Panduan Memimpin Sunset Industry : Rahasia Meraih Keuntungan di Tengah Kemunduran

Panduan Memimpin Sunset Industry : Rahasia Meraih Keuntungan di Tengah Kemunduran

Sunset industry” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan industri yang mengalami penurunan atau stagnasi dalam pertumbuhan dan profitabilitas. Industri-industri ini biasanya telah melewati puncak kesuksesannya dan sekarang menghadapi tantangan seperti penurunan permintaan, teknologi yang ketinggalan zaman, atau persaingan yang meningkat dari industri baru yang lebih inovatif. Salah satu contohnya adalah penerbitan surat kabar cetak. Dengan meningkatnya penggunaan internet dan media digital, banyak surat kabar cetak mengalami penurunan jumlah pembaca dan pendapatan iklan. Banyak surat kabar yang telah beralih ke platform digital untuk bertahan. Contoh berikutnya adalah industri tekstil di negara-negara barat. Produksi tekstil telah pindah ke negara-negara dengan biaya tenaga kerja yang lebih rendah, seperti di Asia. Industri tekstil di banyak negara Barat telah menyusut karena tidak dapat bersaing dalam hal biaya.

Perlu dicatat bahwa industri yang tergolong sunset bukannya hilang sama sekali. Hanya saja, mereka menghadapi banyak tantangan dan sering kali harus berinovasi atau mencari cara baru untuk tetap relevan di pasar yang berubah.

Lantas, apa sajakah kiat-kiat memimpin bisnis yang tergolong sunset industry? Berikut ulasannya.

  • Melakukan inovasi dan adaptasi

Perusahaan memperluas penawarannya untuk memenuhi permintaan pasar yang terus berubah atau untuk memasuki pasar baru. Hal ini dapat melibatkan pemanfaatan keahlian yang ada dengan cara-cara baru. Selain itu, mau tak mau perusahaan harus mengadopsi teknologi baru yang dapat memperbaiki efisiensi, menghemat biaya, atau membuka keran pendapatan baru.

  • Mengkaji ulang strategi pemasaran
Baca :   Pendekatan Human-Centric dalam Merekrut Karyawan

Cari dan layanilah segmen pasar tertentu yang masih memiliki permintaan kuat terhadap produk atau layanan perusahaan. Juga, tawarkanlah produk yang terkustomisasi sehingga menghasilkan margin lebih tinggi dan menumbuhkan loyalitas pelanggan.

Disamping penawaran produk, hubungan dengan pelanggan yang sudah ada harus diperkuat, melalui program loyalitas, layanan unggul, dan komunikasi yang dipersonalisasi.

  • Menjalin Kemitraan dan aliansi

Jalinlah aliansi strategis dengan perusahaan lain untuk berbagi sumber daya, teknologi, atau akses pasar. Sementara untuk menelusuri peluang bisnis atau pasar baru, bisa dibentu perusahaan patungan.

  • Melakukan Efisiensi operasi

Terapkanlah lean management untuk untuk mengurangi biaya operasional dan meningkatkan margin. Di samping itu, lakukanlah otomatisasi dan analisis data tingkat lanjut untuk mengoptimalkan proses bisnis.

  • Berinvestasi untuk talenta dan budaya

Pastikan perusahaan memiliki talenta yang tepat untuk mendorong inovasi dan efisiensi. Berinvestasi dalam pelatihan dan pengembangan untuk menjaga keterampilan tetap relevan. Dari sisi budaya, kembangkanlah budaya adaptabilitas, perbaikan berkelanjutan, dan fokus kepada pelanggan.

  • Jangan lupakan keberlanjutan dan tanggung jawab sosial

Terapkanlah praktik bisnis berkelanjutan untuk mengurangi dampak lingkungan dan menarik konsumen yang sadar lingkungan. Tetaplah aktif menjalankan tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR) untuk mengaja reputasi. Meski industri sudah menurun, jangan sampai nama perusahaan tercemar.

  • Jika memang terpaksa, lakukanlah exit strategy secara elegan
Baca :   Mendobrak Silo Mentality Melalui Mobilitas Talenta

Exit strategy harus jelas, apakah itu melibatkan penghentian operasi, menjual bisnis, atau beralih ke industri lain. Maksimalkanlah nilai perusahaan melalui pengelolaan aset dan kekayaan intelektual yang cermat.

Contoh Perusahaan yang Sukses Keluar dari Jurang Sunset Industry

Ada beberapa contoh perusahaan yang berhasil mengatasi tantangan sunset industry dengan cara beradaptasi dan berinovasi. Pada walnya, IBM terkenal dengan komputer bingkai utaa atau mainframe computer-nya. Namun, munculnya komputer pribadi dan komputasi terdistribusi mengurangi permintaan akan sistem mainframe. Untuk mengatasi hal tersebut, IBM mengalihkan fokusnya dari perangkat keras ke layanan dan perangkat lunak, khususnya di bidang seperti komputasi awan, kecerdasan buatan (AI), dan analisis data. IBM juga mengakuisisi perusahaan Red Hat untuk memperkuat kemampuannya dalam komputasi awan dan open-source software. IBM banyak berinvestasi dalam teknologi baru seperti komputasi kuantum, AI (melalui IBM Watson), dan blockchain. Hasilnya, IBM bisa bertahan hingga saat ini.

Contoh lainnya adalah Lego. Lego dikenal dengan permainan bongkah plastik kecil yang terkenal di dunia khususnya di kalangan anak-anak atau remaja. Maraknya hiburan digital dan video game mengurangi minat terhadap mainan tradisional, termasuk Lego. Oleh karenanya, Lego memperkenalkan lini produk baru, termasuk set bertema berdasarkan waralaba populer seperti Star Wars, Harry Potter, dan Marvel. Lego juga mengembangkan produk digital, termasuk video game dan perangkat lunak LEGO Digital Designer, untuk mengintegrasikan permainan tradisional dengan pengalaman digital.

Baca :   Glass Cliff: Tantangan Kepemimpinan bagi Wanita dan Minoritas di Tengah Krisis

Nasib berbeda dialami Blockbuster dan Netflix. Awalnya, keduanya menawarkan jasa rental video. Keduanya juga menghadapi tantangan yang sama, yaitu maraknya streaming digital sehingga bisnis rental video menurun. Sementara Blockbuster gagal beradaptasi dan akhirnya bangkrut, Netflix berhasil bertransisi dari layanan penyewaan DVD menjadi raksasa streaming global. Apa yang dilakukan Netflix? Berinvestasi besar-besaran membangun platform streaming yang andal. Netflix juga memproduksi konten sendiri, seperti “House of Cards” dan “Stranger Things“, untuk membedakan dirinya dan menarik pelanggan.

Kategori: Leadership

#sunsetindustry

#inovasi

#csr

#exitstrategy

#ibm

#lego #netflix

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait