Branding Karyawan dalam Dunia Gig Economy

Branding Karyawan dalam Dunia Gig Economy

Branding Karyawan dalam Dunia Gig Economy. Apakah kamu pernah mengenai istilah gig economy? Di zaman dengan perkembangan internet yang pesat, sistem ekonomi gig memiliki potensi yang tinggi.

Gig economy menjadi salah satu istilah yang paling sering didiskusikan semenjak era digitalisasi ekonomi yang semakin gencar. Namun, istilah ini masih cukup awam bagi sebagian kalangan, terutama mereka yang masih baru dalam dunia digital.

Gig economy adalah sebuah konsep baru yang muncul sebagai akibat dari perkembangan dunia perekonomian, terutama di era industri 4.0 saat ini. Adapun contohnya ialah seperti pekerja berbasis proyek, freelancer, dan masih banyak lagi.

Sederhananya, gig economy atau ekonomi gig mengartikan sebuah sistem pasar tenaga kerja bebas. Sebagian orang menilai fenomena ini memberikan implikasi baik, namun di sisi lain ada juga yang menganggap bahwa konsep gig economy merupakan ancaman.

Singkatnya, ekonomi gig merujuk pada sebuah sistem kerja yang identik dengan karyawan lepas atau kontrak dengan jangka waktu singkat.

Apa Itu Gig Economy?

Berdasarkan Cambridge Dictionary, gig economy adalah sebuah cara kerja yang didasarkan pada orang-orang yang memiliki pekerjaan sementara atau mengerjakan bagian-bagian pekerjaan yang terpisah. Masing-masing pekerjaan tersebut juga dibayar secara terpisah sehingga tidak terpaku hanya bekerja untuk sebuah pemberi kerja (employer).

Gig economy adalah suatu sistem pasar tenaga kerja bebas, di mana perusahaan akan mengajukan kontrak pada pekerja independen untuk jangka waktu tertentu.

Sehingga dapat kita bersama pahami bahwa dalam gig economy, hubungan pekerja dengan pemberi kerja tidak terikat secara konvensional. Namun, memberikan era baru untuk sistem kerja yang lebih fleksibel sesuai kesepakatan dua belah pihak.

Pekerja bisa lebih independen dalam memilih jenis proyek yang ingin dikerjakan. Begitu juga sebaliknya, pemberi kerja dapat menggunakan jasa pekerja dengan selektif sesuai kebutuhan. Kondisi tersebut memungkinkan hilangnya jam kerja terikat 9 to 5 atau menunggu pembayaran gaji setiap bulannya.

Baca :   Kecerdasan Kolektif demi Organisasi yang Transformatif

Jenis produk yang ditawarkan dalam industri ini juga bisa sangat beragam. Mulai dari jasa seperti kurir atau supir online, produk digital seperti motion video dan newsletter, hingga produk fisik seperti reseller pakaian online, freelancer, kontraktor independen, tenaga kerja berbasis proyek, dan sebagainya.

Gig economy adalah fenomena yang sedang marak pada semua sektor industri.  Hal tersebut tentunya akan melibatkan berbagai pihak secara langsung dan tidak langsung.

Pelaku Gig Economy

Adapun pelaku-pelaku yang terlibat dalam gig economy, di antaranya:

1. Pekerja

Pekerja dalam konsep gig economy terbagi menjadi dua, yaitu sebagai penyedia jasa dan penyedia barang.

Tenaga kerja yang termasuk dalam penyedia jasa di antaranya yaitu seperti kurir, supir, kuli, dan lain sebagainya. 

Sedangkan penyedia barang terdiri dari pengrajin, seniman, penjahit, dan lainnya.

2. Konsumen

Segala kegiatan ekonomi pasti akan melibatkan konsumen dalam pelaksanaannya, begitu juga dengan gig economy. 

Konsumen menjadi pihak yang menikmati produk atau jasa dari produsen. 

3. Perusahaan

Pemeran utama dalam gig economy adalah perusahaan, khususnya penyedia layanan digital.  

Perusahaan yang menerapkan gig economy biasanya memiliki sistem kerja fleksibel, menyediakan pembayaran secara online, serta memberikan fasilitas transaksi secara langsung antara produsen dan konsumen.

Keunggulan Gig Economy

Ada beberapa keunggulan sistem ekonomi gig yang membuatnya berkembang sangat signifikan dari tahun ke tahun, di antaranya yaitu:

1. Lebih Fleksibel

Keunggulan utama dari sistem ekonomi gig adalah fleksibilitas yang ditawarkannya. Dari sisi pekerja, mereka hanya akan melakukan pekerjaan dengan sistem proyek demi proyek.

Jadi, para pekerja pun dapat bekerja lebih efektif dan hal tersebut dapat memudahkan mereka untuk mendapatkan uang.

Selain itu, karena pekerja tidak harus hadir di kantor 8 jam per hari, maka mereka biasanya bisa lebih fleksibel dalam hal waktu dan tempat saat mengerjakan proyek.

Sementara itu, dari sisi klien atau perusahaan, mereka tidak perlu mempekerjakan seseorang untuk digaji setiap bulan.

Baca :   PHK Karyawan Gen Z : Bagaimana Mengikis Stigma Gen Z?

Mereka hanya akan menggaji pekerja jika telah mengerjakan suatu tugas atau proyek dalam jangka waktu tertentu. Jadi, para pelaku usaha dapat menjadikan hal ini sebagai cara mengurangi biaya overhead.

2. Lebih Mudah Mendapat Kerja

Pandemi Covid-10 pada 2020 lalu membuat sejumlah pekerja di-PHK massal dari tempat kerjanya. Pekerja pun makin sulit untuk mencari pekerjaan.

Nah, adanya sistem kerja gig memudahkan pekerja untuk mendapat pekerjaan baru guna memenuhi kebutuhan hidup.

3. Menambah Diversifikasi Pendapatan

Banyak pekerja yang sudah menjadi karyawan tetap di perusahaan juga mencari penghasilan tambahan melalui freelance.

Ini memungkinkan individu untuk memperoleh pendapatan sampingan di luar pekerjaan utama. Jadi, hal ini pun mengurangi risiko pekerja untuk kehilangan pekerjaan dan pendapatannya secara keseluruhan.

Kekurangan Gig Economy

Di samping beberapa keunggulan, gig economy juga memiliki sejumlah kekurangan, di antaranya yaitu:

1. Ketidakpastian Pendapatan

Kekurangan yang biasanya banyak menjadi concern para pekerja lepas adalah adanya ketidakpastian pendapatan.

Sebab terkadang, klien atau proyek yang masuk tidak selalu datang silih berganti. Jadi, mungkin ada kalanya pekerja tidak mendapat proyek apa pun dalam jangka waktu tertentu.

Selain itu, tak jarang juga pekerja lepas mengalami keterlambatan pembayaran yang tidak sesuai kesepakatan dari klien.

2. Kompetisi yang Sengit

Berkembangnya sistem ekonomi gig juga secara tidak langsung membuat banyak orang tertarik untuk bekerja lepas (freelance).

Alhasil, hal ini menimbulkan persaingan yang ketat di antara para pekerja lepas untuk mendapatkan proyek. Tak jarang, hal ini berdampak pada potensi penurunan upah karena tidak adanya standarisasi harga.

3. Kehilangan Hak sebagai Pekerja

Para pekerja lepas juga sering kali tidak memenuhi syarat untuk memperoleh manfaat atau perlindungan sosial, seperti asuransi kesehatan dan cuti berbayar.

Tak hanya itu, ada juga sejumlah kasus di mana klien kurang menjunjung etika kerja sehingga dapat merugikan pekerja lepas.

Baca :   Pendekatan Human-Centric dalam Merekrut Karyawan

Tips Menjalani Gig Economy

Ketika memilih menjadi pelaku gig economy, tentu kamu sudah harus mempertimbangkan segala konsekuensi negatif dan positif yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya.

Berada dalam kondisi gig economy artinya kamu telah siap dengan segala perubahan yang akan dialami. 

Untuk menghadapi hal tersebut, coba terapkan beberapa tips berikut:

1. Manajemen Waktu yang Baik

Tantangan terbesar pekerja gig economy adalah mengatur waktu untuk menyelesaikan pekerjaan satu dan lainnya. 

Kamu mungkin juga akan tergiur dengan berbagai tawaran yang ada di depan mata.

Maka dari itu, sebelum memutuskan untuk mengambil sebuah pekerjaan, sebaiknya pertimbangkan kemampuan dan waktu yang kamu miliki agar dapat menyelesaikannya dengan baik.

2. Membuat Personal Branding

Tidak hanya perusahaan yang perlu melakukan branding.

Sebagai pekerja lepas, kamu juga perlu membangun personal branding agar memiliki ciri khas agar mudah dikenali. 

Hal tersebut dapat meningkatkan value yang kamu miliki dan membuatmu menjadi lebih menonjol.

3. Beradaptasi dengan Kemampuan

Terdapat berbagai profesi yang menerapkan gig economy, sehingga penting bagi kamu untuk cepat menyesuaikan dengan kondisi terkini. 

Kamu harus terus mengembangkan kemampuan agar dapat memperoleh kesempatan untuk menjalankan proyek.

Demikian pembahasan mengenai apa itu gig economy yang perlu kamu ketahui. 

Dalam beberapa tahun terakhir, gig economy adalah fenomena dengan tingkat perkembangan cukup pesat.

Hal ini sebetulnya juga didukung oleh semakin canggihnya dunia teknologi yang turut mempermudah segala sisi kehidupan maupun perekonomian. 

Maka dari itu, sudah saatnya bagi kita mempersiapkan diri dari sekarang.

#gig economy

#manfaat gig economy

#kekurangan gig economy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait