Pilihan berkendara kini makin beragam. Bagi yang ingin tiba di tujuan dengan cepat tanpa naik pesawat, silakan naik Whoosh.
Biasanya, perjalanan Jakarta ke Bandung ditempuh selama tiga jam, baik dengan mobil maupun dengan kereta api biasa. Berkat hadirnya Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang akan diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada awal Oktober 2023 mendatang, jarak tempuh dua kota tersebut hanya membutuhkan waktu kurang lebih 40 menit.
Cepat dan ramah lingkungan
Sungguh membanggakan! Setelah menunggu sekitar 15 tahun sejak pertama kali diprakarsai pada tahun 2008, bangsa ini akan memiliki kereta cepat yang memiliki sistem kereta api yang dirancang untuk kecepatan di atas 250 km/jam. Uji coba kereta cepat sudah dilakukan beberapa kali dari Stasiun Halim, Jakarta sampai Stasiun Tegalluar, Jawa Barat. Sebelumnya, hanya 16 negara yang memiliki jalur kereta api berkecepatan tinggi, salah satunya adalah Cina yang memiliki jaringan terpanjang di dunia dengan 27.000 km jalur kereta api. Sementara Jepang, Spanyol, Prancis, dan Jerman merupakan negara lain yang memiliki jalur khusus untuk kereta super cepat yang membentang lebih dari 1.000 km. Kini Indonesia masuk ke dalam daftar negara yang memiliki transportasi berbasis rel berteknologi mutakhir. Impian masyarakat Indonesia untuk merasakan transportasi yang super cepat terwujud tahun ini, tanpa harus ke luar negeri.
Kereta cepat pertama di Asia Tenggara dengan kecepatan 350 km/jam ini dianggap sebagai suatu simbol transformasi transportasi Indonesia. Kehadirannya ini merupakan hasil dari proyek strategis nasional bekerja sama dengan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang menjadi transportasi massal modern untuk memecah permasalahan kebutuhan mobilitas Indonesia. Kehadiran kereta api berkecepatan tinggi, menjadi pilihan lain bagi masyarakat untuk bepergian dalam waktu singkat selain menggunakan pesawat. Di samping itu, kereta api berkecepatan tinggi juga mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi waktu perjalanan, dan lebih ramah lingkungan.
Kenyamanan penumpang juga prioritas
Tentunya ada perbedaan antara kereta api cepat dengan kereta api biasa. Dari tarifnya, kecepatan, hingga kenyamanan yang ditawarkan. Menurut portal berita Berita Satu, walaupun kecepatan maksimal kereta ini adalah 350 km/jam, ada sensasi “senyap” atau minim getaran dan guncangan di dalam kereta. Selain itu, transportasi massal berteknologi mutakhir ini menawarkan pengalaman berkendara yang lebih singkat sehingga aktivitas lebih maksimal. Hadir dengan desain ruang yang modern dan luas dan memiliki tiga kelas berkapasitas total hingga 601 penumpang, bepergian dengan kereta dengan jenama Whoosh ini lebih nyaman dan eksklusif. Kereta cepat yang hadir dengan tipe terbaru, CR400AF yang dilengkapi dengan teknologi terkini dan andal serta pramugari yang siap melayani selama perjalanan, kini sudah diberi jenama sebagai Whoosh, yang merupakan singkatan dari Waktu Hemat, Operasi Optimal, Sistem Handal.
Tak pelak lagi, tentunya karier sebagai pramugari dan pramugara kereta yang sangat modern dan canggih ini sangat didambakan banyak orang. Bagaimana tidak, membayangkan bisa terus-menerus bepergian dengan kereta super cepat yang menoreh lembaran baru di dunia perkeretaapian bangsa tentunya bagai sebuah mimpi. Tentunya yang tersaring dari sekian banyak peminat dan menjadi bagian dari KCJB adalah yang terbaik dan The Jakarta Consulting Group (JCG) bangga ikut serta dalam proses penyaringan tersebut. Karena selain teknologi yang diusung, tentu saja kualitas layanan penumpang juga harus terdepan. Tampil modis dengan busana rancangan desainer Didiet Maulana, para pramugari maupun pramugara yang disebut sebagai Passenger Service ini memberikan layanan terbaik dengan sigap membantu para penumpang, mengingat hal tersebut merupakan tujuan utama KCJB.
Related Posts:
Kisah Inspiratif Pengusaha Lokal: Dari Tukang Cuci Jadi Raja Oleh-Oleh Bali: Kisah Inspiratif Ajik Krisna
TikTok untuk Rekrutmen: Bisakah Memikat Talenta yang Tepat?
Turnover Contagion: Menyikapi Gelombang Pengunduran Diri yang Mengancam Stabilitas Tim
Pro Kontra Experiential Hiring
Kepemimpinan Tanpa Jabatan: Dampak Nyata dari Shadow Leadership