka tingkat pelaporan akan meningkat.

#persaingan                 #kompetitif                 #integritas                   #etika              #daya saing                 #good corporate governance              #budaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait