tekanan kerja

Sandwich Manager: Mengelola Tekanan antara Atasan dan Tim

Di dunia kerja, manajer kerap memiliki tekanan kerja yang bisa diibaratkan seperti roti lapis (sandwich). Seperti kita tahu, roti lapis adalah dua atau lebih irisan roti yang diisi berbagai bahan pelengkap seperti sayuran, telur, irisan daging, dan saus. Manajer ibarat irisan daging, telur, sayuran, dan saus tersebut.  Ia dijepit dua irisan roti, di bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas diibaratkan superior yang memberikan tugas dan tanggung jawab. Sementara lapisan di bawahnya adalah anggota tim yang ia pimpin.

Dengan kata lain, ia disebut sebagai sandwich manager atau manajer roti lapis. Apa artinya? Seorang manajer memiliki dua tanggung jawab: mencapai target yang ditetapkan superiornya sekaligus memastikan tim yang dipimpinnya bekerja bukan hanya secara efektif dan efisien melainkan juga disertai motivasi yang kuat.

Tekanan Kerja Ganda Seorang Manajer

Tanggung jawab ganda bisa membuat seorang manajer memiliki tekanan kerja yang besar dan mengalami kelelahan. Ini terjadi ketika ekspektasi superior dan anggota tim saling bertentangan. Superior menuntut perbaikan produktivitas, efisiensi, dan pencapaian target. Sementara anggota tim ingin agar kesejahteraan mereka lebih dipedulikan. Ketidakseimbangan antara dua kepentingan ini dapat menimbulkan dilema bagi manajer

Saat memimpin tim, seorang manajer wajib memahami kebutuhan, kekuatan, dan kelemahan anggota timnya. Agar anggota tim dapat bekerja dengan optimal, manajer harus pandai-pandai memotivasi, mengarahkan, dan mendukung mereka.

Baca :   Integritas Pemimpin Ketika Diuji: Pelajaran Berharga dari Kasus eFishery

Ke atas, manajer harus mampu menerjemahkan target dari superior ke  dalam tugas-tugas yang dapat dipahami dan dijalankan oleh tim. Kegagalan tim menjalankan tugasnya kerap disebabkan kegagalan manajer dalam menerjemahkan target dan visi ini. Jika dalam menjalankan tugasnya bawahan merasakan tantangan dan hambatan, manajer harus mewakili tim untuk menyampaikan tantangan dan hambatan tersebut kepada atasan.

Miskomunikasi

Salah satu sumber tekanan kerja terbesar bagi seorang sandwich manager adalah miskomunikasi dengan tim dan atasan. Atasan mungkin memiliki ekspektasi yang tinggi, sementara tim mungkin merasa bahwa target yang diberikan tidak realistis. Menghadapi situasi ini, manajer harus menjamin komunikasi berjalan dengan baik sehingga setiap pihak mengerti satu sama lain. Bagaimana caranya?

Menciptakan Komunikasi yang Efektif dengan Superior

Seorang manajer harus benar-benar memahami ekspektasi dari superior. Jika ada hal yang tidak jelas atau belum dipahami, tanyakanlah. Mintalah klarifikasi. Di samping itu, jangan ragu mengemukakan hambatan yang dihadapi tim. Namun, jangan lupa sertakan solusi yang sudah dipikirkan sebelumnya. Ini menunjukkan seorang manajer proaktif serta pandai mengelola situasi.

Manajer harus menjelaskan target dan tujuan yang diberikan kepada tim. Pastikanlah bahwa penjelasan yang disampaikan mudah dipahami anggota tim. Pun, pastikan tiap-tiap anggota tim memahami tugas dan perannya masisng-masing. Anggota tim harus diberikan kesempatan untuk memberikan masukan. Lakukanlah diskusi dengan anggota tim. Bisa saja mereka menawarkan gagasan dan solusi baru.

Baca :   Transformational Leadership vs Servant Leadership: Which one is More Relevant?

Baik atasan maupun anggota tim memiliki ekspektasinya masing-masing. Atasan meminta hasil yang cepat dan tepat. Namun, anggota tim merasa hasil yang diminta terlalu sulit dipenuhi dalam waktu cepat, sehingga menciptakan tekanan kerja. Nah, manajer harus mampu menjadi penyeimbang dalam situasi ini. Dengan kata lain, manajer harus bisa menjadi mediator dalam menangani konflik kepentingan.

Jika target dianggap terlalu besar, atau bahkan tidak realistis, manajer tidak boleh ragu untuk mengemukakan hal ini kepada superior. Namun jangan sekali-kali hanya mengeluh tanpa menawarkan jalan keluar yang realistis sekaligus tinggi.

Menciptakan Komunikasi yang Efektif dengan Anggota Tim

Di sisi lain, manajer dapat membantu anggota timnya untuk menentukan prioritas dan mengelola waktu secara efektif dan efisien. Jika perlu, manajer dapat mengupayakan untuk menyediakan sumber daya, misalnya tambahan orang (paling tidak untuk sementara) dan juga dana.

Hubungan kerja yang efektif hanya akan terwujud jika dilandasi rasa saling percaya. Manajer harus mampu membangun keprcayaan baik dengan superior maupun dengan anggota timnya. Seorang manajer harus meyakinkan atasan bahwa dirinya mampu mengurus tim serta mencapai target yang ditetapkan. Caranya? Konsisten berkontribusi terhadap hasil, berkomunikasi secara transparan, dan berinisiatif.

Sedangkan terhadap tim, manajer harus meyakinkan anggota timnya bahwa ia acuh terhadap kepentingan mereka. Pun selalu sedia mendukung mereka mengarungi samudra tantangan. Berilah penghargaan yang layak, masukan secara asertif, dan atensi terhadap perkembangan anggota tim, baik professional maupun personal.

Baca :   Digital Detox untuk Pemimpin: Mengurangi Ketergantungan Terhadap Teknologi

Peduli Pada Kesehatan

Secara pribadi, manajer roti lapis harus memperhatikan kesehatannya, baik fisik maupun mental.  Sisihkanlah waktu untuk diri sendiri, misalnya untuk beraktivitas fisik, menekuti hobi, berlibur, dan berkumpul bersama keluarga. Dengan demikian, kesehatan fisik dan mental akan tetap terpelihara. Jika tekanan kerja terlalu tinggi, jangan ragu untuk mencari bantuan dari mentor atau konsultan profesional.

Dalam bekerja, manajer dapat memanfaatkan Eisenhower Matrix: Membagi tugas menjadi kategori “Penting-Mendesak,” “Penting-Tidak Mendesak,” “Tidak Penting-Mendesak,” dan “Tidak Penting-Tidak Mendesak.”

Jangan segan mendelegasikan tugas. Manajer yang tidak mampu mendelegasikan tugas berarti manajer yang buruk. Tentunya, pendelegasian ini harus dilakukan kepada orang yang tepat. Ada dua keuntungan dari pendelegasian tugas ini. Pertama, mengurangi beban dan tekanan kerja manajer. Kedua, memberi peluang anggota tim untuk berkembang.

#sandwich manajer                  #ekspektasi                  #target             #ekspektasi                  #kepercayaan              #kesehatan                   #eisenhower matrix            #tekanan kerja

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait