egc

Konten Kreasi Karyawan: Mendongkrak Citra Perusahaan

Makin banyak karyawan yang membuat serta menyebarkan konten yang mengandung unsur promosi terkait perusahaan. Dalam konten tersebut, karyawan bertindak sebagai  duta perusahaan. Inilah yang disebut kreasi konten karyawan atau employee-generated content (EGC). Konten ini diunggah di media sosial dalam bentuk video. Tak jarang, EGC difasilitasi oleh perusahaan.

Bentuk EGC bermacam-macam. Ada yang membagikan pengalaman, prestasi, acara korporat, atau outing tim. Ada yang memberikan kesaksian tentang pengalaman karyawan bekerja di perusahaan; mengabadikan kegiatan di belakang layar seperti saat sedang rapat. Tak jarang karyawan membagikan  saran, nasihat, atau petunjuk praktis dan bermanfaat untuk melakukan sesuatu. Karyawan yang berhubungan langsung dengan pelanggan atau klien tentunya dapat membagikan kisah-kisah kesuksesan mereka dalam melayani pelanggan.

Lebih Dipercaya

Apa sajakah manfaat EGC? Pertama, membangun kepercayaan dan autentisitas. Audiens senang dengan sesuatu yang autentik. Konten dari karyawan lebih dipercaya daripada konten yang dibuat pimpinan perusahaan. Mejuri memanfaatkan TikTok untuk menampilkan sisi yang lebih spontan dan autentik. Berkantor pusat di Toronto dan Buenos Aires, Mejuri mendesain, membuat, dan menjual perhiasan secara langsung daring dan melalui ruang pamer luring. Konten Mejuri menawarkan tampilan di balik layar tentang orang-orang yang bekerja di merek yang disukai pengikut mereka. Sering kali, konten tersebut tidak ada hubungannya dengan produk sebenarnya.

egc

            Kedua, menghemat biaya. EGC tidak memerlukan anggaran pemasaran yang besar. Biaya produksinya pun tidak besar. Cisco, konglomerat teknologi komunikasi digital multinasional Amerika yang berkantor pusat di San Jose, California, memanfaatkan tenaga kerja globalnya untuk membuat konten bagi saluran sosial merek – secara teratur mengikuti tren yang selaras dengan identitas dan nilai perusahaan. Selain itu, proses pembuatan kontennya pun sederhana. Karyawan tentunya sudah memahami seluk beluk perusahaan sehingga tidak membutuhkan banyak pengarahan dan revisi.

Baca :   Covert Job Offer: Tawaran Kerja Tersembunyi di Dunia Profesional

            Ketiga, karyawan lebih memiliki ikatan emosional dengan visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan. Hal ini akan meningkatkan engagement, produktivitas, dan kepuasan kerja.

            Keempat, menjadi alat untuk memikat talenta-talenta terbaik, khususnya generasi Z. Saat ini, media sosial merupakan sumber informasi penting bagi para pencari kerja, khususnya Gen Z dan milenial. Mengutip Forbes, sebuah studi di AS yang dilakukan oleh Career Arc mengungkapkan bahwa 58% pencari kerja mencari informasi tentang calon pemberi kerja di media sosial. Dengan menonjolkan pengalaman karyawan yang autentik, EGC menyajikan perspektif riil tentang budaya dan lingkungan kerja perusahaan. Kejujuran semacam ini menumbuhkan kepercayaan calon karyawan sehingga mereka diharapkan tertarik untuk bergabung.

            Kelima, EGC ternyata dapat membantu memulihkan reputasi perusahaan yang tercoreng. Inilah yang dilakukan United Airlines, raksasa maskapai asal AS. Menyusul kontroversi media sosial, seperti insiden tahun 2017 yang melibatkan penumpang yang dikeluarkan secara paksa, maskapai ini telah bekerja keras untuk membangun kembali citranya. Konten seperti video mengharukan seorang ibu dan anak yang menjadi pramugari—yang telah ditonton lebih dari 1,5 juta kali di TikTok—membantu memperkuat reputasi United sebagai merek yang ramah keluarga dan menyoroti aspek timnya yang tulus dan positif.

Baca :   Legasi dan Loyalitas: Rekrutmen untuk Menjamin Keberlanjutan Bisnis Keluarga

Bukan Perkara Mudah

            Namun, membuat EGC bukan perkara mudah. Ketidakmudahan ini bukan soal pembuatan konten. Tidak semua orang senang membuat konten.  Masalah berikutnya kualitas konten yang belum tentu bagus. Potensi masalah lainnya adalah kemungkinan terunggahnya konten negatif yang merugikan perusahaan. EGC. mungkin secara tidak sengaja menyertakan informasi rahasia atau sensitif, melanggar undang-undang hak cipta, atau memaparkan perusahaan pada risiko hukum dan kepatuhan.

            Bagaimanakah mengatasi masalah di atas? Pertama-tama harus dipastikan bahwa perusahaan benar-benar serius dengan EGC. Dengan kata lain, perusahaan telah menetapkan EGC menjadi bagian dari budaya dan strategi. Pun, tidak perlu memaksa setiap  karyawan membuat EGC. Paling penting adalah mengoptimalkan mereka yang memang mampu dan mau membuat konten. 

            Jika memutuskan EGC menjadi bagian dari budaya, perusahaan harus menciptakan iklim yang membuat karyawan bersemangat untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Hargailah kontribusi karyawan. Hal ini akan membuat mereka bersemangat.

            Ada karyawan yang meski tertarik tetapi belum paham cara membuat konten yang bagus. Untuk mereka ini, perusahaan dapat menyusun pedoman yang jelas dan praktik terbaik dalam membuat konten. Dengan demikian, mereka akan lebih percaya diri. Hal ini sekaligus juga untuk menjaga kualitas konten agar tidak melenceng dari tujuan perusahaan. Pun, meminimalkan risiko masalah hukum. Pedoman ini mencakup apa-apa saja yang pantas dibagikan (foto, video, tulisan); pesan dan nada yang harus digunakan dalam konten, seperti menekankan misi, nilai, dan budaya perusahaan; platform dan saluran tempat konten dapat dibagikan, seperti halaman media sosial perusahaan atau tagar tertentu; panduan tentang privasi dan kerahasiaan; dan praktik terbaik untuk terlibat dengan pengikut, seperti menanggapi komentar dan pesan secara tepat waktu dan profesional.

Baca :   Mengatasi Silent Resignation dalam Bisnis Keluarga

            Pimpinan perusahaan harus menjadi contoh. Artinya, mereka juga harus proaktif membagikan konten. Ini bisa menginspirasi karyawan untuk melakukan hal yang sama. Dengan demikan, budaya berkreasi konten akan makin kuat.

Kategori: Human Capital & Talent Management

#egc                #media sosial              #autentisitas               #Mejuri           #Cisco             #generasi Z                 #reputasi         #United Airlines         #budaya            #pedoman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait