Memantik Kembali Kobar Semangat Karyawan di Perusahaan

Memantik Kembali Kobar Semangat Karyawan di Perusahaan

Karyawan yang bersemangat sangat menguntungkan perusahaan. Sebaliknya, kurangnya semangat karyawan akan berdampak pada kinerja mereka, sehingga pendapatan perusahaan pun terancam.

Apakah karyawan Anda pernah secara tidak sengaja melupakan agenda janji rapat dengan klien? Atau bahkan ada kesalahan mencatat detail permintaan klien? Apakah respons karyawan untuk memberikan umpan balik atas permintaan klien sangat lambat? Apakah konflik antar karyawan sering tidak dapat dihindarkan? Apabila ya, maka hal ini tidak bisa didiamkan berlarut-larut.

Sebagai CEO, tentunya ada rasa ingin melontarkan kritik atau menegur karyawan karena kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat. Tetapi jangan salah sangka dulu. Karena hal ini bisa saja disebabkan oleh menurunnya semangat kerja karyawan Anda. Rendahnya semangat kerja karyawan dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan kinerja, penurunan operasional, meningkatnya perselisihan di tempat kerja, ketidakhadiran lebih banyak dan pergantian karyawan yang tinggi. Dampak menurunnya semangat kerja karyawan yang terparah adalah menurunnya pendapatan. Laporan 2023 State of the Global Workplace memperlihatkan kurang terlibatnya karyawan atau tidak terlibat sama sekali menyebabkan hilangnya produktivitas di dunia sebesar USD8,8 triliun. Angka ini sebanding dengan 9 persen dari PDB global. Hal ini seharusnya menjadi perhatian para CEO mana pun.

Apa saja yang membuat karyawan bisa sedemikian kurang bersemangat? Beberapa di antaranya adalah kurangnya komunikasi antara atasan dan bawahan, kurangnya rasa percaya, para karyawan kelelahan, dan merasa kurang diperhatikan. Hal ini terjadi ketika karyawan tidak dapat berkomunikasi dan memberikan umpan balik secara terbuka kepada manajer atau atasan mereka, atau tidak bisa melontarkan pertanyaan tanpa merasa direndahkan atau ditegur. Karyawan yang lelah dapat disebabkan oleh ketika perusahaan lebih mementingkan produktivitas ketimbang kesejahteraan karyawan. Semangat karyawan juga bisa luntur karena sedikitnya pengakuan dari atasan mereka terhadap pencapaian mereka.

Baca :   Pengembangan Karier Non-linear: Sebuah Alternatif

Semangat kerja karyawan & profit

Terdapat banyak alasan mengapa semangat kerja karyawan sedemikian penting. Melansir Business News Daily, karyawan yang bersemangat cenderung lebih produktif dan proaktif, seperti yang ditunjukkan oleh sebuah studi dari Saïd Business School Universitas Oxford, yaitu karyawan yang memiliki semangat kerja 13 persen lebih produktif daripada rekan kerja mereka yang tidak bersemangat.  Sebuah analisa dari badan survei Gallup pada tahun 2020 memperlihatkan bahwa karyawan yang proaktif mampu meningkatkan profit sejumlah 23 persen dan produktivitas sejumlah 14 persen, dan angka ketidakhadiran berkurang sejumlah 81 persen.

Di samping itu, karyawan yang bersemangat menjaga perusahaan Anda tetap bertahan di masa-masa sulit, yaitu dengan melakukan segala daya dan upaya untuk membantu Anda. Ketiga, karyawan yang bersemangat tentunya akan giat bekerja dan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada konsumen. Tak pelak lagi, hal ini pun mendatangkan keuntungan. Selain itu, tingginya semangat kerja dapat menurunkan tingkat pergantian karyawan, yang berujung pada pengurangan biaya rekrutmen dan pelatihan karyawan baru. Meningkatnya produktivitas berdampak pada layanan pelanggan yang baik, sehingga penjualan lebih tinggi dan menghasilkan keuntungan yang lebih banyak.

Langkah yang perlu diambil

Namun, asalkan Anda menyadari akan pentingnya hal ini, Anda dapat mulai melakukan langkah-langkah yang dapat memantik kembali kobar semangat kerja karyawan Anda. Melansir Harvard Business Review, Anda bisa mengawalinya dengan langkah yang paling sederhana dan tidak mahal, yaitu memberikan penghargaan simbolis seperti menulis sebuah catatan singkat yang mengungkapkan rasa terima kasih atas kinerja karyawan yang baik. Kontribusi karyawan dalam rapat tim terbuka diakui di depan banyak orang di perusahaan. Siapa pun yang mencapai target, diberikan pengakuan dan penghargaan oleh para petinggi perusahaan. Perlu diketahui, karyawan yang merasa dihargai akan lebih inovatif dan bersedia bekerja melampaui ekspektasi.

Baca :   Menyiapkan SDM Menghadapi Krisis

Kurangnya komunikasi yang efektif selalu menjadi masalah utama dari hubungan apa pun, termasuk hubungan antar karyawan dan atasan mereka. Apabila Anda ingin menciptakan lingkungan kerja yang sehat, upayakan selalu untuk meminta umpan balik dari karyawan secara rutin. Biarkan mereka dapat berbicara secara terbuka dan jujur, serta melontarkan pertanyaan secara langsung tentang bisnis yang sedang dijalankan di masa mendatang. Contohnya, Anda bisa menanyakan kepada mereka apa yang bisa dilakukan oleh perusahaan agar menjadi tempat kerja yang lebih baik, sehingga muncul sebuah diskusi.

Selain itu, secara rutin, bangun kegiatan untuk membangun tim yang solid. Anda dapat mengadakan makan siang bersama atau happy hour. Anda bisa meminta mereka untuk memberikan saran aktivitas yang ingin dilakukan bersama, seperti merayakan ulang tahun, hari jadi, dan pencapaian penting lainnya.

Terlebih lagi, Anda juga perlu memperhatikan kesehatan mental karyawan Anda, apalagi ketika mereka bekerja cukup padat. Stres di tempat kerja dapat berdampak buruk pada kesehatan mental mereka.  Agar mencegah mereka kewalahan dalam menjalankan pekerjaan yang terlalu padat, perusahaan harus secara disiplin menetapkan batasan dan mendorong mereka untuk mengambil cuti dan berlibur. Himbau mereka untuk berolahraga. Hormati masa cuti mereka. Anda bisa menawarkan kebijakan kerja yang fleksibel, memberikan cuti berbayar dan mendorong karyawan untuk beristirahat sejenak di sela-sela jam kerja. Anda juga bisa mengadakan program kesehatan untuk semua anggota perusahaan agar kesehatan fisik dan mental meningkat. Contohnya saja, mengadakan kompetisi di kantor untuk melihat siapa saja yang berhasil mengumpulkan langkah terbanyak setiap minggunya.

Baca :   Tips Mengelola Pekerja Gig

Terakhir, terutama bagi generasi Z, generasi profesional muda ini kerap merasa lelah di tempat kerja meskipun mereka baru mengawali karier mereka. Melansir BBC, sekitar 91 persen karyawan yang lahir antara tahun 1997 dan 2012 mengalami stres menurut survei Cigna International Health tahun 2023 terhadap hampir 12.000 pekerja di seluruh dunia. Khusus bagi kaum profesional muda Gen-Z, mereka melaporkan kecemasan, depresi dan tekanan yang lebih tinggi daripada generasi lainnya. Mungkin bagi mereka yang baru pertama kali memasuki peran profesional, kemungkinan besar mereka terlalu gugup bekerja di bawah pengawasan. Dengan demikian, penting bagi para CEO untuk menciptakan budaya di mana Generasi Z merasa diterima dan didukung, serta tidak takut mencari bantuan ketika merasa tertekan, yaitu dengan memberikan beberapa program bantuan bimbingan atau kounseling untuk karyawan.

#budayasehat #karyawan #perusahaan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait