Istilah “Impostor Syndrome” pertama kali dikenalkan dua psikolog: Pauline Rose Clance dan Suzanne Imes pada 1978. Pada awal penelitian, sindrom ini banyak dijumpai pada wanita cerdas dan berprestasi tinggi. Lalu, penelitian lanjutan menunjukkan bahwa impostor syndrom juga banyak ditemukan pada pria.
Impostor Syndrome adalah kondisi saat seseorang meragukan kemampuannya sendiri dan menganggap tidak pantas mencapai prestasi yang selama ini diraih. Baginya, prestasi tersebut hanyalah keberuntungan belaka.
Menurut artikel dalam International Journal of Behavioural Science, sebanyak 70% penduduk AS mengalami Impostor Syndrome pada titik tertentu dalam hidupnya. Dalam artikel lain disebutkan, sekitar 25% – 30% orang berprestasi tinggi mengalami impostor syndrome. Di Indonesia, data pengidap impostor syndrome masih sulit didapatkan karena kurangnya pemahaman mengenai kondisi ini.
Impostor syndrome dapat dialami oleh individu dari berbagai kalangan, termasuk kayawan. Ini terjadi lantaran beberapa sebab, seperti kurang percaya diri meski memiliki prestasi nyata. Penyebab lainnya adalah suka membanding-bandingkan kinerja sendiri dengan kinerja rekan kerja. Ia menganggap rekan kerjanya lebih kompeten.
Dampak Negatif Impostor Syndrome Pada Karyawan Perusahaan
Impostor syndrome bisa berdampak negatif, di antaranya :
- Penurunan produktivitas dan kreativitas lantaran takut dengan tantangan baru. Pada gilirannya, hal ini juga berdampak negatif bagi organisasi.
- Peningkatan turnover (employee turnover) akibat rasa rendah diri karena merasa tak pantas bekerja pada organisasi saat ini. Peningkatan turnover ini akan memunculkan biaya rekrutmen dan pelatihan pegawai baru.
- Konflik dan kurangnya kolaborasi. Individu yang mengalami imposter syndrome merasa terancam oleh rekan yang lebih sukses atau lebih kompeten. Hal ini menimbulkan konflik internal (dalam diri sendiri) maupun eksternal (konflik dengan rekan kerja, atasan, atau stakeholders).
Penyebab Impostor Syndrome di Lingkungan Kerja
Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu impostor syndrome di lingkungan kerja, yaitu:
- Tantangan atau kesempatan baru
Pekerjaan, peran dan tanggung jawab baru bisa memicu impostor syndrome. Biasanya hal ini terjadi ketika kita dihadapkan dengan ekspektasi tinggi. Kita khawatir tidak dapat memenuhi ekspektasi tersebut.
- Diskriminasi
Diskriminasi menimbulkan kompetisi tidak sehat dan perasaan harus selalu lebih baik. Diskriminasi juga menghasilkan kebutuhan membuktikan saya lebih baik dari dia.
- Labeling
Mendapatkan julukan sebagai high performers atau top achiever di lingkungan kerja mengakibatkan seseorang memiliki standar kinerja yang terlalu tinggi. Hal ini akan menimbulkan perasaan bahwa dirinya tidak diizinkan untuk melakukan kesalahan atau kebodohan.
Impostor Syndrome dapat Memengaruhi Karir
Mereka yang mengalami impostor syndrome seringkali terjebak dalam impostor cycle. Siklus ini berawal dari pemikiran bahwa setiap pekerjaan harus diselesaikan dengan sempurna tanpa bantuan orang lain. Perfeksionisme dan kecemasan terhadap hasil yang buruk menimbulkan respons seperti menunda pekerjaan.
Respons lainnya adalah persiapan yang berlebihan waktu yang leebih lama untuk menyelesaikan tugas. Ketiga gagal mencapai tujuan, mereka merasa kecewa sertaa membandangnya sebagai kegagalan besar.
Impostor syndrome dapat berdampak negatif pada karier karena seseorang. Waktu dan energinya terkuras semata untuk membuktikan bahwa ia kompeten. Ini tentu melelahkan dan kontraproduktif. Peluang karier menjadi hilang lantaran terus-menerus merasa tidak layak meski memiliki kompetensi yang memadai.
Cara Mengatasi Impostor Syndrome
Beberapa hal berikut dapat dilakukan untuk mengatasi impostor syndrome:
- Sadari tidak ada yang sempurna
Mulailah belajar untuk tidak terlalu terpaku pada hasil yang harus sempurna. Sebaliknya, sadarilah bahwa semua orang tidak perlu menjadi sempurna. Ini bukan berarti menurunkan kualitas, namun berfokus untuk terus melakukan hal kecil secara bertahap dengan baik. Berilah penghargaan kepada diri sendiri karena tidak menyerah kepada tujuan.
- Kenali diri, akui kekuatan dan kemampuan diri
Setiap kali meragukan kesuksesan yang telah kita raih, berikan waktu kepada diri sendiri untuk menuliskan kemampuan yang dimiliki serta perjuangan yang telah dilakukan. Dengan mengenali hal tersebut, kita mampu mengubah sudut pandang kita bahwa kesuksesan yang dimiliki merupakan hasil kerja keras yang telah diupayakan dan bukan hanya keberuntungan semata.
- Fokus terhadap apa yang bisa dipelajari daripada hasil/kinerja
Impostor syndrome cenderung menimbulkan perasaan kesalahan yang dibuat adalah kegagalan. Cara menghadapinya adalah dengan mengembangkan pola pikir positif yang dapat membantu Anda mengurangi kecemasan terhadap hasil. Anggap kesalahan sebagai proses pembelajaran yang akan menambah pengalaman dan kemampuan Anda di masa depan.
- Ingatlah bahwa anda tidak sendirian
Suatu ketika, Anda merasa meragukan kemampuan Anda, ingatkan diri Anda bahwa itu normal. Hampir semua orang yang Anda kenal mungkin pernah mengalaminya. Hal ini mungkin dirasakan oleh orang-orang yang bekerja di bidang yang terkait dengan teknologi. Dan teknologi itu sendiri pada zaman sekarang berubah begitu cepat sehingga perlu untuk terus belajar. Pikiran seperti ini tentunya tidak hanya dirasakan oleh Anda seorang diri karena yang lain juga berada pada situasi yang sama.
- Terbuka untuk menerima bantuan dari orang lain
Sejumlah orang dengan impostor syndrome kesulitan menerima bantuan dari orang lain, sering kali mereka percaya bahwa mereka harus mandiri sepenuhnya. Hal ini seharusnya tidak terjadi karena kolaborasi adalah salah satu kunci kesuksesan. Jika merasa ragu dengan kinerja Anda di tempat kerja, mintalah tips atau bimbingan dari rekan kerja atau atasan sebagai mentor.
- Temukan peluang Anda
Impostor Syndrome dapat meningkatkan ketakutan dan kekhawatiran, namun bukan berarti hal tersebut tidak beralasan. Jika terobsesi dengan kesenjangan dalam pengetahuan atau keterampilan yang belum dipelajari, maka dapat dilakukan dengan perbaikan, terus meningkatkan kompetensi.
- Berhenti membandingkan diri Anda dengan orang lain
Kesuksesan orang lain bukanlah kegagalan Anda. Daripada membuang-buang waktu dan energi untuk membandingkan diri Anda dengan orang lain, fokuslah pada kekuatan Anda dan manfaatkan kekuatan tersebut.
- Terima kegagalan sebagai pilihan
Seringkali kita merasa dilumpuhkan oleh rasa takut akan kegagalan. Ejekan dan rasa malu yang dibayangkan menghambat ambisi kita bahkan sebelum ambisi itu terwujud. Berapa banyak peluang yang kita lewatkan begitu saja karena kita terlalu khawatir dengan skenario terburuk. Dan bagian terburuknya adalah kegagalan tidaklah seburuk itu.
Mengatasi impostor syndrome bukan hal yang mudah, namun bukan berarti tidak mungkin. Jika suatu hari saat bekerja Anda mendapat tantangan baru di luar zona nyaman, sadarilah ada banyak orang yang mengalami hal serupa dan bahwa hal ini dapat diatasi. Berhenti berfokus pada kemungkinan gagal dan anggap hal tersebut sebagai kesempatan belajar yang dapat memberikan Anda skill baru yang tidak dimiliki oleh orang lain. #impostor syndrome