Role Transformation of Recruiters: From Headhunter to Growth Partner

Transformasi Peran Rekruter: Dari Headhunter menjadi Growth Partner

Transformasi Peran Rekruter: Dari Headhunter menjadi Growth Partner. Peran perekrut telah berubah signifikan dalam beberapa dasawarsa terakhir. Dahulu, tugas perekrut sebatas mencari dan merekrut kandidat untuk mengisi posisi yang luang. Dengan kata lain, perekrut sekadar berperan sebagai headhunter. Namun kini, peranannya makin luas dan strategis. Perekrut menjadi mitra perusahaan (growth partner) dalam mendorong pertumbuhan. Mereka proaktif membantu perusahaan mencapai kejayaan.

Saat masih sekadar sebagai headhunter, perekrut bertugas mencari kandidat untuk ditempatkan pada posisi yang sesuai. Sebenarnya, tugas ini lebih kuantitatif dan berjangka pendek. Artinya, berfokus pada jumlah kandidat yang direkrut. Setelah perekrutan selesai, perekrut lepas tangan. Adapun soal strategi perusahaan bukanlah menjadi urusan perekrut.

Transformasi Peran Rekruter: Dari Headhunter menjadi Growth Partner

Namun, pendekatan di atas makin ketinggalan zaman lantaran dunia kerja telah berubah signifikan. Perusahaan makin memerlukan talenta yang berandil signifikan dalam kemajuan.

Apa alasannya perekrut harus menjadi mitra pertumbuhan yang andal? Alasan pertama adalah kemajuan teknologi. Saat ini, perusahaan dapat mempunya pengetahuan dan wawasan yang lebih dalam tentang perilaku, potensi, dan kinerja kandidat. Ini berkat teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), mahadata (big data), dan platform analitik. Hasilnya, keputusan yang dihasilkan lebih akurat. Kedua, terkait ekspektasi kandidat. Saat ini, dunia kerja makin didominasi oleh generasi Y (milenial) dan Z. Bagi mereka, gaji besar saja tak cukup.

Baca :   Glass Cliff: Tantangan Kepemimpinan bagi Wanita dan Minoritas di Tengah Krisis

Mereka peduli pada keseimbangan kehidupan profesional dan personal (work life balance), budaya perusahaan, dan peluang pengembangan karier dan profesional. Ketiga, perubahan struktur organisasi, dari yang semula hierarkis menuju struktur yang lebih datar (flat). Tentunya, perekrut harus lebih memahami perkembangn struktur seperti ini, berikut implikasinya bagi organisasi. Keempat, makin pentingnya orientasi jangka panjang. Implikasinya, potensi pengembangan karyawan untuk jangka panjang dan kecocokan budaya semakin diperhitungkan, tidak hanya terpaku pada keterampilan teknis.

Terlibat dalam Manajemen SDM

Lantas, bagaimanakah caranya perekrut menjadi mitra pertumbuhan? Perekrut harus ikut terlibat dalam manajemen sumber daya manusia (SDM) jangka panjang. Untuk itu, perekrut harus paham bagaimana talenta dapat turut andil dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan, berikut strategi dan budaya yang sesuai untuk mencapainya.

Contohnya adalah Grab, pengembang aplikasi super untuk layanan pemesanan kendaraan, pengiriman makanan, dan pembayaran digital di perangkat seluler. Di Grab, perekrut menjadi bagian dari unit bisnis. Mereka hadir di rapat strategi untuk memahami prioritas pertumbuhan organisasi, seperti perluasan layanan GrabPay dan GrabFood, serta mengembangkan produk dan layanan yang didorong oleh AI. Berkat kehadirannya dalam rapat, perekrut dapat mengantisipasi kebutuhan talenta untuk kemudian diselaraskan dengan kebutuhan jangka panjang perusahaan.

Agar sukses menjadi mitra pertumbuhan, cara-cara lama wajib ditinggalkan. Penggunaan analitik harus dioptimalkan. Ini bertujuan untuk memahami tren pasar, mengevaluasi perekrutan, dan memprediksi kebutuhan SDM pada masa hadapan. Microsoft berinvestasi pada alat-alat seperti LinkedIn Talent Insights dan platform analitik canggih lainnya.

Baca :   Setelah Memutuskan Mengundurkan Diri

Tujuannya untuk membantu perekrut memetakan kolam bakat bagi kebutuhan jangka panjang, memahami trenh dalam ketersediaan dan pergerakan talenta, serta memberikan saran berdasarkan data kepada manajer perekrutan. Perekrut bertindak sebagai penasihat strategis yang memengaruhi keputusan perekrutan dengan mempertimbangkan pertumbuhan jangka panjang.

Sebagai mitra pertumbuhan, perekrut harus menjadi semacam duta perusahaan dalam bidang SDM. Agar talenta-talenta terbaik tertarik untuk melamar, perekrut harus menjadi yang terdepan dalam menjaga reputasi perusahaan. Di Grab, perekrut berperan penting dalam memosisikan perusahaan sebagai tempat kerja idaman. Grab menonjolkan misinya untuk “Drive Southeast Asia Forward” serta memajukan dampak sosial. Perekrut juga mempromosikan budaya inovasi di Grab pada setiap pameran karier, pertemuan teknologi, platform daring.

Agar setiap perekrutan selaras dengan tujuan perusahaan, perekrut tentunya harus menjalin kerja sama dengan departemen, divisi, atau unit lain (apa pun namanya). Di samping itu, jangan lupakan pengembangan talenta dari dalam perusahaan.

Agar Sukses Menjadi Mitra Pertumbuhan

Menjadi mitra pertumbuhan yang sukses tentu harus memiliki sejumlah kemampuan. Apa sajakah kemampuan tersebut? Terpenting, tentu saja perekrut harus mampu memahami industri yang digeluti perusahaan. Berikutnya, memahami strategi perusahaan agar bisa sukses dalam industri. Dengan pemahaman ini, perekrut dapat mencari talenta dengan lebih efektif dan efisien. Selanjutnya adalah kemampuan untuk menganalisis data karyawan, memahami tren pasar, dan mengukur hasil dari strategi perekrutan (sejauh mana strategi perekrutan mampu menarik karyawan yang tepat). Selanjutnya kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi secara efektif baik dengan kandidat, manajemen, maupun orang lain dalam perusahaan.

Baca :   Tren ‘Job Sharing’: Apakah Dua Kepala lebih Baik untuk Satu Posisi?

Kreativitas tak kalah penting. Ini lantaran perekrut harus bersaing dengan perekrut dari perusahaan lain untuk mendapatkan talenta terbaik. Oleh karenanya, perekrut karus pintar-pintar mencari cara agar talenta terbaik tertarik untuk bergabung dengan perusahaan. Keterampilan bekerja dengan berbagai orang dari latar belakang dan fungsi yang berbeda wajib dimiliki oleh perekrut. Dengan kemampuan tersebut, perspektif perekrut menjadi lebih kaya.

Setiap kandidat memiliki karakter dan cita-citanya masing-masing. Perekrut harus mampu memahami karakter dan cita-cita tersebut. Dengan demikian, calon karyawan akan merasakan pengalaman yang menyenangkan.

Transformasi Peran Rekruter: Dari Headhunter menjadi Growth Partner

Kategori: Human Capital & Talent Management

#Headhunter #growth partner #kemajuan teknologi #ekspektasi kandidat #work life balance #budaya perusahaan #orientasi jangka panjang #Grab #Microsoft

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait