twitter-melawan-rugi

Twitter : Melawan Rugi

Arus kas Twitter masih berdarah-darah karena turunnya pendapatan iklan hampir 50 persen dan beratnya beban utang. Demikian dikatakan Elon Musk pertengahan Juli 2023 lalu. Kondisi ini jauh dari harapan Musk Maret 2023 lalu, yang ingin Twitter bisa mencatat arus kas positif Juli ini.

Kondisi ini menunjukkan kebijakan pengurangan biaya yang agresif sejak Musk mengambil alih Twitter belum membuahkan hasil. Setelah merumahkan ribuan pekerja dan memangkas cloud service bills, Musk mengatakan perusahaan mengurangi pengeluaran non-utangnya menjadi 1,5 miliar Dollar AS dari proyeksi 4,5 miliar Dollar AS pada tahun 2023. Twitter juga harus membayar bunga tahunan sekitar 1,5 miliar Dollar AS akibat utang berdasarkan kesepakatan 44 miliar Dollar yang membuat Twitter bukan lagi perusahaan publik.

Twitter dikritik lantaran moderasi konten yang longgar, diikuti oleh hengkangnya banyak pengiklan yang tidak ingin iklan mereka muncul bersamaan dengan konten yang tidak pantas. Kondisi ini tentunya membuat kondisi arus kas semakin buruk.

Baca :   Pro Kontra Experiential Hiring

Direkrutnya Linda Yaccarino, mantan eksekutif periklanan NBC dan CEO Universal, menunjukkan prioritas Twitter untuk penjualan perilklanan (ad sales) sekaligus niat perusahaan yang didirikan pada 2006 tersebut untuk meningkatkan pendapatan berlangganan (subscription revenue). Yaccarino bergabung dengan Twitter pada Juni 2023. Kepada investor, ia mengatakan bahwa Twitter berencana untuk fokus pada video, dan kemitraan dagang serta sedang dalam pembicaraan awal dengan tokoh politik dan hiburan, layanan pembayaran, serta penerbit berita dan media.

Kita tunggu apakah di bawah Musk, Twitter akhirnya mampumeraih profit. Memang, pengambilalihan tidak menjamin sebuah bisnis mampu menghasilkan keuntungan dan dapat berkinerja cemerlang, paling tidak dalam waktu singkat. Mengapa demikian? Ada beberapa faktor.

Baca :   PHK Karyawan Gen Z : Bagaimana Mengikis Stigma Gen Z?

Kerap terjadi, perusahaan memang sudah mengalami kesulitan operasional dan keuangan sebelum diambilalih. Untuk mengatasi ini, dibutuhkan waktu, upaya, dan tambahan investasi, sehebat apa pun orang atau perusahaan lain yang mengambil alih. Dalam kasus Twitter, Musk, seperti dilansir BBC, memiliki utang sebesar 13 miliar Dollar AS yang harus bayar pada akhir Juli. Di samping itu, kinerja Twitter sudah memburuk bahkan sebelum Musk mengambil alih.

Mungkin pula pemilik baru punya sasaran dan strategi yang berbeda dengan pemilik dan manajemen saat ini.  Jika ada ketidakselarasan, hal ini dapat menghambat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Eksekusi berperan signifikan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Kegagalan menjalankan strategi yang telah dibuat, sehebat apa pun strategi tersebut, tentunya tidak akan membawa perusahaan menuju kemajuan.

Faktor eksternal kerap turut menentukan. Misalnya perubahan selera pelanggan, teknologi, dan peraturan. Semuanya itu dapat memengaruhi kemampuan perusahaan menghasilkan profit. Siapa pun pemilikinya, harus mampu mengatasi tantangan perubahan tersebut.Boleh jadi, perusahaan beroperasi dalam pasar yang sangat kompetitif. Jika demikian, lebih sulit mendapatkan keuntungan dan pangsa pasar yang signifikan, terlepas siapa pun pemiliknya. Peristiwa-peristiwa tak terduga, seperti pandemi, bencana alam, krisis ekonomi, dan sebagainya dapat berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Pengaruhnya bahkan bisa  dirasakan tiba-tiba. Operasi bisnis bisa terganggu, bahkan berhenti. Akibatnya perusahaan gagal menghasilkan keuntungan.

Baca :   Glass Cliff: Tantangan Kepemimpinan bagi Wanita dan Minoritas di Tengah Krisis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait