Tips dan Trik Tantangan Bystander Effect Di Tempat Kerja

Tips dan Trik Tantangan Bystander Effect Di Tempat Kerja

Artikel ini membahas tentang apa yang dimaksud dengan “Bystander Effect atau efek Bystander” Ketika orang gagal memberikan bantuan padahal bantuan tersebut jelas dibutuhkan. Hal ini juga membahas bagaimana efek Bystander dapat muncul di tempat kerja dan mengapa penting untuk melawannya dengan kesadaran dan pelatihan “intervensi Bystander” .

Manusia adalah makhluk sosial dan cara kita berperilaku tidak hanya dibentuk oleh pengambilan keputusan kita sendiri, namun juga oleh konteks sosio-psikologis di mana kita berada.

Dengan demikian, reaksi seseorang terhadap situasi darurat mungkin lebih berkaitan dengan faktor-faktor situasional yang terjadi pada saat krisis, dibandingkan dengan ciri-ciri kepribadian yang konkret: orang yang sama mungkin bereaksi terhadap situasi darurat dengan satu cara jika mereka adalah satu-satunya saksi. dan dengan cara yang berbeda jika ada orang lain yang hadir.

Apa itu bystander effect?

Bystander effect adalah suatu fenomena dalam psikologi sosial ketika seseorang membutuhkan pertolongan tapi orang di sekitarnya tidak ada yang membantu. Hal ini disebabkan orang-orang tersebut beranggapan bahwa akan ada orang lain yang menolong korban.

Akan tetapi, karena semua orang memikirkan hal yang sama, akhirnya tidak ada orang yang menolong sama sekali. Oleh karena itu, fenomena ini disebut bystander karena orang-orang tersebut hanya menonton korban meminta tolong dengan berharap orang lain akan membantunya.

Apa sajakah yang menjadi penyebab bystander effect?

Menurut Bibb Latane dan John Darley, pencetus istilah bystander effect, terdapat dua alasan mengapa fenomena ini dapat terjadi.

  1. Difusi tanggung jawab

Yang dimaksud difusi tanggung jawab disini adalah keadaan ketika orang tidak merasa harus menolong dan bertanggung jawab terhadap keadaan korban karena ada banyak orang di sekitarnya.

Baca :   Career Pathing : Menyediakan Jalur Karier yang Jelas untuk Kandidat

Mereka merasa bahwa membantu orang lain di ruang publik adalah tanggung jawab bersama, sehingga harus ada yang memulai agar korban dapat tertolong.

Semakin banyak orang dalam ruang publik, keinginan mereka untuk menolong akan semakin sedikit. Hal ini dikarenakan orang-orang tersebut merasa tidak bertanggung jawab atas individu itu.

2. Terlalu melihat situasi

Pada saat menolong seseorang, terutama korban kecelakaan, diperlukan cara dan langkah-langkah yang benar serta diterima secara sosial. Biasanya, ketika ada seseorang yang meminta bantuan, mungkin anda akan melihat reaksi orang lain terlebih dahulu.

Selain itu, anda atau orang lain mungkin merasa takut untuk menolong karena tidak mengetahui cara yang tepat untuk memberikan bantuan.

Kemudian, anda akan memperhatikan keadaan sekitar, apakah orang lain akan ikut membantu atau tidak. Jika yang menolong hanya sedikit, anda atau orang lain cenderung tidak akan menolong karena merasa sudah selesai.

Tips menghadapi fenomena bystander effect

Sebenarnya, menghadapi fenomena bystander effect dapat dilakukan dengan mudah bila ada niatan yang kuat untuk membantu. Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan:

  1. Menumbuhkan rasa empati dan simpati terhadap orang lain bila Anda adalah seorang pengamat.
  2. Menghubungi pihak yang dapat membantu, seperti pertolongan medis, ambulans, atau satpam terdekat.
  3. Berinisiatif untuk menolong orang tersebut bila tidak ada yang membantu karena bystander efeknya seperti domino. Jika ada orang yang menolong, makan semua akan mencoba ikut membantu.
  4. Ikut mengedukasi orang-orang agar tetap aktif dan melawan rasa apatis ketika orang lain membutuhkan pertolongan.

Memahami efek bystander sangatlah penting, terutama karena efek ini terjadi di berbagai tempat, mulai dari ruang publik hingga universitas dan tempat kerja, yang memengaruhi cara individu merespons situasi darurat yang memerlukan intervensi.

Baca :   Dari Hierarki ke Kolaborasi: Merombak Struktur Organisasi untuk Mendukung Transformasi

Efek Bystander di Tempat Kerja

Karyawan sering kali menyaksikan perilaku yang tidak etis atau tidak pantas, seperti pelecehan, diskriminasi , atau bentuk penganiayaan lainnya. Namun, kehadiran orang lain dapat menghalangi mereka untuk bersuara atau mengambil tindakan, terutama jika pelakunya mempunyai status penting dalam sebuah organisasi.

Kelambanan dapat menimbulkan konsekuensi yang parah. Hal ini tidak hanya melanggengkan budaya yang menoleransi perilaku seperti itu, namun juga dapat menyebabkan meningkatnya intimidasi dan pelecehan di tempat kerja. Korban mungkin merasa terisolasi dan tidak didukung, sehingga menurunkan semangat kerja, produktivitas, dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Jika anda sebagai orang yang minta tolong, mungkin meminta tolong ke orang tertentu bisa menjatuhkan domino tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan eye contact agar orang yang dimintai tolong merasa segan dan sulit menolak. Fenomena bystander effect berlaku kepada orang dewasa dan maupun anak-anak.

Sebagai manusia, kita terprogram untuk menghindari situasi yang mengancam. Ketika kita mengamati perilaku seperti itu pada orang lain, kita sangat berhati-hati karena perasaan tidak pasti dan tidak mampu memprediksi perilaku orang lain. Efek Bystander dapat terjadi sebagai akibat dari keinginan untuk menghindari bahaya, sekaligus mampu merasionalisasikan keputusan untuk tidak melakukan intervensi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain. Semakin banyak saksi, semakin banyak orang yang diberi tanggung jawab untuk melakukan intervensi.

Penting bagi organisasi untuk mempertimbangkan dampak perilaku dan psikologi di tempat kerja. Untuk menghilangkan perilaku berbahaya dan mengurangi risiko yang terkait dengan kekerasan, intimidasi, pelecehan atau diskriminasi di tempat kerja, pengusaha harus mengambil tindakan untuk mendorong pekerja mengambil tindakan.

Baca :   Berjaya Tanpa PHK: Belajar dari Silver Queen

Apa yang dapat dilakukan organisasi untuk mendukung karyawannya melakukan intervensi atau mengatasi perilaku berbahaya dan berisiko ketika hal tersebut terjadi?

  • Berikan pelatihan kepada karyawan dan manajer tentang cara menanggapi kekerasan di tempat kerja dan intimidasi di tempat kerja serta teladan perilaku yang diinginkan sebagai bagian dari strategi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan Anda
  • Pastikan semua karyawan dan manajer mengetahui proses dan prosedur yang tepat untuk merespons situasi darurat, termasuk rincian kontak untuk dukungan pascainsiden
  • Membangun jaringan petugas pendukung yang telah menerima pelatihan yang memadai dalam pertolongan pertama kesehatan mental dan keterampilan konseling dasar
  • Melakukan sesi kesadaran dan menyediakan informasi kepada karyawan tentang kesehatan mental di tempat kerja
  • Kembangkan budaya kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan yang kuat di seluruh angkatan kerja Anda dan dorong komitmen karyawan untuk mengambil tindakan guna memastikan tempat kerja yang aman bagi semua orang

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, pengusaha dapat memastikan bahwa mereka memenuhi kewajibannya untuk memberikan perhatian kepada mereka yang berada dalam kesulitan dan mereka yang mungkin juga terkena dampak dari perilaku mereka.

Kesimpulannya, bystander effect adalah fenomena yang tergantung pada setiap individu. Apakah mereka ingin mengelompokkan diri sebagai kelompok apatis atau tidak menimbulkan kejadian ini.

# Bystander Effect#efek bystander

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait