Dalam lanskap bisnis yang makin kompetitif dan dinamis, holding company, atau perusahaan induk menghadapi tantangan unik. Tidak hanya mendorong kemajuan masing-masing anak perusahaan, tetapi juga mengoptimalkan pertumbuhan seluruh portofolio bisnis yang beragam. Berbeda dengan perusahaan tunggal, perusahaan induk harus mampu menjaga keseimbangan antara kemandirian operasional dan keselarasan strategis, mengelola efisiensi sumber daya, serta menciptakan nilai secara berkelanjutan.
Untuk tumbuh secara berkelanjutan, holding company membutuhkan strategi pertumbuhan yang komprehensif. Pertumbuhan tidak bisa semata-mata bergantung pada akuisisi. Diperlukan tata kelola yang kuat, alokasi modal yang tepat sasaran, pemanfaatan sinergi antaranak perusahaan, serta dorongan terhadap inovasi dan transformasi digital.
Optimalisasi Portofolio: Dasar Pertumbuhan Strategis
Portofolio bisnis adalah medan utama bagi holding company untuk mendorong pertumbuhan. Langkah pertama adalah melakukan evaluasi menyeluruh atas kinerja, potensi, dan keselarasan strategis setiap unit bisnis dalam grup. Anak perusahaan yang tidak sejalan dengan visi jangka panjang, meskipun menguntungkan, sebaiknya dipertimbangkan untuk didivestasi agar alokasi sumber daya menjadi lebih efisien.
Langkah lain menuju efisiensi adalah menyederhanakan struktur kepemilikan dan mengembangkan sinergi yang terarah. Dengan optimalisasi portofolio, holding company dapat memfokuskan sumber dayanya pada bisnis yang memiliki prospek cerah, sekaligus memitigasi risiko yang tidak perlu.
Akuisisi yang Bernilai Tambah

Akuisisi tetap menjadi strategi utama pertumbuhan bagi banyak holding company. Namun, tidak semua akuisisi menghasilkan nilai tambah. Oleh karena itu, penting untuk menetapkan kriteria akuisisi yang jelas, mencakup sektor industri, ukuran perusahaan, lokasi geografis, dan potensi sinergi. Proses integrasi pasca-akuisisi juga harus dirancang secara sistematis, terutama dalam hal penyelarasan budaya, sistem operasional, dan manajemen talenta.
Alokasi Investasi yang Objektif dan Strategis
Investasi dalam holding company harus berbasis data dan pertimbangan strategis, bukan karena pengaruh lobi atau kebiasaan lama. Dana harus dialokasikan kepada anak perusahaan berdasarkan potensi pengembalian investasi, posisi dalam siklus bisnis, dan kontribusinya terhadap strategi jangka panjang grup. Aset yang berkinerja buruk harus dilepas, dan hasilnya dialihkan ke sektor yang lebih menjanjikan pertumbuhan.
Membangun Kolaborasi dan Sinergi
Meski anak perusahaan beroperasi secara independen, holding company dapat menciptakan nilai tambahan melalui fasilitasi kolaborasi dan sinergi. Ini bisa dilakukan dengan membentuk shared services platform untuk fungsi-fungsi pendukung seperti TI, keuangan, pengadaan, dan SDM, khususnya di bisnis yang memiliki keterkaitan operasional.
Pusat inovasi antarperusahaan dapat mendorong pertukaran ide, percepatan transformasi digital, dan eksplorasi strategi pasar baru. Sementara itu, program rotasi talenta di seluruh grup dapat memperkuat kapasitas kepemimpinan dan membangun budaya kolaboratif.
Namun, sinergi tidak boleh dipaksakan. Sinergi yang efektif hanya dapat tercapai jika benar-benar sejalan dengan strategi grup dan didukung oleh kepemimpinan yang kuat.
Transformasi Digital sebagai Prioritas
Holding company harus berada di garis depan dalam transformasi digital. Anak perusahaan perlu didorong untuk berinvestasi dalam teknologi seperti kecerdasan buatan, otomatisasi, analitik data, dan peningkatan pengalaman pelanggan. Beberapa holding bahkan membentuk unit khusus untuk mengembangkan bisnis teknologi baru atau berinvestasi di perusahaan rintisan yang relevan dengan strategi grup. Di sisi lain, pembangunan kapabilitas data di seluruh grup menjadi fondasi penting untuk pengambilan keputusan yang lebih tajam dan terarah.
Tata Kelola dan Penguatan SDM
Pada akhirnya, kualitas manusia menjadi penentu keberhasilan holding company. Penting untuk menempatkan individu yang kompeten dan berintegritas di posisi kunci, baik di level holding maupun di anak perusahaan. Perencanaan suksesi dan pengembangan talenta harus menjadi agenda strategis, termasuk investasi dalam program pelatihan kepemimpinan bagi CEO saat ini dan calon pemimpin masa depan.
Selain itu, budaya akuntabilitas perlu ditanamkan secara konsisten. Setiap pemimpin unit bisnis harus diberi keleluasaan untuk menjalankan operasinya, namun tetap bertanggung jawab atas kinerja dan hasil yang dicapai.

Becermin dari Jardine
Jardine Matheson Holdings Limited (juga dikenal sebagai Jardines) adalah sebuah holding company dengan portofolio bisnis yang beragam, terutama di Asia. Anak-anak perusahaannya yang terkemuka di antaranya Hongkong Land, Mandarin Oriental Hotel Group, dan Jardine Cycle & Carriage.
Sepanjang sejarah panjangnya, Jardins telah berhasil mengembangkan bisnisnya dengan berpegang pada sejumlah prinsip investasi inti. Jardine berinvestasi di sektor-sektor yang memiliki pertumbuhan kuat, pada perusahaan-perusahaan unggulan, dan bersama mitra yang dipercaya. Misalnya, pada bisnis-bisnis yang terkait dengan urbanisasi dan naiknya kelas menengah di Asia.
Jardine senantiasa menyesuaikan portofolionya untuk mencerminkan perubahan dalam lingkungan operasional dan kebutuhan pelanggan. Jika diperlukan, Jardine berinvestasi di sektor dan bisnis baru, melepas bisnis non-inti, atau keluar dari sektor tertentu. Penerapan prinsip-prinsip ini selama bertahun-tahun telah menghasilkan portofolio yang beragam, serta pertumbuhan hasil investasi yang stabil meski di tengah-tengah ketidakpastian ekonomi.
Dalam hal alokasi modal, Jardine memprioritaskan investasi organik dalam portofolionya untuk mendorong pertumbuhan laba dan imbal hasil jangka panjang. Jardine berkomitmen untuk terus meningkatkan pembayaran dividen seiring pertumbuhan pendapatan.
Selain itu, Jardine mengevaluasi peluang akuisisi dan merger (M&A) di bisnis baru serta mempertimbangkan peningkatan investasi pada perusahaan-perusahaan yang membawahi holding company, termasuk melalui pembelian kembali saham. Semua ini didukung oleh metrik kredit yang kuat dan berperingkat investasi, memberikan Jardine kepercayaan diri dan fleksibilitas untuk berinvestasi ketika peluang tepat muncul, bahkan di tengah gejolak keuangan.
Related Posts:
Mengenal Jenis-jenis Holding Company: Manakah yang sesuai untuk Anda?
Kisah Inspiratif Pengusaha Sukses Kecap Benteng SH: Warisan Rasa Abadi yang Menjaga Rahasia Turun-Temurun
Ucok Durian: Dari Usaha Kecil Hingga Jadi Ikon Kuliner Medan
Tren ‘Job Sharing’: Apakah Dua Kepala lebih Baik untuk Satu Posisi?
PHK Massal 2024: Bagaimanakah dengan 2025?