Di tengah dunia kerja yang terus berubah dengan cepat, para profesional tidak hanya dituntut untuk mengasah kemampuan teknis, tetapi juga perlu memahami lanskap bisnis secara lebih luas. Salah satu strategi yang makin populer untuk mendorong pengembangan karir dengan lebih cepat adalah melalui program secondment. Apa Itu Strategic Secondment?
Secondment adalah penempatan sementara seorang karyawan ke posisi yang berbeda, baik dalam satu organisasi maupun di luar. Tujuannya untuk mengembangkan keterampilan atau pengalaman tertentu. Biasanya, penugasan ini dilakukan untuk mendukung proyek khusus atau dalam jangka waktu tertentu.
Selain bermanfaat bagi pengembangan karir karyawan itu sendiri, pengaturan ini juga memberikan keuntungan bagi tim terkait dan organisasi secara keseluruhan. Perusahaan dengan program secondment yang terencana biasanya telah memiliki sistem manajemen bakat yang mapan dan alur suksesi yang terstruktur dengan baik.
Mengapa Harus Secondment?
Ada sejumlah manfaat dari strategic secondment.
1. Memperluas perspektif bisnis
Program secondment memberikan kesempatan untuk bekerja di berbagai fungsi atau bahkan organisasi yang berbeda. Misalnya, seorang manajer SDM yang ditempatkan di divisi operasional akan mendapatkan pemahaman langsung tentang tantangan bisnis—tidak hanya melalui data atau laporan. Pengalaman ini memberikan pengembangan karir yang berharga dan mempersiapkan individu untuk peran strategis di masa depan.
Contoh lainnya adalah ketika seorang karyawan dengan latar belakang teknis ditempatkan di departemen pemasaran. Sang karyawan bisa mendapatkan pemahaman berharga tentang strategi pemasaran suatu produk. Wawasan lintas fungsi seperti ini tidak hanya memperluas perspektif, tetapi juga mendukung pengembangan diri secara lebih menyeluruh.
2. Meningkatkan kredibilitas dan portofolio kinerja
Keberhasilan dalam program secondment dapat memperkaya portofolio sekaligus mendukung pengembangan karir secara menyeluruh. Pengalaman menangani proyek lintas fungsi atau bekerja di lingkungan global bisa menjadi nilai tambah kandidat dalam proses promosi internal.
3. Memperluas jejaring profesional

Dengan bekerja di lingkungan yang baru, seorang profesional dapat membangun relasi yang lebih luas antardepartemen. Jaringan ini menjadi aset berharga dalam membangun modal sosial—faktor penting yang mendukung mobilitas karir, selain kompetensi teknis.
4. Mengasah kemampuan beradaptasi dan kepemimpinan
Secondment menuntut seseorang untuk cepat beradaptasi dengan situasi baru, memahami dinamika yang berbeda, dan memimpin tim dengan beragam budaya kerja. Proses ini menjadi pelatihan praktis bagi calon pemimpin yang akan menghadapi tantangan organisasi lintas batas di masa depan.
Dengan begitu, strategic secondment bukan sekadar penugasan sementara, melainkan investasi jangka panjang untuk pengembangan karir.
Dari sudut pandang perusahaan, strategic secondment dapat menjadi alat strategis bagi manajemen talenta. Strategic secondment menjadi platform bagi karyawan untuk menunjukkan keterampilan mereka dalam lingkungan yang baru, berpotensi menyingkap bakat-bakat terpendam atau kualitas kepemimpinan. Hal ini bermanfaat bagi perencanaan suksesi dalam organisasi.
Jangan Lupa Risikonya
Meski bermanfaat bagi pengembangan karir karyawan, secondment juga memiliki risiko. Paling utama adalah masa penyesuaian yang diperlukan ketika berpindah ke peran atau organisasi baru. Karyawan mungkin akan mengalami proses belajar yang cukup berat, dan tahap awal adaptasi bisa menjadi penuh tekanan serta tuntutan. Selain itu, ada risiko merasa terpisah dari tim atau departemen sebelumnya, yang berpotensi menimbulkan perasaan terasing.
Secondment seringkali menimbulkan ketidakselarasan ekspektasi. Karyawan yang ditugaskan mungkin memiliki pandangan berbeda tentang peran barunya. Sementara departemen penerima bisa saja berharap terlalu tinggi terhadap produktivitas dan kontribusi langsung karyawan tersebut. Ketidakcocokan ini berpotensi memicu ketidakpuasan dan anggapan tidak tercapainya target.
Risiko lain yang mungkin muncul adalah berkurangnya pengetahuan atau keterampilan. Ketika karyawan ditugaskan di luar tim, tim asalnya bisa mengalami kekurangan kompetensi, sehingga efisiensi dan produktivitas tim secara keseluruhan menurun sementara. Begitu pula saat kembali, karyawan yang ditugaskan mungkin membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi selama ketidakhadirannya.
Lebih lanjut, terdapat risiko ketidakcocokan budaya. Setiap organisasi atau departemen memiliki budaya dan cara kerja yang unik. Menyesuaikan diri dengan budaya yang berbeda dapat menjadi tantangan bagi karyawan yang ditugaskan, dan jika tidak dikelola dengan baik, hal ini dapat menyebabkan konflik atau disintegrasi.
Perlunya Perencanaan Pengembangan Karir yang Matang

Tanpa perencanaan strategis, secondment justru berisiko membuat karir mandek—terutama jika peran yang diberikan tidak sejalan dengan tujuan jangka panjang karyawan atau jika keterampilan yang didapat tidak relevan dengan jalur karir utamanya. Oleh karena itu, penting bagi karyawan untuk mengevaluasi bagaimana penugasan tersebut selaras dengan ambisi pengembangan karir mereka. Diskusi terbuka dengan atasan mengenai ekspektasi dan hasil yang diharapkan dari penugasan juga sangat diperlukan agar dampaknya positif bagi perkembangan karir.
Bagi karyawan yang mendapatkan secondment, menyesuaikan diri dengan peran atau lingkungan baru mungkin memerlukan waktu dan usaha ekstra. Pada tahap awal, hal ini bisa berujung pada jam kerja yang lebih panjang. Stres bisa meningkat. Jika penugasan tersebut mengharuskan relokasi atau perubahan jam kerja yang signifikan, dampaknya bisa semakin berat, sehingga mengganggu keseimbangan kerja-hidup (work life balance) karyawan.
Secondment memang memberikan banyak peluang untuk pengembangan diri, perluasan jejaring, dan pengembangan karir. Meski demikian, risikonya jangan diremehkan. Dengan perencanaan yang baik dan dukungan yang memadai, secondment bisa menjadi sarana efektif untuk mendorong kemajuan profesional sekaligus pertumbuhan organisasi.
#secondment #penugasan #pengaturan #perspektif #kredibilitas #jejaring profesional #risiko secondment #kekurangan kompetensi #ketidakcocokan budaya #work life balance
Related Posts:
Cegah Culture Misfit: Mulai dari Asesmen Budaya Kerja yang Tepat
Cara Jitu Menarik Perhatian Perusahaan bagi Fresh Graduate
Ketika Nama Baik Berasal dari Mereka yang Pergi: Bagaimana Alumni Bank Mandiri Merajai BUMN
Swipe Right dalam Rekrutmen Karyawan: Apakah Mencari Kandidat Semudah Menemukan Pasangan di Aplikasi Kencan?
Cara Cepat Menaikkan Keterampilan Manajerial untuk Non-Business Persons