Hoghing All The Work

Hoghing All The Work

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dipercaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin penanganan polusi udara di DKI Jakarta dan sekitarnya.Hal ini disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya usai rapat terbatas dengan Jokowi.

Penunjukan ini menambah panjang daftar penugasan Jokowi kepada Luhut. Menurut catatan detik.com, hingga April 2023 saja, sudah ada 11 penugasan untuk Luhut. Sepertinya, semua permasalahan bangsa, khususnya terkait ekonomi, dapat diselesaikan oleh beliau. Kepercayaan presiden, sebagai pemimpin negara kepada beliau, sangatlah tinggi.

Dalam dunia bisnis, fenomena semacam ini bukannya tak pernah terjadi. Ada segelintir orang yang diberikan pekerjaan dari A sampai Z, seolah-olah tidak ada orang lain yang mampu. Memang, di satu sisi orang tersebut memiliki kapabilitas yang unggul  pada banyak bidang dibandingkan orang lain. Pekerjaan terselesaikan dengan baik. Kinerja perusahaan secara keseluruhan dapat dipertahankan.

Baca :   Ada Apa dengan Brown Nosing?

Namun, ketergantungan yang begitu tinggi semacam ini tentu saja tidak baik bagi organisasi. Sepintar-pintarnya manusia, tetaplah ada batasnya. Ada saatnya ia merasa lelah dan bosan. Ini tentu memengaruhi kondisi fisik dan mentalnya. Jika dibiarkan, pada gilirannya ia bakal hengkang dari organisasi. Apatah lagi bila si karyawan bertanlenta tersebut menganggap penghargaan yang diterimanya tak sepadan dengan pengorbanannya.

Orang yang dipercaya berlebihan dapat merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Ia menganggap cara yang dilakukannya lebih baik daripada cara orang lain. Akibatnya, ia bisa cenderung resisten terhadap perubahan dan peluang baru. Bila dibiarkan, pada gilirannya hal ini bisa mengakibatkan kemunduran organisasi.

Tidak selamanya orang yang dipercaya pemimpin akan bersama organisasi. Jika suatu saat ia meninggalkan organisasi, boleh jadi ia akan membawa segala pengetahuan dan keteraampilan yang selama ini menjadi pendorong kemajuan organisasi. Jika demikian, kemampuan organisasi akan menurun. Apalagi jika organisasi tidak memiliki manajemen pengetahuan (knowledge management) yang baik. Sedangkan untuk merekrut dan/atau mengembangkan orang baru membutuhkan waktu.

Baca :   Glass Cliff: Tantangan Kepemimpinan bagi Wanita dan Minoritas di Tengah Krisis

Terlalu mempercayai orang tertentu dapat menimbulkan kecemburuan dalam hati karyawan lain. Mereka merasa tak dipercaya. Kontribusi mereka tak dihargai. Hal ini tentunya bisa mengakibatkan demotivasi.

Individu bertalenta yang dipercaya oleh pemimpin organisasi kerap menjadi sumber utama, bahkan satu-satunya, gagasan-gagasan inovatif. Akibatnya, orang lain jadi terhalang menyampaikan gagasannya karena dianggap kurang bagus. Hal ini akan memasung kreativitas dan pertumbuhan.

Kepercayaan dan penugasan berlebihan kepada indivdu-individu tertentu bisa membuat individu-indivitu lainnya kurang memiliki inisiatif. Mereka akan selalu mengandalkan orang lain untuk menyelesaikan masalah.

Lantas bagaimanakah solusinya agar organisasi tidak bergantung pada atu atau sekelompok individu saja? Ada sejumlah perusahaan multinasional, seperti Citigroup, Fidelity, dan P&G yang mengharuskan karyawannya mengambil cuti wajib (mandatoryleave) selama beberapa minggu sehingga karyawan yang tidak cuti dapat bertugas tanpa selalu bergantung pada orang lain. Kebijakan semacam ini mengajarkan pada insan organisasi bahwa tidak ada seorang pun yang tak tergantikan. Namun, kebijakan ini tidak berdiri sendiri, tetapi dilengkapi dengan rencana darurat (contingency plan)  untuk berjaga-jaga bila ada individu-individu andal yang absen.

Baca :   Kisah Inspiratif Pengusaha Lokal: Hamzah Sulaiman: Sang Visioner di Balik Keunikan Raminten

#luhutbinsarpandjaitan            #penugasan     #ketergantungan         #knowledgemanagement #mandatoryleave

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait