Pada zaman sekarang, keterampilan manajerial dan pemahaman bisnis bukan lagi hal yang hanya harus dikuasai oleh lulusan sekolah bisnis atau profesional di dunia korporat. Makin banyak orang dari latar belakang nonbisnis—seperti TNI, Polri, artis, dan atlet— yang terjun ke dunia usaha, baik untuk mempersiapkan kehidupan pascapensiun maupun sebagai bentuk pengembangan diri.
Namun, tantangan nyata muncul: bagaimana cara meningkatkan kompetensi manajemen bisnis dengan cepat dan tepat bagi mereka yang tidak memiliki dasar pendidikan dan pengalaman bisnis?
Pola Pikir Business Persons
Mengubah pola pikir menjadi langkah awal untuk membangun keterampilan manajerial bagi pebisnis. Selama ini, banyak orang beranggapan bahwa ilmu manajemen bisnis hanya bisa dikuasai oleh pemegang gelar dalam bidang manajemen atau mereka yang berlatar belakang ekonomi. Nyatanya, esensi manajemen terletak pada kemampuan berpikir strategis, mengelola sumber daya, dan mengambil keputusan yang tepat.
Keterampilan ini bisa dipelajari oleh siapa saja tanpa memandang latar belakang pendidikan. Paling penting adalah tekad baja. Ini adalah modal dasar. Selama seseorang memiliki hal ini, keterampilan manajemen bisnis bisa dipelajari. Bukankah banyak pengusaha sukses yang latar belakang pendidikannya bukan dalam bidang manajemen bisnis? Anggota TNI dan Polri, misalnya.
Ambil contoh anggota TNI dan Polri. Mereka sudah tidak asing lagi dengan kedisiplinan, struktur yang rapi, dan kepemimpinan yang efektif. Ketiga kualitas ini sangat dibutuhkan dalam mengurus perusahaan. Sementara itu, artis dan atlet sudah terbiasa bekerja dengan target, membangun personal branding, serta menghadapi ketidakpastian. Semua itu menjadi modal dasar yang sangat berharga dalam membangun keterampilan manajerial bisnis.
Tekad Saja Tidak Cukup

Tentu saja, tekad baja saja tak cukup. Calon pebisnis juga harus belajar tanpa henti. Bukan sembarang belajar, melainkan harus efektif. Pelatihan keterampilan manajerial berbasis modul singkat (10-15 menit per topik) bisa menjadi solusi praktis. Misalknya berlatih tentang cara membuat laporan keuangan bagi pemula atau membuat rencana bisnis. Pendekatan ini memudahkan pemahaman tanpa menghabiskan banyak waktu.
Calon pebisnis juga barus belajar dari kisah nyata. Misalnya pengalamam anggota TNI/Polri , atlet, dan arti yang berbisnis. Bukan saja pengalaman keberhasilan, melainkan juga pengalaman kegagalan. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih mudah daripada hanya belajar teori-teori yang abstrak.
Calon pebisnis juga bisa mendapatkan mentoring dan coaching dari pelaku bisnis yang sukses. Dengan cara ini, calon pelaku bisnis tanpa pengalaman dapat belajar lebih efektif sambil mendapatkan masukan langsung untuk pengembangan keterampilan manajerial mereka.
Learning by Doing
Langsung praktik juga bisa menjadi cara efektif. Calon pebisnis dapat menjual melalui media sosial, yang saat ini makin lazim dilakukan. Inilah yang disebut learning by doing.
Cakupan manajemen bisnis sangatlah luas. Tidak semuanya perlu dipelajari, paling tidak dalam satu waktu. Lebih baik fokus pada keterampilan manajerial inti yang paling mudah dipraktikkan. Kompetensi-kompetensi tersebut adalah dasar-dasar pengelolaan finansial, pemasaran dan penjualan, pengelolaan operasional sederhana, manajemen SDM skala kecil, dan dan pengambilan keputusan.
Pengelolaan finansial dasar mencakup bagaimana mengelola arus kas, membaca laporan keuangan sederhana, membuat anggaran. Pemasaran dan penjualan mencakup memahami pasar, membangun personal brand, menggunakan media sosial sebagai alat promosi. Pengelolaan operasional bertujuan agar kegiatan bisnis sehari-hari berjalan efektif dan efisien.
Pebisnis pemula juga harus paham cara merekrut, melatih, dan memotivasi karyawan atau tim kecil. Bagi orang yang terbiasa membuat keputusan secara instan, misalnya prajurit TNI atau atlet, penting bagi mereka untuk menyesuaikan cara mengambil keputusan saat bekerja di dunia bisnis.
Calon pelaku bisnis dianjurkan untuk tidak belajar keterampilan manajerial sendirian. Bagi yang bukan dari kalangan bisnis, membentuk kelompok kecil dengan anggota yang memiliki keahlian teknis bisa menjadi dukungan besar bagi usaha mereka.
Misalnya, mengajak mitra dengan alar belakan pengetahuan dan keterampilan finansial atau operasional yang mendalam. Dengan begitu, proses belajar berlangsung secara semasa, sambil tetap menjaga kualitas eksekusi bisnis.
Bagaimanakah dengan Les one-on-one?

Les one on one merupakan cara paling cepat dan efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan manajerial bisnis. Metode ini cocok bagi calon pelaku bisnis atau pelaku bisnis pemula yang hanya memiliki sedikit waktu, lebih menginginkan untuk pelajar secara langsung dan pribadi, serta memiliki target khusus. Misalnya ingin memulai bisnis dalam 3-6 bulan.
Ada sejumlah manfaat dari les one on one ini, yaitu –penyesuaian materi dengan tujuan pembelajaran, interaksi yang intensif tanpa rasa takut untuk bertannya, contoh atau studi kasus yang relevan dengan kondisi peserta, dan yang terpenting adalah waktu dan tempat bisa disesuaikan.
Tentunya, calon pebisnis tidak boleh sembarangan. Pilihlah orang yang benar-benar memiliki pengalaman praktis, bukan hanya menguasai teori keterampilan manajerial. Berikutnya, menentukan tujuan spesifik dan fokus. Dengan demikian, pembelajaran makin efektif.
Related Posts:
The Phenomenon of Gen Z Picky Job: Between Idealism and Work Reality
Job-hopping: Is it still a trend amid the wave of layoffs?
No Degree, No Problem: How Headhunters Screen Talent Based on Skills
The Bare Minimum Monday Trend
Trend #KaburAjaDulu (Just Run Away First) Employees Looking for Opportunities Abroad