Inovasi Dari Bawah: Kekuatan Tersembunyi yang Mengubah Perusahaan

Budaya Inovasi dan Tantangannya

Budaya inovasi merupakan bagian dari budaya organisasi yang tujuan utamanya adalah mengembangkan inovasi dalam organisasi. Mengingat proses inovasi merupakan proses yang melibatkan lintas unit, divisi, atau fungsi dalam organisasi, budaya inovasi berfungsi sebagai semacam budaya lintas sektoral, yang standar dan nilainya dibentuk dan didukung oleh semua proses yang terlibat.

Terdapat sederet manfaat darii budaya inovasi, mulai dari menggerakkan pertumbuhan perusahaan, menstimulasi perubahan, menjamin perbaikan berkelanjutan, memperkaya ide-ide baru, membantu bisnis untuk bertahan serta berdaya saing, membantu mengidentifikasi pasar baru bagi produk dan layanan organisasi, memudahkan perusahaan untuk beradaptasi di lingkungan yang amat pesat perubahannya, membantu memenuhi kebutuhan pelanggan, hingga membantu organisasi menarik serta mempertahankan talenta terbaik.

Elemen-elemen budaya inovasi, seperti dikemukakan Cancialosi,  terdiri dari lingkungan, talenta, dan proses. Lingkungan berarti kebebasan untuk mempertanyakan asumsi yang selama ini dianut;  menciptakan keterbukaan untuk ide-ide baru; serta kebebasan untuk bereksperimen, menoleransi kegagalan, dan pembelajaran.  Talenta mencakup implementasi program pelatihan dan peengembangan untuk inovasi, menetapkan dan mengelola tujuan kinerja inovasi, dan membangun tim yang miliki latar belakang yang beragam. Sedangkan proses memperhitungkan keluasan sumber-sumber penghasil ide untuk melahirkan konsep-konsep inovatif.

Faktor terbesar kegagalan inovasi umumnya berasal dari budaya organisasi, dan bukannya teknologi atau ketersediaan sumber daya lainnya. Hal ini sejalan dengan 2016 Gartner Financial Services Innovation Survey, yang menyatakan bahwa ancaman terbesar inovasi adalah politik internal organisasi serta budaya organisasi yang tidak menerima kegagalan, tidak menerima gagasan-gagasan dari luar, serta, tidak mau atau bisa melakukan perubahan.

Baca :   Mencegah Talent Hoarding: Membangun Karier atau Menghambat Pertumbuhan?

Membentuk Budaya Inovasi

Bagaimanakah cara membentuk budaya inovasi? Pertama, membangun kejelasan dan keselarasan seputar inovasi. Artinya, menyepakati definisi inovasi dalam konteks sebuah organisasi. Termasuk di dalamnya kriteria dari aktivitas, proses, dan hasil yang digolongkan sebagai inovasi; serta ukuran kesuksesan inovasi. Hal-hal ini kerap kali berbeda-beda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.

Berikutnya, menciptakan keamanan psikologis (psychological safety). Keamaman psikologis adalah iklim organisasi di mana setiap individu merasa dapat berbicara jujur dan terbuka tentang sesuatu tanpa takut akan pembalasan atau konsekuensi yang tidak menyenangkan. Hasil penelitian selama puluhan tahun oleh Edmundson dari Harvard Business School menunjukkan bahwa lingkungan yang aman secara psikologis tidak hanya membantu organisasi menghindari kesalahan yang menghancurkan tetapi juga mendukung pembelajaran dan inovasi.

Selanjutnya adalah mendorong dialog. Dialog yang jujur dan terbuka hanya bisa terjadi jika orang merasa nyaman untuk mengungkapkan perasaan mereka yang sebenarnya. Organisasi harus menciptakan ruang untuk saling bertemu dan mendiskusikan ide-ide. Hal ini akan menstimulasi serta memperkuat perilaku yang diperlukan untuk berkembang menuju budaya inovasi.

Baca :   Pengembangan Karier Non-linear: Sebuah Alternatif

Merekrut karyawan dengan berbagai latar belakang juga dapat menjadi sarana pembentukan budaya inovasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memiliki beragam pengalaman, perspektif, dan latar belakang sangat penting untuk inovasi dan pengembangan ide-ide baru.

Tantangan Mewujudkan Budaya Inovasi

Namun, mewujudkan budaya inovasi tidaklah mudah. Ada tantangan-tantangan yang harus diatasi. Misalnya dalam hal menoleransi kegagalan. Organisasi dengan budaya inovasi yang benar-benar kuat masih mau memaafkan kegagalan, namun sama sekali tidak mau berkompromi dengan inkompetensi, seperti dikemukakan oleh Pisano. Contoh inkompetensi ini adalah keterampilan teknis yang biasa-biasa saja, kecerobohan, kebiasaan kerja yang buruk, dan buruknya manajemen.  Dengan kata lain, mereka menetapkan standar kinerja yang sangat tinggi bagi karyawannya. Contohnya adalah Google. Google dikenal memiliki budaya yang sangat ramah terhadap karyawan, Namun Google juga dikenal sebagai salah satu tempat tersulit di dunia untuk mendapatkan pekerjaan. Google juga dikenal mempunyai sistem manajemen kinerja yang ketat yang akan memindahkan orang ke peran baru jika mereka tidak unggul dalam peran yang sudah ada. Tidak mudah untuk  menyeimbangkan toleransi terhadap kegagalan dengan mengatasi inkompetensi. Hal ini lantaran penyebab kegagalan tidaklah jelas, bisa bermacam-macam faktornya. Pun, tidak mudah pula menentukan batas toleransi kegagalan.            

Baca :   Mendobrak Silo Mentality Melalui Mobilitas Talenta

Tantangan berikutnya terkait kebebasan bereksperimen. Agar budaya inovasi mampu memberi nilai tambah, kebebasan bereksperimen harus disertai dengan budaya yang berorientasi kedisiplinan. Budaya berorientasi kedisiplinan berarti memilih eksperimen dengan hati-hati berdasarkan potensi nilai pembelajarannya, untuk kemudian dirancang dengan cermat sehingga menghasilkan informasi sebanyak mungkin, untuk kemudian dibandingkan dengan biaya yang mungkin dikeluarkan. Sejak awal, budaya berorientasi disiplin sudah menetapkan kriteria secara jelas gagasan-gagasan yang bisa dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan.

Keamanan psikologis merupakan salah satu karakteristik utama budaya inovatif sejati. Namun, hal ini hanya bisa tercipta  jika orang-orang di dalamnya bersedia menerima kritik dengan lapang dada. Namun, tak semua organisasi siap dengan hal ini, terutama untuk yang cenderung menghindari konflik.

Budaya inovasi membutuhkan akuntabilitas, bukan hanya pada level kelompok melainkan individu, di mana seorang individu diharapkan mampu membuat keputusan dan bertanggung jawab sepenuhnya, atau seoramg diri, terhadap keputusan tersebut.

Tantangan-tantangan ini harus diperhatikan jika perusahaan benar-benar ingin mencapai budaya inovasi yang tinggi

#budayainovasi

#budayaorganisasi

#sychologicalsafety

#budayaberorientasi disiplin

#akuntabilitas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait