Manajemen Talenta Untuk Yang Hampir Terbenam

Manajemen Talenta Untuk Yang Hampir Terbenam

Mengelola talenta (manajemen talenta) dalam industri yang mengalami kemunduran (sunset industry) jelas tidak mudah.  Meski demikian, hal tersebut harus harus dijalani demi mempertahankan operasi, mengelola penurunan, dan membuka peluang model bisnis baru.

Sebelumnya, kita ulas terlebih dahulu seputar sunset industry.  Sunset Industry adalah industri yang berada pada fase menurun setelah melewati masa kejayaan. Penurunan ini ditandai oleh melambatnya permintaan pasar, terbatas atau bahkan tidak adanya kemajuan teknologi, atau perubahan drastis dalam preferensi pelanggan. Tingkat keuntungan dan profitabilitas industri atau sektor tersebut menurun ketika mereka mencapai kematangan maksimum dan tidak mengalami pertumbuhan organik. Penurunan ini dapat disebabkan oleh kurangnya inovasi, rendahnya pertumbuhan sektoral, hampir nihilnya ide produk, munculnya produk ramah lingkungan, atau tingginya kerentanan pasar. Dengan terbatasnya ruang untuk perubahan di bidang apa pun (pasar, pelanggan, teknologi, mesin, peralatan, dan sebagainya), sunset industry sulit untuk tetap relevan di pasar saat ini. Hal ini menghambat kapasitas industri untuk tetap produktif dan hemat biaya dalam lingkungan bisnis yang berkembang pesat.

Terkait hal ini, Xu mencontohkan industri ritel tradisional yang sedang mengalami transformasi digital, menghadapi perubahan perilaku konsumen dan kebangkitan e-commerce sebagai tantangan signifikan. Contoh lainnya adalah media tradisional, yang menghadapi tantangan berupa maraknya media digital atau online. Dalam dunia yang makin terdigitalisasi seperti saat ini, terjadi pergeseran dalam minat baca masyarakat. Banyak orang lebih suka membaca melalui gawai mereka seperti telepon pintar atau laptop ketimbang koran atau buku cetak. Industri minyak dan gas agaknya dapat pula dikategorikan ke dalam sunset industry seiring maraknya upaya penggunaan energi baru dan terbarukan.

Baca :   Kecerdasan Kolektif demi Organisasi yang Transformatif

Berapa lama durasi kemunduran sebuah industri? Tidak mudah untuk mengetahui apakah industri yang mengalami kemunduran akan perlahan memudar seiring berjalannya waktu, atau akan jatuh begitu saja. Hal ini bergantung pada seberapa cepat sebuah produk atau layanan digantikan oleh produk atau layanan alternatif. Jika produk atau layanan alternatif ini menawarkan fungsionalitas lebih baik, biaya lebih rendah, atau kenyamanan lebih besar dibandingkan dengan produk atau layanan yang sudah mapan, penurunan dapat terjadi jauh lebih cepat. Contohnya adalah ritel konvensional, yang tergerus pesatnya ekspansi ritel daring atau marketplace. Belanja daring dengan cepat muncul sebagai platform belanja utama bagi masyarakat umum selama pandemi Covid-19. Belanja daring memberikan kenyamanan signifikan seiring pembatasan kegiatan masyarakat saat itu. Tren ini berlanjut pascapandemi.

Agar Talenta Tetap Relevan

Relevansi talenta perusahaan dalam sunset industry menghadapi tantangan. Apakah kompetensi yang mereka miliki bermanfaat untuk mengembangkan industri yang hampir terbenam, sementara industri itu sendiri masa depannya tidak cerah?

Baca :   Mengikis Stigma Negatif Mudah Gagal, Belajar Lebih Cepat

Bagaimanapun, masih ada harapan selama talenta-talenta tersebut dikelola dengan baik. Apa yang harus dilakukan? Pertama, mengevaluasi kompetensi karyawan serta mengidentifikasi bidang-bidang di mana pelatihan ulang atau peningkatan keterampilan dapat membantu transisi karyawan ke peran lain di dalam atau di luar industri.

Ini artinya melakukan perubahan, sesuatu yang tidak nyaman. Tugas perusahaanlah untuk menenagkan karyawan. Caranya? Bersikap transparan tentang situsi industri berikut rencana perusahaan. Lakukanlah dialog serta terimalah umpan balik untuk memahami kekhawatiran dan gagasan karyawan untuk adaptasi atau transisi.

Dalam industri yang meredup sekalipun, pastilah ada karyawan yang memiliki keterampilan atau pengetahuan istimewa. Tugas perusahaan adalah mengembangkan strategi retensi agar mereka mau bertahan. Hal ini dapat mencakup penawaran insentif, peluang pengembangan karier, atau pengaturan kerja alternatif.

Jika ada peluang, karyawan dapat dipindah ke bidang lain dalam perusahaan atau industri terkait di mana keterampilan mereka masih dibutuhkan. Hal ini mungkin melibatkan restrukturisasi peran atau departemen agar selaras dengan kepentingan bisnis.

Bagaimanapun upaya mengelola talenta dalam sunset industry, tak akan bernakna jika perusahaan tidak berinvestasi untuk inovasi. Oleh karena itu, perusahaan wajib mendorong inovasi untuk mengidentifikasi produk, layanan, atau pasar baru yang berpotensi merevitalisasi bisnis atau menciptakan peluang baru bagi karyawan.

Baca :   Blind Hiring: Reducing Bias in a Recruitment Process

Di samping inovasi, diversifikasi bisa menjadi solusi. Tujuannya untuk berekspansi baik ke industri terkait maupun industri baru yang otensi pertumbuhannya besar.

Pengaturan kerja fleksibel bisa menjadi solusi. Tujuannya mengakomodasi karyawan yang sedang mempertimbangkan karier baru atau ingin melanjutkan pendidikan.

Dari sisi karyawan, mereka yang saat ini bekerja di industri yang sedang mengalami kemunduran harus meningkatkan keterampilan digital agar karier dan pekerjaan mereka berjalan mulus, di manapun mereka bekerja nantinya. Sebagai contoh, karyawan harus terampil mendigitalkan produk atau layanan serta memanfaatkan berbagai platform digital secara efektif untuk memasarkan produk dan layanan tersebut.

Beruntunglah perusahaan yang sukses mengembangkan budaya adaptabilitas dan resiliensi. Karyawan harus didorong untuk menerima perubahan dan terbuka untuk mempelajari keterampilan baru atau menghadapi tantangan baru.

Kategori: Human Capital & Talent Management

#talentmanagement

#manajementalenta

#sunsetindustry

#kompetensikaryawan

#adaptabilitas #resiliensi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait