Superstar Employees: Asset or Liability?

Karyawan Superstar: Aset atau Beban?

Karyawan Superstar: Aset atau Beban? Di antara sekian banyak karyawan, ada beberapa yang memiliki keterampilan di atas rata-rata. Bukan hanya itu. Mereka rela mengorbankan tenaga, pikiran, dan waktu demi kejayaan perusahaan. Kerja keras mereka pun tak sia-sia lantaran mereka, perusahaan disegani. Mereka inilah karyawan superstar.

Superstar seolah tak tergantikan. Apa yang mereka miliki? Etos kerja yang tinggi, kreativitas yang seolah tanpa batas, dan kemampuan mereka mengatasi tantangan. Hal ini membuat mereka dikagumi rekan-rekannya. Mereka menjadi tempat bertanya. Mereka mampu bekerja di bawah tekanan yang begitu keras sekalipun. Jika Perusahaan menghadapi masalah kompleks, superstar ini menawarkan terobosan yang inovatif. Orang seperti ini bisa diandalkan tatkala perusahaan sedang tertimpa krisis. Soal kepemimpinan, jangan ditanya. Bakat alami ada dalam diri mereka. Pendeknya, mereka dalah asset paling bernilai yang dimiliki perusahaan.

Karyawan Superstar: Aset atau Beban?

Menurut Harvad Business Review, superstar diperkirakan empat kali lebih produktif daripada pekerja rata-rata. Mereka dapat menghasilkan 80% laba bisnis dan menarik karyawan bintang lainnya.

Dalam dunia olah raga seperti sepak bola dan bola basket, agaknya sosok di atas diwakili oleh legenda-legenda seperti Lionel Messi, Ronaldo, Michael Jordan, dan Kobe Bryant.

Superstar Juga Manusia

Meski kontribusi susperstar haram untuk diragukan, perusahaan harus berhati-hati. Pasalnya, banyak superstar memiliki sisi gelap. Sisi gelap inilah yang bisa menjadi beban yang yang membuat organisasi bertatih-tatih, bahkan ambruk. Apa sajakah sisi gelap itu? Karena selalu dipuji dan merasa tak tergantikan, tumbuh sifat arogan, angkuh, dan egois. Akibatnya, mereka merasa alergi terhadap umpan balik, menolak perubahan, dan enggan bertanggung jawab.

Baca :   Glass Cliff: Tantangan Kepemimpinan bagi Wanita dan Minoritas di Tengah Krisis

Hadirnya superstar bisa menimbulkan ketergantungan kronis dalam tim. Akibatnya, tim menjadi tak berdaya jika sang superstar hengkang atau tidak bisa berkontribusi maksimal pada suatu titik lantaran hal tertentu. Ini analog dengan dunia sepak bola. Ketergantungan yang begitu tinggi terhadap pemain superstar mengakibatkan tim tidak berdaya jika sang superstar cedera.

Superstar juga bisa merasa dirinya bebas dari aturan. Akibatnya, ia sesuka hati melanggarnya, termasuk menabrak norma-norma yang berlaku. Kondisi ini sangat berbahaya bagi organisasi. Apatah lagi jika sang superstar melakukan perbuatan tercela dan melanggar hukum.

Ingatlah bahwa superstar juga manusia. Punya rasa, punya hati. Mustahil mereka bisa berkinerja terbaik terus-menerus. Jika mereka lelah, tentunya kinerjanya mengecewakan. Salah-salah, mereka kehilangan motivasi.

Raih Manfaat, Cegah Mudarat

Kuncinya adalah memanfaatkan kompetensi superstar secara optimal seraya mencegah mudarat dengan adanya kehadiran mereka. Caranya pertama dengan mengutamakan kolaborasi, pembelajaran terus menerus, dan saling menghormati satu sama lain. Mintalah superstar membimbing orang lain. Bila perlu jadikan pembimbingan ini sebagai salah satu indikator kinerja sang superstar. Artinya, kinerja sang superstar dianggap belum maksimal jika belum bisa membimbing orang lain, meski secara individual prestasinya begitu menonjol.

Baca :   Setelah Memutuskan Mengundurkan Diri

Sebagus-bagusnya kinerja sang superstar, pastilah ada hal-hal yang bisa ditingkatkan. Diskusikanlah hal-hal yang bisa ditingkatkan tersebut dengan cara yang memotivasi dan asertif.

Jangan terlalu membebani superstar. Pastikan tanggung jawab disebarkan secara adil. Dengan demikian, kelelahan bisa dihindarkan.

Dalam sepak bola atau bola basket, sehebat-hebatnya superstar, ia tak bisa berjuang sendirian tanpa dukungan rekan-rekannya. Sama halnya dengan di perusahaan. Sang superstar tetap membutuhkan dukungan rekan-rekannya. Karena itu, pastikan perusahaan tetap menghargai kontribusi tim. Bahkan, kontribusi tim ini seyogianya lebih ditonjolkan tanpa menafikan peran tiap-tiap individu.

Aturan harus ditegakkan, nilai-nilai harus dilaksanakan tanpa pandang bulu. Hal ini berlaku pula untuk sang superstar. Bila ia melanggar, sanksi tetap harus diberikan. Ingatlah bahwa bekerja bukanlah tentang membangga-banggakan jasa, melainkan memberikan yang terbaik bagi organisasi.

Ada saatnya superstar harus keluar dari perusahaan. Kalau pun tetap bertahan, jangan selalu berharap ia bermain bagus. Oleh karenanya, perusahaan harus membuat strategi sedemikian rupa agar tidak terlalu bergantung kepada superstar.

Marik kembali merujuk ke Harvard Business Review. Menurut penelitian, menghindari karyawan toksik dapat menghemat biaya perusahaan lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan mempekerjakan karyawan yang berprestasi. Secara spesifik, menghindari pekerja toksik bernilai sekitar 12.500 Dollar AS dalam biaya pergantian karyawan, tetapi bahkan 1% karyawan terbaik hanya menambahkan sekitar Dollar AS 5.300 ke laba bersih. Perbedaan sesungguhnya bahkan lebih besar jika Anda memperhitungkan biaya potensial lainnya, seperti biaya litigasi, denda regulasi, moral karyawan yang menurun, dan pelanggan yang kecewa.

Baca :   Mengatasi Kelelahan Digital (Digital Fatigue)

Apa artinya? Superstar memang bisa mendongkrak nilai perusahaan. Namun, superstar bulanlah segalanya. Tanpa superstar, perusahaan masih bisa berkinerja unggul. Hal ini berkat budaya yang kondusif, kohesi, pelatihan yang tepat guna, tim yang solid, dan strategi yang tepat. Bukankah dalam olah raga, banyak tim tanpa bintang yang mampu mengalahkan tim bertabur bintang? Namun suasana tim bisa menjadi tidak kondusif bila ada satu saja karyawan toksik. Yang lebih parah, jika sang karyawan toksik itu adalah juga sang superstar.

Singkatnya, menghindari karyawan toksik harus lebih diutamakan daripada merekrut superstar.

Karyawan Superstar: Aset atau Beban?

Kategori: Organization Development & Behavior

#superstar #sisi gelap #produktif # kompetensi #karyawan toksik #budaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait