Bare Minimum Monday

Tren Bare Minimum Monday

Bare Minimum Monday (BMM) semakin populer di kalangan pekerja sebagai respons terhadap burnout dan tekanan kerja yang tinggi. Selama ini, bBagi sebagian karyawan Senin boleh jadi hari paling menakutkan dalam sepekan. Betapa tidak. Kembali bekerja setekah bersantai dan beristirahat pada akhir pekan bisa terasa melelahkan. Banyak orang stres dan kurang bergairah saat hari pertama kerja. Tak heran bila muncul ungkapan I hate Monday.

Ini adalah ungkapan umum yang digunakan untuk mengekspresikan ketidaksukaan terhadap hari Senin, Ungkapan ini populer dalam budaya tempat kerja, meme, dan percakapan santai, yang melambangkan perjuangan universal dalam transisi dari relaksasi ke produktivitas.

Namun, bagaimanakah jika kita melihat hari Senin dari sudut pandang yang lain? Artinya, menjadikan Senin sebgai hari yang ceria, produktif, dan seimbang? Muncullah istilah Bare Minimum Monday.

Sekilas Tentang Bare Minimum Monday

BMM adalah inisiatif karyawan untuk melakukan jumlah pekerjaan minimum yang diperlukan pada hari Senin, yang menandai dimulainya minggu kerja. Penganut BMM bisa memulai waktu kerja lebih lambat dan memprioritaskan aktivitas perawatan diri. Dengan cara ini, stres dan kecemasan diharapkan berkurang.

Ini bukan berarti karyawan sama sekali tidak bekerja. Karyawan hanya mengerjakan tugas-tugas yang benar-benar penting dan mendesak. Hal lain yang perlu dicatat adalah Bare Minimum Monday bukan berarti bermalas-malasan atau menghindar dari tanggung jawab. Tujuan utamanya adalah akar pekerjaan dapat dilakukan secara lebih efisien dan cerdas.

Baca :   Trend #KaburAjaDulu (Just Run Away First) Employees Looking for Opportunities Abroad

Manfaat Menerapkan BMM

Istilah Bare Minimum Monday pertama kali dikemukakan pada 2022 oleh Marisa Jo Mayes di TikTok dengan nama pengguna “itsmarisajo“. Istilah ini menanggapi  kelelahan kerja akibat kecemasan pada Minggu, budaya kerja keras, dan eksploitasi pekerja.

Dengan menerapkan BMM, diharapkan orang tak lagi cemas di hari Ahad lantaran menghadapi beban kerja di hari Senin. Karyawan tidak harus menyelesaikan pekerjaan dalam satu hari. Berikutnya, mengurangi risiko burnout. Energi dan fokus bisa dijaga sehingga semangat bekerja tidak padam pada hari-hari selanjutnya.  BMM membangun kebiasaan kerja yang seimbang. Dengan tidak langsung terburu-buru di awal minggu, kita bisa menciptakan pola kerja yang lebih berkelanjutan dan tidak terlalu membebani diri sendiri.

Cara Menerapkan BMM

Langkah-langkah berikut dapat dicoba dalam rangka menjalankan Bare Minimum Monday.

Pertama,  Luangkan waktu untuk merencanakan aktivitas pekan depan. Ini dapat dilakukan pada haru Jumat setelah jam kerja berakhir. Tentukan apa sajakah tugas-tugas yang  paling penting dan paling mendesak. Setelah itu, baru tentukan tugas-tugas yang penting tapi tidak mendesak. Jangan terlalu memikirkan tugas yang tidak mendesak dan tidak penting. 

Baca :   4 Working Days vs. 5 Working Days: Effective or Just a Gimmick?

Kedua, sebelum melakukan aktivitas lain, kerjakanlah tugas-tugas yang  paling penting dan paling mendesak.

Ketiga, jika memungkinkan, buatlah jadwal rapat dan pertemuan selain hari Senin. Sebaiknya, Senin digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas individu. Namun tentunya kita tidak mungkin selalu menghidari rapat di hari Senin. Jika demikian, buatlah agenda yang jelas, Waktunya juga jangan terlalu lama.

Keempat, menentukan waktu khusus untuk setiap tugas. Misalnya, tiga jam pada pagi hari untuk mengerjakan tugas utama. Beristirahatlah sejenak sebelum mengerjakan tugas lainnya.

Kelima, setelah dijalankan beberapa pekan, pikirkanlah apakah Bare Minimum Monday meningkatkan produktivitas dan mengurangi stress. Hasilnya digunakan untuk menyesuaikan strategi sesuai kebutuhan.

Tantangan dalam Menerapkan Bare Minimum Monday

Realitasnya, menerapkan BMM tidaklah mudah. Tidak semua beban kerja bisa dikurangi di hari Senin. Ada pula karyawan yang lantaran menerapkan BMM cenderung bermalas-malasan. Padahal  sekali lagi, bukan itu tujuan BMM, melainkan agar dalam jangka panjang produktivitas tetap terpelihara. Di samping itu, adakalanya tak mudah menentukan tugas mana yang benar-benar penting.

Baca :   Employee Created Content: Boosting Company Image

BMM memang bisa mengurangi beban kerja di hari Senin. Namun ada konsekuensinya: pekerjaan bisa menumpuk di hari-hari berikutnya. Jika demikian, ini hanya memindahkan tekanan dari hari Senin ke hari-hari berikutnya.

Bare Minimum Monday juga bisa berdampak pada kolaborasi tim. Jika beberapa anggota tim menjalankan BMM sementara yang lain tetap bekerja dengan ritme normal, hal ini bisa menghambat kolaborasi dan mengganggu alur kerja tim.

Jika tidak hati-hati, BMM bisa kontraproduktif bagi karyawan. Apabila karyawan tidak memiliki sikap positif atau. dan tetap selangkah lebih maju dalam dunia profesional!”

Bagaimanapun, BMM hanyalah solusi jangka pendek. Jika terus-menerus menderita stress, terlalu banyak bekerja, karyawan harus mendiskusikan hal ini dengan superiornya sehingga tercipta kondisi kerja yang lebih sehat.   

Untuk wawasan lebih lanjut tentang tren dunia kerja dan strategi bisnis, kunjungi Blog Jakarta Consulting Group.






Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Article