Bisnis Keluarga: Antara High Touch dengan High Tech

Bisnis Keluarga: Antara High Touch dengan High Tech

Tech II Inc. adalah sebuah bisnis keluarga yang berasal dari Springfield, Ohio, Amerika Serikat. Perusahaan ini memproduksi kemasan plastik (plastic packaging) berkualitas tinggi untuk industri barang kemasan konsumen. Saat ini, Tech II dipimpin generasi kedua, dan menggunakan cetakan injeksi dan thermoforming untuk tutup dan wadah, mempekerjakan sekitar 350 orang di dua lokasi pabrik.

Eric Shiffer, CEO Tech II, percaya bahwa kepemilikan keluarga berarti bahwa inovasi dapat diterima dan keputusan diambil dengan cepat bila diperlukan. Saat ini, perusahaan sedang dalam proses mengembangkan sekitar 25 produk baru yang akan membantu Tech II terus berkembang.

Shiffer mengatakan bahwa keluarganya selalu kompak. Di samping itu, ayahnya telah mempersiapkan segala sesuatunya sehingga transisi kepemimpinan dari  generasi senior kepada generasi muda berjalan mulus. Di samping itu, budaya perusahaan yang memberdayakan karyawan dan memperlakukan mereka seperti keluarga juga membantu bisnis keluarga untuk bertahan.Saat ini, kepemilikan perusahaan melibatkan saudara kandung Eric, Dave Shiffer dan Andrea Tullis serta ibu mereka Leah Shiffer.

Memperlakukan karyawan layaknya keluarga, seperti yang terjadi di Tech II, jamak dijumpai dalam bisnis keluarga.  Melalui High touch ini, perusahaan mengutamakan interaksi pribadi, hubungan, dan pendekatan yang berpusat pada manusia.  Dampak positifnya, pelanggan dan karyawan menjadi lebih loyal,  hubungan emosional antarpemangku kepentingan menjadi lebih kuat, serta rasa saling percaya dan kredibilitas meningkat.

Baca :   Peran Digital Badge dalam Meningkatkan Kredibilitas Keterampilan Kandidat

Dalam perkembangan lain, seiring kemajuan teknologi, bisnis keluarga mau tak mau harus beradaptasi. Artinya, bisnis keluarga harus memanfaatkan teknologi canggih, otomatisasi, solusi digital, dan, yang terkini, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).  Dengan kata lain, bisnis keluarga mulai beralih pada teknolgi tinggi (high tech) untuk menjalankan operasi bisnis, berkolaborasi, dan mendapatkan beragam informasi  Kabar baiknya, dalam soal menyesuaikan diri dengan zaman, bisnis keluarga adalah jagonya.

Potensi masalah mulai muncul saat high tech ini mulai mengusik high touch, yang selama ini jadi salah satu karakteristik khas bisnis keluarga. MIsalnya, jika sebelumnya pemimpin bisnis keluarga terbiasa langsung bertatap muka dengan pelanggan sehingga hubungan menjadi lebih akrab, dengan kemajuan teknologi hubungan dapat dilakukan tanpa perlu bertatap muka. Di satu sisi, hal ini memang lebih efisien. Namun di sisi lain, kualitas keakraban boleh jadi berkurang.  Contoh lainnya, jika sebelumnya hubungan antara pemimpin dan karyawan sangat akrab, seiring perkembangan bisnis dan teknologi sehingga memungkinkan orang untuk bekerja jarak jauh, hubungan pemimpin dan karyawan tak seakrab sebelumnya. Hal yang sama berlaku dalam hal hubungan antaranggota keluarga. Jika tak diantisipasi, hubungan jarak jauh ini dapat merenggangkan komunikasi yang berujung pada perseteruan dalam keluarga.

Baca :   Memimpin Perubahan dengan Filosofi Daerah: Belajar dari Bugis-Makassar

Dua Sisi Mata Uang

Bagaimana pun, tidak mernyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi bukanlah pilihan.  Yang perlu dilakukan adalah mengoptimalkan pemanfaatan teknologi mutakhir dan sesuai seraya tetap menjaga hubungan akrab baik ke dalam maupun keluar bisnis keluarga. Dengan kata lain, high touch dan high tech tetap bisa berjalan beriringan. Bahkan keduanya ibarat dua sisi mata uang, tak dapat dipisahkan.

Seiring berkembangnya bisnis keluarga, jumlah karyawan tentu bertambah. Agar efisien, tugas dan tanggung jawab karyawan dan keluarga wajib ditata. Dalam hal ini, teknologi dapat dimanfaatkan untuk mengotomatiskan tugas-tugas rutin, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk melakukan interaksi dan menjaga kerukunan dalam bisnis keluarga.

Untuk menguasai teknologi baru, karyawan dan keluarga adakalnya membutuhkan pelatihan.  Namun, seyogianya pelatihan tidak berfokus pada pengguasaan teknologi dan keterampilan teknis  semata, tetapi juga keterampilan nonteknis seperti keterampilan komunikasi dan menjalin hubungan. 

Teknologi konferensi video seperti Zoom dan Google Meet dan aplikasi pesan seperti WhatsApp sebenarnya dapat dimanfaatkan secara lebih maksimal untuk meningkatkan kolaborasi. Ini melengkapi pertemuan tatap muka keluarga secara berkala untuk mendiskusikan baik masalah bisnis maupun masalah keluarga. Cara yang terakhir ini khusus untuk menjaga lingkungan high touch, dan wajib dilakukan.

Baca :   The Threat of Gatekeeping

Tentunya, bisnis keluarga saat ini tidak ketinggalan menggunakan platform digital. Selain menggunakan platform digital untuk tetap terhubung dengan pelanggan, interaksi tatap muka perlu dijaga untuk menampilkan sisi humanis bisnis keluarga.

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, perlu ditarik batas yang jelas antara kehidupan pribadi/keluarga  dengan kehidupan profesional/bisnis (work-life balance). Hal ini lantaran teknologi membuat batas keduanya menjadi kabur. Orang bisa dipanggil untuk urusan pekerjaan (adakalanya tidak mendesak) saat sedang liburan atau malam hari seteah jam kerja. Tiadanya keseimbangan antara kehidupan kehidupan pribadi/keluarga  dan kehidupan profesional/bisnis dapat mengganggu Kesehatan.

Menggabungkan high touch dan high tech dalam bisnis keluarga melibatkan pengintegrasian pendekatan tradisional dan pribadi dengan solusi teknologi modern. Sinergi ini dapat meningkatkan pengalaman pelanggan, memperlancar operasi bisnis, dan memastikan bisnis tetap kompetitif di pasar yang terus berkembang tanpa perlu melenyapkan sisi-sisi positif bisnis keluarga.

#bisnis keluarga #hightech

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait