personal branding

Career Flexing di LinkedIn: Sekadar Pamer atau Strategi Membangun Personal Branding yang Kuat

Dalam beberapa waktu terakhir, LinkedIn mengalami transformasi menarik. Platform yang sebelumnya dikenal sebagai jaringan profesional formal ini kini berkembang menjadi ruang untuk membangun identitas, berbagi perkembangan karir, dan memperluas koneksi. Di tengah perkembangan ini, muncul tren yang kerap kita jumpai: career flexing,  berupa unggahan tentang promosi jabatan, sertifikasi, prestasi kerja, atau partisipasi seseorang dalam forum profesional bergengsi. Fenomena ini memicu diskusi menarik: apakah perilaku ini mencerminkan keangkuhan profesional atau justru merupakan langkah strategis dalam mengelola karir dan personal branding?

Career flexing bukan sekadar ekspresi individual. Lebih dari itu, ini merupakan respon terhadap pasar kerja yang makin kompetitif. Lantas, bagaimana caranya menyikapi fenomena ini secara bijak?

Apa itu Career Flexing?

Career flexing  didefinisikan sebagai upaya menampilkan perkembangan profesional melalui kanal digital. Bentuknya beragam, seperti membagikan sertifikat setelah lulus pelatihan kompetensi baru, mengumumkan promosi atau karir baru, mengabari kesuksesan pencapaian target tertentu, mendokumentasikan keikutsertaan pada acara bergengsi, dan memamerkan penghargaan yang diterima. Intinya, ini adalah cara menyampaikan sinyal tentang kompetensi, perkembangan karir, personal branding dan nilai profesional yang dimiliki.

Berbeda dengan kesan “pamer terselubung”, career flexing umumnya bertujuan untuk menunjukkan eksistensi dan membentuk persepsi publik tentang brand profesional seseorang. Apakah ini salah?Belum tentu.

Mengapa Semakin Banyak Orang Melakukannya?

Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang melakukan career flexing:

  1. Persaingan. Proses rekrutmen dan asesmen kandidat kini tak hanya mengandalkan dokumen lamaran konvensional. LinkedIn kerap menjadi portofolio digital tambahan yang mudah diakses dan memberikan gambaran lebih utuh. Melalui profil yang aktif dan personal branding yang jelas, perusahaan dapat mengevaluasi kredibilitas dan rekam jejak, aktivitas dan keterlibatan kandidat dalam industri, jejaring profesional yang dimiliki, serta keterkaitan keterampilan dengan kebutuhan pasar kerja.
  2. Orang makin sadar pentingnya membangun personal branding dan citra profesional. Dalam ekosistem digital, reputasi dibentuk melalui konten dan keterlihatan. Ketika orang mengenal keahlian dan pencapaian kita, peluang sering kali datang sendirinya. Peluang tentunya bida berbentuk promosi, proyek baru, atau perusahaan baru.
  3. Pergeseran budaya kerja. Para profesional saat ini tumbuh dalam lingkungan di mana segala prestasi dan kontribusi harus diumumkan. Ini bukan berarti sombong, melainkan sebagai strategi personal branding untuk mengembangkan karir. LinkedIn hadir sebagai panggung untuk menunjukkan kredibilitas dan eksistensi yang terdokumentasi.
Baca :   Headhunter Journey: Seni Menemukan Talenta yang Tepat untuk Organisasi

Namun, perlu dipahami bahwa career flexing bukan sekadar pamer. Jika dilakukan secara tepat, career flexing dapat menjadi sarana pengembangan karir. Ada sejumlah manfaat career flexing, yaitu memperkuat posisi keahlian kandidat dalam bidang tertentu (manajer pemasaran andal, ahli dalam bidang keuangan, pakar teknologi informasi, dan sebagainya); mengundang datangnya peluang; dan menjadi sumber inspirasi dan pembelajaran bagi orang lain.

Menimbang Risiko Career Flexing

personal branding

Namun, seperti halnya strategi lainnya, ada sisi yang perlu diwaspadai. beberapa risiko yang mungkin muncul adalah memberikan kesan narsistik, memicu perbandingan tidak sehat, dan mengurangi kredibilitas.

Jika fokusnya hanya pada pujian diri tanpa konteks yang membangun personal branding tertentu, pesan dapat diterima sebagai kesombongan belaka. Selain itu, paparan berlebihan terhadap pencapaian orang lain dapat menimbulkan kecemasan atau rasa tidak cukup pada sebagian orang.

Baca :   Budaya Organisasi dan Sistem Kompensasi: Kekuatan Tersembunyi yang Menggerakkan Perilaku Organisasi

Fenomena “takut ketinggalan” dalam konteks karir memang nyata di platform seperti LinkedIn. Membagikan setiap pencapaian kecil secara berlebihan dapat menimbulkan kesan kurang substansial. Perjalanan karir bukanlah perlombaan mengumpulkan sertifikat, melainkan pembuktian kontribusi dan relevansi yang berkelanjutan.

Memanfaatkan Career Flexing Untuk Personal Branding

Kunci keberhasilannya terletak bukan pada apa yang dibagikan, melainkan bagaimana membingkainya agar mendukung personal branding. Berikut beberapa cara untuk dapat memanfaatkan career flexing secara strategis

  1. Saat memosting, fokuslah pada dampak pencapaian, bukan pencapaian itu sendiri. Jangan hanya memosting sertifikat. Namun, postinglah apa yang didapat dibalik sertifikat itu (misalnya ilmu, wawasan, atau keterampilan baru).
  2. Jika ingin dikenali sebagai ahli di bidang tertentu, pastikan konten mencerminkan fokus tersebut. Ini membantu membentuk personal branding yang jelas dan mudah diingat.
  3. Ekspresikan rasa syukur dan pengakuan atas dukungan tim atau mentor. Audiens LinkedIn umumnya sangat peka terhadap nada dan sikap dalam komunikasi. Pilih gaya profesional yang reflektif, bukan gaya selebritas media sosial.
  4. Untuk mengetahui apakah career flexing yang dilakukan efektif, pertimbangkan apakah aktivitas Anda memperkuat posisi profesional yang diinginkan, memberikan nilai atau wawasan bagi pembaca, mendorong keterlibatan dan diskusi yang bermakna, atau membuka peluang baru yang relevan. Jika salah satu unsur ini tidak terpenuhi, mungkin perlu dilakukan penyesuaian pendekatan.
Baca :   Mengungkap Bias dan Dinamika Budaya dalam Sistem Penilaian Kinerja

Apakah Career Flexing Perlu Dilakukan untuk Personal Branding?

Jawabnya: perlu, namun lakukanlah secara proporsional. Tidak perlu membagikan setiap pencapaian. Namun, menunjukkan perkembangan, kompetensi, dan kontribusi secara berkala adalah langkah bijak. Konsistensi yang terukur lebih berdampak daripada unggahan sporadis yang hanya mengejar momentum.

Menampilkan perkembangan karir di platform digital adalah fenomena alamiah dalam ekosistem kerja yang terus berubah. Aktivitas ini dapat terkesan sebagai pamer jika hanya berpusat pada diri sendiri, namun dapat menjadi sangat strategi personal branding yang kuat jika ditujukan untuk membangun kredibilitas dan memberikan kontribusi. Kuncinya terletak pada kejelasan niat dan motivasi, kehati-hatian dalam menyusun narasi, fokus pada nilai dan dampak yang diberikan, dan penekanan yang bukan hanya pada pengakuan melainkan juga pembelajaran.

 

 

#Career Flexing                      #personal branding                      #LinkedIn       #pasar kerja     #pasar kerja     #karir             #persaingan                 #identitas                    #citra profesional        #reputasi          #budaya kerja              #pengembangan karir               #risiko             #positioning                #proporsional

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait