Family Business : Right On Board

Bisnis Keluarga : Lepas dari Bayang-bayang Orangtua

Lahir dan besar di tengah keluarga pebisnis, bagaikan terlahir dengan takdir yang telah digariskan. Sejak kecil, terbiasa dengan hiruk pikuk dunia bisnis, mengamati orangtua membangun kerajaan mereka dari nol. Bagi sebagian anak, hal ini menumbuhkan kekaguman dan keinginan untuk mengikuti jejak orangtua. Namun, bagi sebagian lainnya, bayang-bayang kesuksesan orangtua justru menghadirkan rasa tertekan dan keraguan.

Bagi generasi penerus bisnis keluarga, dilema ini kerap kali muncul. Di satu sisi, mereka ingin membuktikan diri dan meraih kesuksesan dengan usaha mereka sendiri. Di sisi lain, mereka juga tidak ingin mengecewakan orang tua dan meninggalkan warisan keluarga yang telah dirintis dengan susah payah.

Sebenarnya, kedua hal tersebut tidak harus menjadi dilema. Bahkan, bisa dicapai sekaligus. Dengan kata lain, seorang penerus bisa menyukseskan bisnis keluarga dengan upaya dan identitas mereka sendiri sembari tetap menjaga warisan luhur orangtua dalam bisnis keluarga.

Memang, untuk mencapainya tidaklah muda. Ada sejumlah tantangan besar yang wajib diatasi. Pertana, rasa percaya diri. Bagi banyak orang serta dalam pandangan penerus, standar pencapaian orangtua begitu tinggi sehingga sangat berat untuk dilampaui. Bayangkan bagaimana upaya orangtua membagun bisnis yang “bukan apa-apa” menjadi pemain yang sangat disegani. Hal ini dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri dan keraguan pada kemampuan sang penerus.

Kedua, kepemimpinan. Siapakah yang berani meragukan kepemimpinan orangtua dalam membesarkan bisnis keluarga? Kuatnya kepemimpinan orang tua adakalanya membuat penerus merasa terintimidasi dan ragu mengambil keputusan yang bertentangan dengan orangtuanya.

Baca :   Keberlanjutan Industri Kelapa Sawit di Indonesia: Tantangan dan Inovasi

Ketiga, tuntutan orangtua. Orangtua tentu ingin agar bisnis yang mereka rintis tetap berjaya di tangan anak-anak mereka. Kondisi ini berpotensi menimbulkan tekanan batin bagi penerus.

Memimpin Tanpa Meninggalkan Bisnis Keluarga

Namun, tidak mudah bukan berarti tidak bisa. Membangun identitas diri dalam bisnis keluarga bukan berarti harus menjauh dari orangtua atau mengabaikan warisan mereka. Justru, proses ini adalah tentang menemukan keseimbangan antara menghormati masa lalu dan merajut masa depan yang baru.

Pertama, memahami sejarah serta nilai-nilai yang dianut oleh bisnis keluarga. Dengan pemahaman ini, generasi muda akan lebih mampu mengapresiasi. Pengorbanan orangtua mereka. Ingatlah bahwa tanpa pengorbanan ini, bisnis keluarga tidak akan ada.

Berikutnya, penerus harus berkomunikasi secara terbuka dengan orangtua tentang harapan dan kekhawatiran mereka. Dengarkanlah masukan orangtua dengan lapang dada, namun jangan ragu untuk menyampaikan ide dan perspektif penerus sendiri. Diskusi yang konstruktif dapat membantu membangun rasa saling pengertian dan kepercayaan, sehingga suksesi dapat berlangsung secara mulus.

Penerus tak perlu tergesa-gesa mengubah segala hal yang ia pandang tidak sesuai. Sebaiknya, mereka berupaya melakukan integrasi ide-ide dan praktik-praktik baru secara bertahap. Memperkenalkan inovasi secara bertahap memungkinkan bisnis untuk beradaptasi dengan lebih lancar dan mengurangi risiko penolakan dari pihak-pihak yang mungkin mencurigai perubahan. Misalnya, penerapan teknologi baru, eksplorasi strategi pemasaran digital, atau diversifikasi lini produk dapat dilakukan secara bertahap, untuk menunjukkan manfaat dan membangun kepercayaan.

Baca :   Cara Efektif Reverse Mentoring Hilangkan Ageisme Di Tempat Kerja

Salah satu cara paling efektif bagi penerus untuk menunjukkan ciri khas mereka adalah dengan menemukan aspek bisnis yang mereka minati dan kuasai. Baik itu lini produk tertentu, pemasaran, keuangan, atau operasi, mengembangkan keahlian di bidang tertentu dapat membantu membangun kredibilitas dan nilai mereka dalam perusahaan. Mengejar hasrat mereka tidak hanya mendorong pertumbuhan pribadi tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap kesuksesan bisnis.

Mengembangkan jejaring profesional (professional network) di luar bisnis keluarga sangat penting untuk pertumbuhan pribadi dan profesional. Berjejaring dengan rekan industri, mentor, dan profesional bisnis lainnya dapat memberikan wawasan, dukungan, dan peluang kolaborasi yang berharga. Koneksi ini juga dapat berfungsi sebagai wadah untuk ide-ide dan strategi baru, memberikan masukan yang objektif.

Untuk menghindari konflik dan memastikan kelancaran suksesi sekaligus tanpa mengganggu operasi perusahaan, penting untuk menetapkan peran dan tanggung jawab yang jelas bagi setiap anggota keluarga yang terlibat dalam bisnis. Penerus harus bekerja sama dengan orangtua guna menentukan peran masing-masing, terutama orangtua pascasuksesi. menetapkan harapan, dan menguraikan jalur karier yang jelas dalam perusahaan. Kejelasan ini membantu mencegah tumpang tindih, mengurangi potensi kesalahpahaman, dan memungkinkan setiap anggota untuk fokus pada kontribusi spesifik mereka.

Untuk keluar dari bayang-bayang orangtua, penerus harus mampu menunjukkan bahwa dirinya bisa memimpin dan akuntabel. Mereka harus benar-benar bertanggung jawab atas proyek yang sedang mereka jalankan, berkomitmen kuat, dan bersedia mengambil risiko terkalkulasi. Dengan menunjukkan hasil yang memuaskan, penerus akan lebih dihormati dan dipercaya.

Baca :   Selamat Tinggal Crab Mentality, Penyebab dan Cara Mengatasi

Salah satu ciri suksesnya transisi kepemimpinan adalah kemampuan menyeimbangkan. Penerus harus muda harus menghormati nilai-nilai inti dan praktik yang telah berkontribusi terhadap kesuksesan bisnis sekaligus mengidentifikasi bidang-bidang yang memerlukan modernisasi. Keseimbangan ini menjamin kesinambungan sekaligus memposisikan bisnis keluarga untuk pertumbuhan dan daya saing di masa depan.

Keunikan bisnis keluarga terletak pada dinamika keluarga yang memengaruhi bisis, begitu pula sebaliknya. Penerus harus mengembangkan keterampilan interpersonal yang kuat, kecerdasan emosional, dan kemampuan resolusi konflik. Penting untuk mengatasi konflik dengan segera dan konstruktif, dengan tetap fokus pada kesejahteraan jangka panjang baik keluarga maupun bisnis.

Penerus harus punya visi untuk bisnis keluarga. Ia harus pandai melihat tantangan bukan hanya jangka pendek melainkan juga jangka panjang. Ia harus berfokus pada pertumbuhan berkelanjutan, inovasi, dan pembangunan legasi.

Kategori: Family Business

#bisnis keluarga

#dilema

#identitas

#kepemimpinan

#network #legasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait