Overcoming Digital Fatigue

Mengatasi Kelelahan Digital (Digital Fatigue)

Mengatasi Kelelahan Digital (Digital Fatigue). Saat ini, kehidupan kita tak bisa dipisahkan dari teknologi. Di dunia kerja, fenomena ini semakin nyata. Di satu sisi, teknologi digital seperti pesan singkat (seperti WhatsApp dan Telegram), surat elektronik, dan aplikasi kolaborasi jarak jauh (seperti Zoom dan Microsoft Team) membuat komunikasi dan pekerjaan makin mudah dilakukan. Namun di sisi lain, banyak orang mengalami kelelahan digital (digital fatigue).

Mengatasi Kelelahan Digital (Digital Fatigue)

Apa itu kelelahan digital? Kelelahan digital adalah kelelahan mental dan fisik yang dialami orang-orang akibat penggunaan perangkat digital dalam jangka waktu lama dan keterlibatan terus-menerus dengan konten digital. Kondisi ini makin jamak dijumpai seiring dengan bertambahnya pekerjaan jarak jauh, komunikasi virtual, dan waktu di depan layar.

Kelelahan digital disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah pertama, paparan layar yang nyaris tak pernah berhenti, baik dari layar laptop, PC, tablet, dan telepon pintar. Hal ini dapat mengakibatkan mata tegang, sakit kepala, dan gangguan tidur.

Kedua, notifikasi yang sering dari aplikasi, email, dan media sosial menciptakan lingkungan kerja yang terfragmentasi. Hal ini dapat menimbulkan kelelahan mental. Sumber daya kognitif menjadi berat. Orang harus siaga terus-menerus, tidak boleh lengah.

Ketiga, kelelahan akibat meeting virtual. Selama meeting virtual, orang dituntut untuk berkonsetrasi penuh menatap layar gawai. Ditambah lagi dengan isyarat nonverbal yang terbatas. Energi mental terkuras lebih cepat dibandingkan dengan rapat tatap muka.

Baca :   Pro Kontra Experiential Hiring

Keempat, mengalirnya informasi layaknya tsunami. Dengan kata lain, saat ini kita disuguhi informasi daring tanpa henti dan dalam jumlah besar. Jadinya, orang kewalahan sehingga sulit untuk fokus dan memproses informasi secara efektif.

Kelima, makin kaburnya batas antara kehidupan dunia kerja dengan kehidupan pribadi. Akibatnya, orang sulit melepaskan diri dari perangkat digital, bahkan di luar jam kerja. Waktu untuk istirahat dan memulihkan diri makin sempit.

Kelelahan Digital (Digital Fatigue) Jangan Anggap Enteng

Jangan anggap enteng kelelahan digital. Dampaknya bisa fatal. Orang jadi sulit untuk berkonsentrasi, pikiran menjadi kabur, motivasi menurun. Akibatnya, produktivitas karyawan anjlok. Masalah yang rumit menjadi makin sulit diselesaikan.

Akibat harus selalu terkoneksi secara digital, karyawan merasa terputus dari peran serta tim tempat mereka bernaung. Ini juga membuat karyawan menjadi stres, bahkan demotivasi. Tanpa istirahat yang cukup, risiko burnout makin besar. Apatah lagi jika karyawan tak punya kendali atas jadual dan beban pekerjaan.

Teknologi digital adalah hasil inovasi. Namun jika orang lelah karenanya, kreativitas dan inovasi terancam mandek. Akibat kelelahan digital, orang tak bisa berpikir kreatif dan sulit menyelesaikan masalah. Padahal, kreativitas adalah sumber inovasi.

Akibat hilangnya batasan antara kehidupan profesional dengan kehidupan personal, orang harus senantiasa siaga secara digital, termasuk di waktu yang tidak lazim seperti pada tengah malam, akhir pekan, bahkan saat liburan. Akibatnya, kehidupan pribadi terganggu.

Bukan hanya kesehatan fisik, kesehatan mental juga terganggu akibat kelelahan digital. Orang merasa tidak tenteram, selalu merasa khawatir, dan tidak tenang. Bahkan, ada yang sampai mengalami depresi. Di samping itu, kurangnya interaksi langsung bisa menciptakan perasaan terisolasi.

Baca :   Tips Mengelola Pekerja Gig

Batas yang Tegas

Lantas bagaimanakah caranya agar orang tidak mengalami kelelahan digital? Harus ada batas yang tegas antara waktu untuk bekerja dengan waktu untuk kehidupan di luar pekerjaan. Contohnya, tidak mengecek surat elektronik atau pesan terkait pekerjaan (jika memmungkinan) kecuali ada hal yang mendesak. Dengan adanya batas ini, karyawan berkesempatan untuk beristirahat dan memulihkan diri.

Perusahaan bisa memberikan pelatihan tentang penggunaan teknologi digital secara bijak dan sehat. Termasuk cara mengatur waktu layar, menjaga postur saat menggunakan gawai, serta mengenali tanda-tanda awal kelelahan digital sehingga bisa cepat diatasi. Soal pelatrihan ini, SAP, perusahaan perangkat lunak multinasional asal Jerman, memberikan pelatihan tentang pengelolaan waktu penggunaan perangkat digital dan mengurangi gangguan digital. Pendekatan SAP menekankan pada pendidikan karyawan tentang kesehatan digital dan menganjurkan waktu offline, menciptakan budaya yang mendukung kesehatan mental dan mengatasi kelelahan digital.

Kelelahan digital dapat dihindari dengan cara mendorong karyawan untuk beristirahat sejenak dari layar gawai. Penggunaan teknik seperti metode “20-20-20” (setiap 20 menit, lihat sesuatu yang berjarak 20 kaki selama 20 detik) bisa mengurangi ketegangan mata.

Meski telah maju, perusahaan hendaknya tidak selalu mengandalkan teknologi digital untuk berkomunikasi dan bertemu dengan karyawan atau stakeholders lainnya. Perbanyaklah pertemuan tatap muka layaknya sebelum pandemi Covid-19. Cara ini bisa mengurangi kebosanan dan kelelahan digital. Citigroup, salah satu raksasa bank investasi dan penyedia layanan keuangan, menerapkan “Jumat Bebas Zoom” setelah melihat peningkatan kelelahan digital di kalangan karyawan. CEO Jane Fraser memperkenalkan inisiatif ini untuk mengurangi konferensi video, dengan memberikan satu hari dalam seminggu kepada para pekerja tanpa panggilan video. Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk menetapkan batasan yang lebih jelas seputar pekerjaan digital, sehingga karyawan dapat fokus pada tugas tanpa tekanan waktu layar yang terus-menerus.

Baca :   Pengembangan Karier Non-linear: Sebuah Alternatif

Perusahaan harus pandai-pandai memilih teknologi yang tepat untuk mendukung operasinya. Tepat artinya sesuai dengan kebutuhan, tidak semata-mata terbaru. Terlalu banyak menggunakan aplikasi tentunya tidak efisien. Gunakanlah beberapa platform saja sehingga tidak terlalu membenani karyawan.

Meski teknologi akan terus berkembang, penting bagi perusahaan dan individu untuk menemukan keseimbangan dalam penggunaannya. Digital fatigue adalah pengingat bahwa terkadang, “disconnecting” adalah cara terbaik untuk tetap terhubung dengan diri sendiri, pekerjaan, dan kehidupan yang lebih baik.

Mengatasi Kelelahan Digital (Digital Fatigue)

Kategori: Human Capital & Talent Management

#kelelahan digital #digital fatigue #meeting virtual #notifikasi #inovasi #kesehatan mental #SAP #citigroup #jane fraser

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait